Mahasiswa Universitas Paramadina Latih Anak Berkebutuhan Khusus Terampil Olah Sampah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Paramadina menggelar program pelatihan pemanfaatan limbah kaleng dan kertas di SLB Rumah Melati, Harapan Baru, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (3/12/2024). Kegiatan bernama Kreativitas Kaleng Kertas ini memberikan keterampilan kepada anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) mengolah kaleng dan kertas menjadi barang baru yang lebih bernilai ekonomis.
Program ini diawali workshop untuk guru pada 21 November 2024, yang dilanjutkan dengan pelatihan yang juga melibatkan orang tua atau pendamping, dan masyarakat umum. Sebanyak 120 hadir dalam kegiatan ini, terdiri dari atas guru, orang tua, serta anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).
Baca juga: Profil Heri Hermansyah, Rektor UI yang Ditagih soal Titik Terang Gelar Doktor Bahlil
Hadir pula perwakilan sejumlah perusahaan di antaranya AOP Nusametal, PPLI, ANGI, Walikukun Lestari, Anugrah Abadi Bersaudara, dan Kharisma Kimia Indonesia. Selain itu juga hadir perwakilan Puskurjar BSKAP Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Ketua kegiatan, Dian Krisita mengatakan, program pelatihan ini menjembatani tantangan persoalan pengurangan sampah dengan upaya pemberdayaan ABK. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 2023, Indonesia menghasilkan total 69,7 juta ton sampah. Sekitar 3,24% di antaranya berasal dari sampah logam, termasuk kaleng, dan 10,83% dari kertas dan karton.
Di sisi lain, jumlah ABK di Indonesia cenderung bertambah setiap tahun. Pada 2017, jumlah ABK di Indonesia mencapai 1,6 juta jiwa. Per Desember 2023, Kemendikdasmen mencatat Jumlah sekolah formal yang memiliki siswa ABK sebanyak 40.164 unit. Namun, hanya 5.956 atau 14,83% yang punya guru pembimbing khusus ABK.
Dalam kegiatan ini, para ABK diberikan keterampilan mengolah kaleng dan kertas menjadi barang baru yang lebih bernilai ekonomis. Kemampuan ini diyakini akan membantu para ABK di masa mendatang.
Selain itu, ABK akan dapat mengembangkan keterampilan motorik, kreativitas, dan kemampuan kerja tim, yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan diri para ABK.
"Kegiatan ini penting untuk melatih kemandirian ABK, meningkatkan motivasi sekaligus untuk menghilangkan stigma terhadap ABK," ujar Dian.
Hardiansyah, dosen yang mewakili Universitas Paramadina mengatakan program kemitraan ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), khususnya nomor empat, yaitu pendidikan yang berkualitas.
Program ini diawali workshop untuk guru pada 21 November 2024, yang dilanjutkan dengan pelatihan yang juga melibatkan orang tua atau pendamping, dan masyarakat umum. Sebanyak 120 hadir dalam kegiatan ini, terdiri dari atas guru, orang tua, serta anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).
Baca juga: Profil Heri Hermansyah, Rektor UI yang Ditagih soal Titik Terang Gelar Doktor Bahlil
Hadir pula perwakilan sejumlah perusahaan di antaranya AOP Nusametal, PPLI, ANGI, Walikukun Lestari, Anugrah Abadi Bersaudara, dan Kharisma Kimia Indonesia. Selain itu juga hadir perwakilan Puskurjar BSKAP Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Ketua kegiatan, Dian Krisita mengatakan, program pelatihan ini menjembatani tantangan persoalan pengurangan sampah dengan upaya pemberdayaan ABK. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 2023, Indonesia menghasilkan total 69,7 juta ton sampah. Sekitar 3,24% di antaranya berasal dari sampah logam, termasuk kaleng, dan 10,83% dari kertas dan karton.
Di sisi lain, jumlah ABK di Indonesia cenderung bertambah setiap tahun. Pada 2017, jumlah ABK di Indonesia mencapai 1,6 juta jiwa. Per Desember 2023, Kemendikdasmen mencatat Jumlah sekolah formal yang memiliki siswa ABK sebanyak 40.164 unit. Namun, hanya 5.956 atau 14,83% yang punya guru pembimbing khusus ABK.
Dalam kegiatan ini, para ABK diberikan keterampilan mengolah kaleng dan kertas menjadi barang baru yang lebih bernilai ekonomis. Kemampuan ini diyakini akan membantu para ABK di masa mendatang.
Selain itu, ABK akan dapat mengembangkan keterampilan motorik, kreativitas, dan kemampuan kerja tim, yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan diri para ABK.
"Kegiatan ini penting untuk melatih kemandirian ABK, meningkatkan motivasi sekaligus untuk menghilangkan stigma terhadap ABK," ujar Dian.
Hardiansyah, dosen yang mewakili Universitas Paramadina mengatakan program kemitraan ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), khususnya nomor empat, yaitu pendidikan yang berkualitas.