Mahasiswa Universitas Paramadina Latih Anak Berkebutuhan Khusus Terampil Olah Sampah

Kamis, 05 Desember 2024 - 19:22 WIB
loading...
Mahasiswa Universitas...
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Paramadina menggelar program pelatihan pemanfaatan limbah kaleng dan kertas di SLB Rumah Melati, Harapan Baru, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (3/12/2024). Foto/Istimewa.
A A A
JAKARTA - Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Paramadina menggelar program pelatihan pemanfaatan limbah kaleng dan kertas di SLB Rumah Melati, Harapan Baru, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (3/12/2024). Kegiatan bernama Kreativitas Kaleng Kertas ini memberikan keterampilan kepada anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) mengolah kaleng dan kertas menjadi barang baru yang lebih bernilai ekonomis.

Program ini diawali workshop untuk guru pada 21 November 2024, yang dilanjutkan dengan pelatihan yang juga melibatkan orang tua atau pendamping, dan masyarakat umum. Sebanyak 120 hadir dalam kegiatan ini, terdiri dari atas guru, orang tua, serta anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).

Baca juga: Profil Heri Hermansyah, Rektor UI yang Ditagih soal Titik Terang Gelar Doktor Bahlil

Hadir pula perwakilan sejumlah perusahaan di antaranya AOP Nusametal, PPLI, ANGI, Walikukun Lestari, Anugrah Abadi Bersaudara, dan Kharisma Kimia Indonesia. Selain itu juga hadir perwakilan Puskurjar BSKAP Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).

Ketua kegiatan, Dian Krisita mengatakan, program pelatihan ini menjembatani tantangan persoalan pengurangan sampah dengan upaya pemberdayaan ABK. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 2023, Indonesia menghasilkan total 69,7 juta ton sampah. Sekitar 3,24% di antaranya berasal dari sampah logam, termasuk kaleng, dan 10,83% dari kertas dan karton.

Di sisi lain, jumlah ABK di Indonesia cenderung bertambah setiap tahun. Pada 2017, jumlah ABK di Indonesia mencapai 1,6 juta jiwa. Per Desember 2023, Kemendikdasmen mencatat Jumlah sekolah formal yang memiliki siswa ABK sebanyak 40.164 unit. Namun, hanya 5.956 atau 14,83% yang punya guru pembimbing khusus ABK.

Dalam kegiatan ini, para ABK diberikan keterampilan mengolah kaleng dan kertas menjadi barang baru yang lebih bernilai ekonomis. Kemampuan ini diyakini akan membantu para ABK di masa mendatang.

Selain itu, ABK akan dapat mengembangkan keterampilan motorik, kreativitas, dan kemampuan kerja tim, yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan diri para ABK.

"Kegiatan ini penting untuk melatih kemandirian ABK, meningkatkan motivasi sekaligus untuk menghilangkan stigma terhadap ABK," ujar Dian.

Hardiansyah, dosen yang mewakili Universitas Paramadina mengatakan program kemitraan ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), khususnya nomor empat, yaitu pendidikan yang berkualitas.

"Saya sangat mengapresiasi acara ini karena melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus dari berbagai usia. Mereka sudah belajar banyak keterampilan yang sangat produktif, seperti membuat sabun, mengolah kertas, dan membuat furnitur industri. Hasil kreativitas mereka sangat mengagumkan," ujar Hardi.

Menurutnya, kegiatan ini juga penting karena mengedepankan inklusivitas. Artinya, tidak ada anak yang tertinggal. Para ABK diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

"Kita hanya memiliki satu kesempatan hidup di dunia ini. Bumi adalah tempat kita bersama, dan kita harus menjaga agar bumi menjadi tempat yang lebih baik. Acara ini keren," kata Hardi.

Farah Ariani, dari Kemendikdasmen menilai kegiatan ini adalah salah satu contoh kolaborasi dan kemitraan yang sudah selayaknya memang diperkuat dalam dunia pendidikan. Kementerian dapat membuat kebijakan, tetapi kebijakan tersebut tidak akan efektif tanpa kolaborasi dengan sekolah dan masyarakat, yang melibatkan kampus dan perusahaan.

Menurutnya, banyak orang tua berpikir anak mereka harus mengejar prestasi akademik. Itu sebabnya mereka banyak yang khawatir tentang masa depan anak-anak mereka, terutama yang berkebutuhan khusus.

"Saya berharap acara ini dapat terus memperkuat kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Kemitraan ini penting untuk mengembangkan keterampilan anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka dapat mandiri dan berpartisipasi dalam masyarakat. Saya juga berharap perusahaan dan pihak lainnya dapat terus mendukung kegiatan serupa untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang lebih inklusif," tutur Farah.

Ketua Yayasan SLB Rumah Melati Narni Astriani mengaku senang dan bersyukur atas terselenggaranya kegiatan acara perdana dan mendapat perhatian cukup besar dari perusahaan. "Harapan saya, acara ini bisa menjadi pembuka, bukan hanya sekadar pengenalan, tapi juga berkelanjutan," katanya.

Sementara Hary Sutanto yang mewakili PT PPLI menilai pelatihan ini relevan dengan pengelolaan sampah yang digeluti perusahaan tersebut. Terlebih, sasarannya adalah usia dini. "Kegiatan ini sangat tepat. Anak-anak, termasuk ABK bisa menjadi contoh utama dalam mengelola sampah dan memberi inspirasi masyarakat luas," ujar Hary.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3386 seconds (0.1#10.140)