Kemendikdasmen Latih Ribuan Guru BK untuk Ciptakan Sekolah Aman, Nyaman, dan Gembira
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 1.021 guru Bimbingan dan Konseling jenjang SMP, SMA, SMK, dan SLB mendapatkan pelatihan oleh Kemendikdasmen. Target dari pelatihan ini adalah mendukung peran guru BK dalam menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan gembira.
Baca juga: Pelajaran Coding dan AI, Mendikdasmen: Tidak Diajarkan Mulai Kelas 1 SD, Bukan Mapel Wajib
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengatakan, beberapa penelitian menunjukkan sekolah belum menjadi tempat yang ramah dan menyenangkan bagi murid-muridnya.
"Angka-angka perundungan dan kekerasan serta berbagai hal yang kontraproduktif dengan cita-cita Pendidikan masih terus saja terjadi," katanya saat membuka Bimtek Guru BK di Jakarta, dikutip Rabu (20/11/2024).
Oleh karena itu, dia mendorong adanya peningkatan kapasitas guru BK namun di sisi lain dia juga mendorong semua guru, tidak hanya guru BK, untuk memiliki tanggung jawab sebagai konselor dan pembimbing murid.
Maka dari itu, lanjutnya, dalam pelatihan PPG mulai tahun ini Kemendikdasmen akan menambahkan dua materi yaitu bimbingan konseling dan pendidikan nilai.
Baca juga: Apakah UN akan Diadakan Lagi? Ini Jawaban Terbaru Mendikdasmen
"Kita punya komitmen yang sama untuk menjadikan sekolah rumah Bersama. Ini mudah dikatakan tapi tidak mudah dilakukan karena berbagai macam perubahan sosial di masyarakat dan interaksi di dunia maya," ujarnya.
Guru Besar UIN Jakarta ini menjelaskan, pemahaman guru terhadap murid adalah kunci utama dalam menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan, bebas tekanan, dan terasa seperti di rumah.
Sebagaimana disebutkan dalam teori pendidikan, kurikulum tidak selalu berupa rangkaian mata pelajaran, melainkan sering kali mencerminkan karakter dan nilai-nilai sang guru itu sendiri. Guru adalah figur teladan yang dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi murid-muridnya.
Namun, dalam praktiknya, paradigma guru Bimbingan dan Konseling (BK) sering kali dipandang negatif. Guru BK kerap diasosiasikan sebagai sosok "polisi" di sekolah—galak, cemberut, dan siap menginterogasi murid yang dianggap bermasalah. Persepsi ini membuat murid cenderung takut berhadapan dengan guru BK, alih-alih merasa didampingi dan dimengerti.
"Kaena itu kami ingin mengubah paradigma guru BK. Kalau ada murid bermasalah, dipanggil oleh guru BK. Terkesan guru BK itu tukang interogasi, guru BK mengambil sebagian peran polisi. Guru BK kesannya galak dan sering cemberut. Komplit lah kesan guru BK jauh dari menggembirakan, yang alih2 menjadi pendmaping bagi murid, guru BK malah jadi momok bagi murid," lugasnya.
"Sekali lagi kami ingin persepsi itu berubah dan persepsi guru BK harus kiuta bangun dalam transformasi pelatihan di mana mereka bisa menjadi mentor, sahabat, orang tua, dan problem solver bagi para murid. Sehingga guru BK bisa menjadi guru favorit dan paling disukai di antara guru2 lain di sekolah," pungkasnya.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Prof Nunuk Suryani mengatakan, tujuan bimbingan teknis ini adalah untuk memperkuat peran dan kompetensi guru BK dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan gembira.
"Guru BK memiliki peran sentral dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan gembira. Sebagai pendamping peserta didik, guru BK juga berperan penting dalam mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik," kata Nunuk dalam laporannya pada Bimtek Guru BK.
Nunuk menambahkan, guru BK juga berperan penting dalam mengidentifikasi potensi, minat, dan bakat peserta didik. Dengan mengetahui kecenderungan minat dan bakat, guru BK dapat memberikan arahan yang tepat kepada siswa untuk lebih mengembangkan potensi mereka dengan cara positif.
Adapun tujuan khusus bimbingan Teknik guru BK ini adalah untuk mengembangkan keterampilan guru BK dalam membantu peserta didik mengeksplorasi potensi, minat, dan bakat. Lalu meningkatkan keterampilan guru BK dalam pencegahan dan penanganan kekerasan di sekolah hingga meningkatkan kompetensi guru BK dalam berkoordinasi dengan wali kelas, guru maple, kepala sekolah, dan orang tua mengenai kondisi psikologis siswa.
Baca juga: Pelajaran Coding dan AI, Mendikdasmen: Tidak Diajarkan Mulai Kelas 1 SD, Bukan Mapel Wajib
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengatakan, beberapa penelitian menunjukkan sekolah belum menjadi tempat yang ramah dan menyenangkan bagi murid-muridnya.
"Angka-angka perundungan dan kekerasan serta berbagai hal yang kontraproduktif dengan cita-cita Pendidikan masih terus saja terjadi," katanya saat membuka Bimtek Guru BK di Jakarta, dikutip Rabu (20/11/2024).
Oleh karena itu, dia mendorong adanya peningkatan kapasitas guru BK namun di sisi lain dia juga mendorong semua guru, tidak hanya guru BK, untuk memiliki tanggung jawab sebagai konselor dan pembimbing murid.
Maka dari itu, lanjutnya, dalam pelatihan PPG mulai tahun ini Kemendikdasmen akan menambahkan dua materi yaitu bimbingan konseling dan pendidikan nilai.
Baca juga: Apakah UN akan Diadakan Lagi? Ini Jawaban Terbaru Mendikdasmen
"Kita punya komitmen yang sama untuk menjadikan sekolah rumah Bersama. Ini mudah dikatakan tapi tidak mudah dilakukan karena berbagai macam perubahan sosial di masyarakat dan interaksi di dunia maya," ujarnya.
Guru Besar UIN Jakarta ini menjelaskan, pemahaman guru terhadap murid adalah kunci utama dalam menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan, bebas tekanan, dan terasa seperti di rumah.
Sebagaimana disebutkan dalam teori pendidikan, kurikulum tidak selalu berupa rangkaian mata pelajaran, melainkan sering kali mencerminkan karakter dan nilai-nilai sang guru itu sendiri. Guru adalah figur teladan yang dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi murid-muridnya.
Namun, dalam praktiknya, paradigma guru Bimbingan dan Konseling (BK) sering kali dipandang negatif. Guru BK kerap diasosiasikan sebagai sosok "polisi" di sekolah—galak, cemberut, dan siap menginterogasi murid yang dianggap bermasalah. Persepsi ini membuat murid cenderung takut berhadapan dengan guru BK, alih-alih merasa didampingi dan dimengerti.
"Kaena itu kami ingin mengubah paradigma guru BK. Kalau ada murid bermasalah, dipanggil oleh guru BK. Terkesan guru BK itu tukang interogasi, guru BK mengambil sebagian peran polisi. Guru BK kesannya galak dan sering cemberut. Komplit lah kesan guru BK jauh dari menggembirakan, yang alih2 menjadi pendmaping bagi murid, guru BK malah jadi momok bagi murid," lugasnya.
"Sekali lagi kami ingin persepsi itu berubah dan persepsi guru BK harus kiuta bangun dalam transformasi pelatihan di mana mereka bisa menjadi mentor, sahabat, orang tua, dan problem solver bagi para murid. Sehingga guru BK bisa menjadi guru favorit dan paling disukai di antara guru2 lain di sekolah," pungkasnya.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Prof Nunuk Suryani mengatakan, tujuan bimbingan teknis ini adalah untuk memperkuat peran dan kompetensi guru BK dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan gembira.
"Guru BK memiliki peran sentral dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan gembira. Sebagai pendamping peserta didik, guru BK juga berperan penting dalam mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik," kata Nunuk dalam laporannya pada Bimtek Guru BK.
Nunuk menambahkan, guru BK juga berperan penting dalam mengidentifikasi potensi, minat, dan bakat peserta didik. Dengan mengetahui kecenderungan minat dan bakat, guru BK dapat memberikan arahan yang tepat kepada siswa untuk lebih mengembangkan potensi mereka dengan cara positif.
Adapun tujuan khusus bimbingan Teknik guru BK ini adalah untuk mengembangkan keterampilan guru BK dalam membantu peserta didik mengeksplorasi potensi, minat, dan bakat. Lalu meningkatkan keterampilan guru BK dalam pencegahan dan penanganan kekerasan di sekolah hingga meningkatkan kompetensi guru BK dalam berkoordinasi dengan wali kelas, guru maple, kepala sekolah, dan orang tua mengenai kondisi psikologis siswa.
(nnz)