Program Beasiswa Mencetak 1.000 Sarjana Pertanian untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan
loading...
A
A
A
Pabrik Dewacoco di Halmahera kini bisa mengolah sekitar 100 ribu butir kelapa per hari, sedangkan pabrik yang di Manado, kini bisa mengolah 150 ribu kelapa per hari.
"Targetnya, tahun depan (2025) dari 4 pabrik yang kami miliki, bisa mengolah 500 ribu kelapa perhari. Dan akan terus ditingkatkan di tahun-tahun selanjutnya," katanya.
Jerry yang juga pengusaha otomotif nasional ini menjelaskan, Dewacoco akan menyisihkan Rp20 perbutir kelapa yang diolahnya ke Yayasan JHL Merah Putih Kasih (JHL Foundation). Uang itu nantinya akan digunakan untuk membiayai program mencetak 1.000 sarjana pertanian.
"Kita sisihkan Rp20 per kelapa. Kita buat konsepnya uang masuk ke yayasan, dalam waktu beberapa saat lagi akan kita mulai skema itu," ungkapnya.
Dengan skema tersebut, jika sehari Dewacoco bisa mengolah 500 ribu kelapa per hari, maka Dewacoco menyisihkan Rp10 juta perhari untuk pembiayaan program beasiswa mencetak 1.000 sarjana pertanian.
Artinya dengan Rp10 juta per hari, maka dalam sebulan Dewacoco menyisihkan Rp300 juta dan dalam setahun Rp3,6 miliar.
Ia yakin, konsep ini mampu membiayai 1.000 calon sarjana pertanian yang ditargetkan akan tercapai dalam jangka waktu 5 tahun mendatang.
Kesungguhannya untuk mencetak 1.000 sarjana sudah diwujudkan sepertimendirikan SMK Pertanian, membuat ladang perkebunan, dan memberi beasiswa yang mencakup uang kuliah dan uang saku kepada mahasiswa pertanian di Universitas Lampung (Unila), mahasiswa Sekolah Tinggi Pertanian Kewirausahaan (STPK) Banau Halmahera Barat dan mahasiswa S2 Institut Pertanian Bogor (IPB).
Beasiswa tersebut mencakupUang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar Rp1 juta dan uang biaya hidup sebesar Rp500 ribu perbulan bulan.
Untuk mahasiswa Sekolah STPK Banau, Halmahera Barat tersedia beasiswa Rp2,3 juta untuk UKT per semester dan Rp250 ribu per bulan untuk biaya pondokan.
"Targetnya, tahun depan (2025) dari 4 pabrik yang kami miliki, bisa mengolah 500 ribu kelapa perhari. Dan akan terus ditingkatkan di tahun-tahun selanjutnya," katanya.
Jerry yang juga pengusaha otomotif nasional ini menjelaskan, Dewacoco akan menyisihkan Rp20 perbutir kelapa yang diolahnya ke Yayasan JHL Merah Putih Kasih (JHL Foundation). Uang itu nantinya akan digunakan untuk membiayai program mencetak 1.000 sarjana pertanian.
"Kita sisihkan Rp20 per kelapa. Kita buat konsepnya uang masuk ke yayasan, dalam waktu beberapa saat lagi akan kita mulai skema itu," ungkapnya.
Dengan skema tersebut, jika sehari Dewacoco bisa mengolah 500 ribu kelapa per hari, maka Dewacoco menyisihkan Rp10 juta perhari untuk pembiayaan program beasiswa mencetak 1.000 sarjana pertanian.
Artinya dengan Rp10 juta per hari, maka dalam sebulan Dewacoco menyisihkan Rp300 juta dan dalam setahun Rp3,6 miliar.
Ia yakin, konsep ini mampu membiayai 1.000 calon sarjana pertanian yang ditargetkan akan tercapai dalam jangka waktu 5 tahun mendatang.
Kesungguhannya untuk mencetak 1.000 sarjana sudah diwujudkan sepertimendirikan SMK Pertanian, membuat ladang perkebunan, dan memberi beasiswa yang mencakup uang kuliah dan uang saku kepada mahasiswa pertanian di Universitas Lampung (Unila), mahasiswa Sekolah Tinggi Pertanian Kewirausahaan (STPK) Banau Halmahera Barat dan mahasiswa S2 Institut Pertanian Bogor (IPB).
Beasiswa tersebut mencakupUang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar Rp1 juta dan uang biaya hidup sebesar Rp500 ribu perbulan bulan.
Untuk mahasiswa Sekolah STPK Banau, Halmahera Barat tersedia beasiswa Rp2,3 juta untuk UKT per semester dan Rp250 ribu per bulan untuk biaya pondokan.