Cerita Uti, Angkatan Perdana Beasiswa LPDP dan Ilustrator Medis Pertama di Indonesia
loading...
A
A
A
“Ya, education is expensive, we know that, tapi stupidity is more expensive. Education is expensive, tapi ignorance is more expensive, di sinilah LPDP berada”, tegas Uti.
Pulang dari Skotlandia, predikat Uti sebagai lulusan program ilustrator medis terakreditasi tak kunjung memberinya ruang karier.
“Waktu itu responnya almost nihil mas, tapi aku berpikir bahwasanya tetap harus dimulai, sehingga aku selanjutnya memperkenalkan diri sebagai freelance illustrator medis di samping pekerjaan utamaku”, kenangnya.
Dari satu klien hingga semakin banyak, Uti kemudian berinisiatif membangun lini bisnisnya sendiri yang ia namakan Medimedi (Medical Media), perusahaan yang mempunyai layanan pembuatan visual media untuk kesehatan, dengan tim kecil yang mempunyai keahlian dalam mengintegrasikan pengetahuan saintifik, visual art, dan teknologi digital.
“Kita harus (membuat) ‘medically approved’ dan harus ‘visually attracting’. Dokter yang paham juga tentang teknologi dan art, dan anak-anak art dan tech yang mau dengerin dari sisi medisnya, nah itu jadi tektokan aja kerjanya di antara mereka”, sambungnya.
Sejak pertama kali diinisiasi pada 2015, Uti sadar bahwa dampak yang ingin dicapai akan semakin besar, dan untuk mewujudkan hal tersebut, ia harus menambah tim dan beralih mengambil peran strategis sebagai entrepreneur.
Medimedi kemudian beroperasi sebagai sebuah entitas bisnis sejak tahun 2018. Dimulai dari mengerjakan pesanan ilustrasi medis berbentuk gambar, berkembang menjadi animasi dan video, hingga kini berkembang ke arah teknologi Extended Reality (XR).
XR adalah istilah payung untuk teknologi yang mengubah realitas dengan menambahkan elemen digital ke lingkungan fisik atau dunia nyata, termasuk Augmented Reality (AR), Mixed Reality (MR), dan Virtual Reality (VR). Medimedi bertekad untuk terus berinovasi dan menebarkan manfaatnya ke cakupan yang lebih luas, dengan misi jangka pendek dan menengah untuk membangun pusat pembelajaran kesehatan imersif yang didukung oleh tutor dan pasien virtual berbasis AI.
"Tteknologi ini dapat membuat kita menduplikasi skenario di dunia nyata masuk ke dalam virtual. Kalau di kedokteran kita itu banyak mempunyai skenario yang masuk ke dalam framework DICE, yaitu Dangerous, Impossible, Counterproductive, Expensive or rare, itu cocok”.
Untukmelatih seorang calon dokter membutuhkan biaya yang relatif besar, dan terkadang alat pembelajaran yang ideal kurang tersedia. Di Medimedi, pemanfaatan teknologi XR menjadi solusi bagi sebagian aspek pembelajaran. Teknologi XR memungkinkan pembelajaran dilakukan kapan saja dan di mana saja, sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, bebas risiko, serta mampu menjangkau tiga learning domain sekaligus.
“Learning domain kognitif, kemudian afektif seperti empati, kemudian psikomotor. Psikomotor ini memang tidak terlalu ideal, maksudnya kalau pakai controller ini, pastinya kita membelek pasien seperti ini ya, rasanya akan sangat berbeda. Tetapi what I mean is, secara psikomotor adalah kita membuat ‘muscle memory’, kita jadi bisa ingat langkah apa setelah apa, alatapa taruh di mana," katanya.
"Itulah latihan-latihan yang dapat diberikan kepada para mahasiswa sehingga pada akhirnya dia akan lebih siap berlatih dengan cara yang lebih real," pungkasnya.
Bangun Layanan Pembuatan Visual Media untuk Kesehatan
Pulang dari Skotlandia, predikat Uti sebagai lulusan program ilustrator medis terakreditasi tak kunjung memberinya ruang karier.
“Waktu itu responnya almost nihil mas, tapi aku berpikir bahwasanya tetap harus dimulai, sehingga aku selanjutnya memperkenalkan diri sebagai freelance illustrator medis di samping pekerjaan utamaku”, kenangnya.
Dari satu klien hingga semakin banyak, Uti kemudian berinisiatif membangun lini bisnisnya sendiri yang ia namakan Medimedi (Medical Media), perusahaan yang mempunyai layanan pembuatan visual media untuk kesehatan, dengan tim kecil yang mempunyai keahlian dalam mengintegrasikan pengetahuan saintifik, visual art, dan teknologi digital.
“Kita harus (membuat) ‘medically approved’ dan harus ‘visually attracting’. Dokter yang paham juga tentang teknologi dan art, dan anak-anak art dan tech yang mau dengerin dari sisi medisnya, nah itu jadi tektokan aja kerjanya di antara mereka”, sambungnya.
Sejak pertama kali diinisiasi pada 2015, Uti sadar bahwa dampak yang ingin dicapai akan semakin besar, dan untuk mewujudkan hal tersebut, ia harus menambah tim dan beralih mengambil peran strategis sebagai entrepreneur.
Medimedi kemudian beroperasi sebagai sebuah entitas bisnis sejak tahun 2018. Dimulai dari mengerjakan pesanan ilustrasi medis berbentuk gambar, berkembang menjadi animasi dan video, hingga kini berkembang ke arah teknologi Extended Reality (XR).
XR adalah istilah payung untuk teknologi yang mengubah realitas dengan menambahkan elemen digital ke lingkungan fisik atau dunia nyata, termasuk Augmented Reality (AR), Mixed Reality (MR), dan Virtual Reality (VR). Medimedi bertekad untuk terus berinovasi dan menebarkan manfaatnya ke cakupan yang lebih luas, dengan misi jangka pendek dan menengah untuk membangun pusat pembelajaran kesehatan imersif yang didukung oleh tutor dan pasien virtual berbasis AI.
"Tteknologi ini dapat membuat kita menduplikasi skenario di dunia nyata masuk ke dalam virtual. Kalau di kedokteran kita itu banyak mempunyai skenario yang masuk ke dalam framework DICE, yaitu Dangerous, Impossible, Counterproductive, Expensive or rare, itu cocok”.
Untukmelatih seorang calon dokter membutuhkan biaya yang relatif besar, dan terkadang alat pembelajaran yang ideal kurang tersedia. Di Medimedi, pemanfaatan teknologi XR menjadi solusi bagi sebagian aspek pembelajaran. Teknologi XR memungkinkan pembelajaran dilakukan kapan saja dan di mana saja, sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, bebas risiko, serta mampu menjangkau tiga learning domain sekaligus.
“Learning domain kognitif, kemudian afektif seperti empati, kemudian psikomotor. Psikomotor ini memang tidak terlalu ideal, maksudnya kalau pakai controller ini, pastinya kita membelek pasien seperti ini ya, rasanya akan sangat berbeda. Tetapi what I mean is, secara psikomotor adalah kita membuat ‘muscle memory’, kita jadi bisa ingat langkah apa setelah apa, alatapa taruh di mana," katanya.
"Itulah latihan-latihan yang dapat diberikan kepada para mahasiswa sehingga pada akhirnya dia akan lebih siap berlatih dengan cara yang lebih real," pungkasnya.