Tiga Mahasiswa UPN Jakarta Lolos Program Diplomasi Kedubes AS AYDA 2025
loading...

3 mahasiswa UPN Veteran Jakarta berhasil lolos seleksi Ambassador Youth Diplomacy Academy (AYDA) 2025. Foto/UPNVJ.
A
A
A
JAKARTA - 3 mahasiswa UPN Veteran Jakarta berhasil lolos seleksi Ambassador Youth Diplomacy Academy (AYDA) 2025. Program tersebut diselenggarakan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mulai 16 Januari 2025 di MyAmerica Jakarta.
Ketiga mahasiswa UPN Veteran Jakarta tersebut adalah Kezia Oktavia Manik (2021), Retrisyia Arfind Putri (2022), dan Annisa Shakira Meidi (2022) berhasil terpilih dalam program tersebut sejak proses seleksi bulan Desember 2024.
Baca juga: Beri Kuliah di Binus, Dosen Ilmu Komunikasi UPNVJ Bedah Pentingnya Netnografi
Mereka berhasil mengalahkan seluruh peserta sebanyak 1.135 mahasiswa di seluruh Indonesia. Proses panjang ini menjadi tempaan pengalaman yang luar biasa bagi mereka dan secara umum mempererat hubungan antara Indonesia-Amerika Serikat.
AYDA merupakan program pembelajaran diplomasi dari Kedutaan Amerika yang berlangsung selama satu semester. Mereka akan dibekali dengan pelatihan diplomasi dari para diplomat Amerika Serikat, khususnya Duta Besar Kamala Lakhdir.
Baca juga: Gandeng Prodi Ilmu Komunikasi UPNVJ, PLN Gencarkan Sosialisasi Produk Bersertifikat SNI
Secara gambaran luas, program ini dalam wadah Kemitraan Strategis Komprehensif (Comprehensive Strategic Partnership/CSP) antara Indonesia-Amerika Serikat. Mereka bertiga akan berdiskusi secara eksploratif isu-isu global: dari perdamaian Indo-Pasifik sampai transformasi digital.
AYDA adalah refleksi komitmen Kedubes AS untuk membangun kolaborasi antar masyarakat melalui pendidikan, pertukaran, dan pelatihan kepemimpinan. AYDA seharusnya menguatkan jejaring kuat yang saling mengerti satu dengan yang lain sehingga masyarakat Indonesia-Amerika Serikat semakin kuat ikatan dalam mewujudkan perdamaian.
Dalam program AYDA ini, peserta juga melakukan kunjungan (site visit) ke lembaga-lembaga terkait dengan diplomasi, seperti Kantor Sekretariat ASEAN, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, dan lain sebagainya.
Untuk dapat lolos dalam program ini, para peserta harus melalui seleksi ketat berupa penulisan esai, yakni pengalaman diplomasi, esai motivasi mendaftar ke dalam program AYDA, dan analisis mengenai kontribusi Amerika Serikat kepada Indonesia.
Program AYDA terbuka umum dari semua jurusan. Program ini dikhususkan untuk kalangan mahasiswa hingga fresh graduate tanpa batasan umur. Jadi kompetisinya sangat beragam.
Retrisyia Arfind Putri mengungkapkan, motivasinya mendaftar AYDA adalah untuk memahami praktik diplomasi secara langsung, karena pembelajaran di kelas lebih banyak membahas kebijakan dibandingkan praktik negosiasi dan hubungan diplomatik itu sendiri. Baginya dengan praktik, pengetahuan mudah diserap.
Hal itu ditegaskan pula oleh, Kezia Oktavia Manik “Program AYDA dianggap mampu membuka akses bagi mahasiswa atau fresh graduate sehingga dapat membuat jejaring dari program ini," katanya melalui siaran pers, Rabu (5/2/2025).
Bagi kehidupan mahasiswa, pekerjaan masa depan ditentukan oleh proses di perkuliahan dan pengalaman yang didapatnya.
Annisa Shakira Meidi mengatakan, program ini sebagai sebuah ‘once-in-a-lifetime-opportunity’ dalam perjalanan hidup mahasiswa yang hendak meniti kariernya di ranah diplomasi. Baginya, suatu kesempatan tidak akan kembali lagi atau datang dua kali sehingga setiap momen hidup perlu dijalani dengan serius dan diraih selagi bisa.
Melalui program AYDA, selain hubungan antara Indonesia-Amerika Serikat semakin kuat, para peserta juga mendapatkan pengalaman berharga, membangun koneksi dengan para diplomat dan sesama peserta.
Shared values dan shared norms kedua negara disalurkan melalui program seperti AYDA. Harapannya program seperti ini menjadi salah satu kegiatan mendukung perdamaian kosmopolitan dalam hubungan internasional.
Ketiga mahasiswa UPN Veteran Jakarta tersebut adalah Kezia Oktavia Manik (2021), Retrisyia Arfind Putri (2022), dan Annisa Shakira Meidi (2022) berhasil terpilih dalam program tersebut sejak proses seleksi bulan Desember 2024.
Baca juga: Beri Kuliah di Binus, Dosen Ilmu Komunikasi UPNVJ Bedah Pentingnya Netnografi
Mereka berhasil mengalahkan seluruh peserta sebanyak 1.135 mahasiswa di seluruh Indonesia. Proses panjang ini menjadi tempaan pengalaman yang luar biasa bagi mereka dan secara umum mempererat hubungan antara Indonesia-Amerika Serikat.
AYDA merupakan program pembelajaran diplomasi dari Kedutaan Amerika yang berlangsung selama satu semester. Mereka akan dibekali dengan pelatihan diplomasi dari para diplomat Amerika Serikat, khususnya Duta Besar Kamala Lakhdir.
Baca juga: Gandeng Prodi Ilmu Komunikasi UPNVJ, PLN Gencarkan Sosialisasi Produk Bersertifikat SNI
Secara gambaran luas, program ini dalam wadah Kemitraan Strategis Komprehensif (Comprehensive Strategic Partnership/CSP) antara Indonesia-Amerika Serikat. Mereka bertiga akan berdiskusi secara eksploratif isu-isu global: dari perdamaian Indo-Pasifik sampai transformasi digital.
AYDA adalah refleksi komitmen Kedubes AS untuk membangun kolaborasi antar masyarakat melalui pendidikan, pertukaran, dan pelatihan kepemimpinan. AYDA seharusnya menguatkan jejaring kuat yang saling mengerti satu dengan yang lain sehingga masyarakat Indonesia-Amerika Serikat semakin kuat ikatan dalam mewujudkan perdamaian.
Dalam program AYDA ini, peserta juga melakukan kunjungan (site visit) ke lembaga-lembaga terkait dengan diplomasi, seperti Kantor Sekretariat ASEAN, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, dan lain sebagainya.
Untuk dapat lolos dalam program ini, para peserta harus melalui seleksi ketat berupa penulisan esai, yakni pengalaman diplomasi, esai motivasi mendaftar ke dalam program AYDA, dan analisis mengenai kontribusi Amerika Serikat kepada Indonesia.
Program AYDA terbuka umum dari semua jurusan. Program ini dikhususkan untuk kalangan mahasiswa hingga fresh graduate tanpa batasan umur. Jadi kompetisinya sangat beragam.
Retrisyia Arfind Putri mengungkapkan, motivasinya mendaftar AYDA adalah untuk memahami praktik diplomasi secara langsung, karena pembelajaran di kelas lebih banyak membahas kebijakan dibandingkan praktik negosiasi dan hubungan diplomatik itu sendiri. Baginya dengan praktik, pengetahuan mudah diserap.
Hal itu ditegaskan pula oleh, Kezia Oktavia Manik “Program AYDA dianggap mampu membuka akses bagi mahasiswa atau fresh graduate sehingga dapat membuat jejaring dari program ini," katanya melalui siaran pers, Rabu (5/2/2025).
Bagi kehidupan mahasiswa, pekerjaan masa depan ditentukan oleh proses di perkuliahan dan pengalaman yang didapatnya.
Annisa Shakira Meidi mengatakan, program ini sebagai sebuah ‘once-in-a-lifetime-opportunity’ dalam perjalanan hidup mahasiswa yang hendak meniti kariernya di ranah diplomasi. Baginya, suatu kesempatan tidak akan kembali lagi atau datang dua kali sehingga setiap momen hidup perlu dijalani dengan serius dan diraih selagi bisa.
Melalui program AYDA, selain hubungan antara Indonesia-Amerika Serikat semakin kuat, para peserta juga mendapatkan pengalaman berharga, membangun koneksi dengan para diplomat dan sesama peserta.
Shared values dan shared norms kedua negara disalurkan melalui program seperti AYDA. Harapannya program seperti ini menjadi salah satu kegiatan mendukung perdamaian kosmopolitan dalam hubungan internasional.
(nnz)
Lihat Juga :