Salah Satu Tujuan Pendidikan Adalah Memerdekakan Manusia dari Kebodohan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap 2 Mei bukan sekadar mengenai jasa pahlawan pendidikan dan sekadar seremonial semata. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menilai, ada makna penting yang tersirat dari pendidikan itu sendiri.
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo berpendapat, pendidikan sepaturnya membentuk individu menjadi pribadi yang mampu mewujudkan kemanusiaan, keadilan, dan beradab. Artinya, seseorang tahu bagaimana memposisikan dan memperlakukan sesama seperti dirinya sendiri.
Hal itu seperti yang diajarkan oleh Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Selain menanamkan pengetahuan intelektual, pendidikan juga diarahkan kepada penanaman atau pembudayaan buah budi manusia yang beradab. Sejalan dengan sila kedua dalam Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab.
"Salah satu dari tujuan pendidikan adalah memerdekakan manusia dari kebodohan. Setelah mengalami kemerdekaan, manusia memiliki keluhuran budi serta mampu merasakan derita orang lain. Manusia itu tidak lagi berpikir tentang dirinya sendiri, tetapi juga memikirkan tentang orang lain," kata Benny kepada SINDOnews, Sabtu (2/5/2020).
Rasa saling memikirkan satu sama lain inilah yang merupakan bentuk nyata dari kesetiakawanan. Kesetiakawanan bersumber dari semangat gotong royong, yang merupakan intisari dari Pancasila. "Sistem pendidikan kita, baik formal, nonformal maupun informal, harus diarahkan kepada mendidik manusia yang adil dan beradab," imbuh dia.
(Baca juga: Survei IPNU Sebut 80,67% Mahasiswa Tak Dapat Pembelajaran Daring dari Kampus)
Pria yang akrab disapa Romo Benny itu menambahkan, peranan guru di dunia pendidikan sangat diperlukan dalam menanamkan rasa kesetiakawanan dan adab sebagai seorang manusia. Guru harus memposisikan dirinya sebagai sahabat bagi murid-muridnya. Tidak boleh ada jarak yang terlalu jauh antara guru dan muridnya, bahkan jika perlu guru harus berada di tengah-tengah muridnya untuk melakukan proses pendidikan.
Seperti penggalan ungkapan Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Madya Mangun Karso. Hal itu bermakna bahwa di tengah-tengah para murid, guru bisa memberikan semangat yang membangun. Fungsi sebagai pendidik, bisa dilakukan secara maksimal dalam menanamkan rasa kesetiakawanan, berkeadilan dan keadaban sebagai manusia.
Namun sejatinya, pendidik itu bukan hanya guru saja. Ki Hajar Dewantara mengajarkan untuk menjadikan setiap tempat sebagai sekolah dan setiap orang menjadi guru. Karena itu, setiap orang sebaiknya memposisikan diri sebagai guru sekaligus murid.
Jikalau itu sudah diterapkan di Indonesia, lanjut Romo Benny, niscaya kesetiakawanan dan semangat gotong royong akan semakin terpupuk serta mudah ditemukan dalam seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Di lain sisi, perilaku bullying atau individualistis dengan sendirinya akan menghilang dari kalangan generasi penerus bangsa.
"Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2020! Adillah sejak dalam pikiran, beradablah dalam tindakan dan perbuatan," ucapnya.
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo berpendapat, pendidikan sepaturnya membentuk individu menjadi pribadi yang mampu mewujudkan kemanusiaan, keadilan, dan beradab. Artinya, seseorang tahu bagaimana memposisikan dan memperlakukan sesama seperti dirinya sendiri.
Hal itu seperti yang diajarkan oleh Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Selain menanamkan pengetahuan intelektual, pendidikan juga diarahkan kepada penanaman atau pembudayaan buah budi manusia yang beradab. Sejalan dengan sila kedua dalam Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab.
"Salah satu dari tujuan pendidikan adalah memerdekakan manusia dari kebodohan. Setelah mengalami kemerdekaan, manusia memiliki keluhuran budi serta mampu merasakan derita orang lain. Manusia itu tidak lagi berpikir tentang dirinya sendiri, tetapi juga memikirkan tentang orang lain," kata Benny kepada SINDOnews, Sabtu (2/5/2020).
Rasa saling memikirkan satu sama lain inilah yang merupakan bentuk nyata dari kesetiakawanan. Kesetiakawanan bersumber dari semangat gotong royong, yang merupakan intisari dari Pancasila. "Sistem pendidikan kita, baik formal, nonformal maupun informal, harus diarahkan kepada mendidik manusia yang adil dan beradab," imbuh dia.
(Baca juga: Survei IPNU Sebut 80,67% Mahasiswa Tak Dapat Pembelajaran Daring dari Kampus)
Pria yang akrab disapa Romo Benny itu menambahkan, peranan guru di dunia pendidikan sangat diperlukan dalam menanamkan rasa kesetiakawanan dan adab sebagai seorang manusia. Guru harus memposisikan dirinya sebagai sahabat bagi murid-muridnya. Tidak boleh ada jarak yang terlalu jauh antara guru dan muridnya, bahkan jika perlu guru harus berada di tengah-tengah muridnya untuk melakukan proses pendidikan.
Seperti penggalan ungkapan Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Madya Mangun Karso. Hal itu bermakna bahwa di tengah-tengah para murid, guru bisa memberikan semangat yang membangun. Fungsi sebagai pendidik, bisa dilakukan secara maksimal dalam menanamkan rasa kesetiakawanan, berkeadilan dan keadaban sebagai manusia.
Namun sejatinya, pendidik itu bukan hanya guru saja. Ki Hajar Dewantara mengajarkan untuk menjadikan setiap tempat sebagai sekolah dan setiap orang menjadi guru. Karena itu, setiap orang sebaiknya memposisikan diri sebagai guru sekaligus murid.
Jikalau itu sudah diterapkan di Indonesia, lanjut Romo Benny, niscaya kesetiakawanan dan semangat gotong royong akan semakin terpupuk serta mudah ditemukan dalam seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Di lain sisi, perilaku bullying atau individualistis dengan sendirinya akan menghilang dari kalangan generasi penerus bangsa.
"Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2020! Adillah sejak dalam pikiran, beradablah dalam tindakan dan perbuatan," ucapnya.
(maf)