Universitas Terbuka Targetkan 1 Juta Mahasiswa dengan Prioritaskan Kualitas
loading...
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Universitas Terbuka (UT) bertekad untuk mencapai target memiliki 1 juta mahasiswa pada tahun 2025. Namun, Rektor UT Prof. Ojat Darojat menekankan pencapaian ini akan difokuskan pada kualitas, bukan sekadar kuantitas.
Hal tersebut diutarakan setelah mendapatkan dorongan dariKemendiktisaintekuntuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan jumlah mahasiswa dengan mutu pendidikan.
Baca juga: Unggul di Pendidikan Jarak Jauh, UT Raih Akreditasi Internasional dari AAOU
“Memang, sejak masa Menristekdikti M. Nasir, UT diamanatkan untuk mencapai 1 juta mahasiswa sebagai target jangka pendek. Namun, kami tidak asal-asalan dalam mencapai angka tersebut,” ungkap Ojat, di selaWisuda Periode I Wilayah 1 TA
2024/2025
“Kualitas pendidikan yang kami tawarkan adalah faktor utama yang menarik minat masyarakat untuk kuliah di UT,” tambahnya.
Ojat menjelaskan, pihaknya tidak ingin asal mengejar target tersebut karena ingin UT menjadi tujuan kuliah karena masyarakat sendiri yang memang tertarik belajar di kampusnya. Selain itu UT menjadi pilihan karena memang kualitasnya bagus.
Ojat menjelaskan bahwa kewibawaan akademik UT, seperti materi ajar yang relevan dan dikembangkan oleh para ahli, adalah prioritas. Bahan ajar harus berkualitas dan selalu diperbarui agar tidak usang.
Selain itu, kualitas dalam layanan tutorial dan pendampingan bagi mahasiswa juga menjadi perhatian utama.
"Itu kita lakukan karena kualitas menjadi garda bagi UT untuk mengawal seluruh layanan. Kualitas itu merupakan satu-satunya pilihan hidup yang kita tempuh untuk mencapai target jangka pendek 1 juta itu," ujarnya.
Untuk menjaga standar kualitas, UT berkomitmen mengikuti pedoman mutu dari BAN-PT, Kementerian Pendidikan, dan lembaga-lembaga akreditasi seperti Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM).
Namun, Ojat mengungkapkan bahwa pengakuan nasional ini belum cukup, terutama dalam konteks pendidikan jarak jauh. Oleh karena itu, UT juga mengadopsi kerangka penjaminan mutu dari ASEAN Association of Open Universities dan standar internasional dari International Council for Open and Distance Education (ICDE).
“Kami menghadirkan Quality Reviewer dari ICDE secara rutin setiap tiga tahun untuk memastikan penyelenggaraan pendidikan jarak jauh kami sesuai dengan standar global. Biayanya memang mahal, tapi ini sepadan agar kami diakui tak hanya secara nasional, tapi juga di tingkat regional Asia dan dunia,” pungkas Ojat.
Dengan fokus pada kualitas akademik yang ketat, UT berharap dapat menjadi pilihan utama masyarakat yang mencari pendidikan jarak jauh berkualitas, sejalan dengan target 1 juta mahasiswa di tahun depan.
Hal tersebut diutarakan setelah mendapatkan dorongan dariKemendiktisaintekuntuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan jumlah mahasiswa dengan mutu pendidikan.
Baca juga: Unggul di Pendidikan Jarak Jauh, UT Raih Akreditasi Internasional dari AAOU
“Memang, sejak masa Menristekdikti M. Nasir, UT diamanatkan untuk mencapai 1 juta mahasiswa sebagai target jangka pendek. Namun, kami tidak asal-asalan dalam mencapai angka tersebut,” ungkap Ojat, di selaWisuda Periode I Wilayah 1 TA
2024/2025
“Kualitas pendidikan yang kami tawarkan adalah faktor utama yang menarik minat masyarakat untuk kuliah di UT,” tambahnya.
Ojat menjelaskan, pihaknya tidak ingin asal mengejar target tersebut karena ingin UT menjadi tujuan kuliah karena masyarakat sendiri yang memang tertarik belajar di kampusnya. Selain itu UT menjadi pilihan karena memang kualitasnya bagus.
Ojat menjelaskan bahwa kewibawaan akademik UT, seperti materi ajar yang relevan dan dikembangkan oleh para ahli, adalah prioritas. Bahan ajar harus berkualitas dan selalu diperbarui agar tidak usang.
Selain itu, kualitas dalam layanan tutorial dan pendampingan bagi mahasiswa juga menjadi perhatian utama.
"Itu kita lakukan karena kualitas menjadi garda bagi UT untuk mengawal seluruh layanan. Kualitas itu merupakan satu-satunya pilihan hidup yang kita tempuh untuk mencapai target jangka pendek 1 juta itu," ujarnya.
Untuk menjaga standar kualitas, UT berkomitmen mengikuti pedoman mutu dari BAN-PT, Kementerian Pendidikan, dan lembaga-lembaga akreditasi seperti Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM).
Namun, Ojat mengungkapkan bahwa pengakuan nasional ini belum cukup, terutama dalam konteks pendidikan jarak jauh. Oleh karena itu, UT juga mengadopsi kerangka penjaminan mutu dari ASEAN Association of Open Universities dan standar internasional dari International Council for Open and Distance Education (ICDE).
“Kami menghadirkan Quality Reviewer dari ICDE secara rutin setiap tiga tahun untuk memastikan penyelenggaraan pendidikan jarak jauh kami sesuai dengan standar global. Biayanya memang mahal, tapi ini sepadan agar kami diakui tak hanya secara nasional, tapi juga di tingkat regional Asia dan dunia,” pungkas Ojat.
Dengan fokus pada kualitas akademik yang ketat, UT berharap dapat menjadi pilihan utama masyarakat yang mencari pendidikan jarak jauh berkualitas, sejalan dengan target 1 juta mahasiswa di tahun depan.
(nnz)