Mendikdasmen: Membaca adalah Fondasi Peradaban Bangsa
loading...
A
A
A
“Bacaan bermutu juga menjadi penting agar minat baca tumbuh dan budaya membaca terus berkembang di masyarakat. Gerakan ini perlu didukung dengan sinergi yang melibatkan seluruh masyarakat,” tukasnya.
Dalam rangka bersinergi, Menteri Dikdasmen menyebut, pihaknya menggunakan pendekatan Partisipasi Semesta. Di sini, pihaknya bekerja sama dan membangun kemitraan strategis dengan berbagai unsur. “Seberapa pun dana yang kita miliki, tidak akan pernah cukup kalau bekerja sendiri dan tidak bersinergi dengan masyarakat,” ujarnya.
Dia menambahkan, reading competency atau kemampuan membaca masyarakat masih harus ditingkatkan. Angka melek huruf masyarakat Indonesia hampir mencapai 100 persen. Namun sayangnya, kemampuan memahami teks masih harus ditingkatkan.
“Dan ini tentu saja membutuhkan adanya sinergi antara Perpusnas dan lembaga pendidikan, lembaga masyarakat, pegiat literasi, agar itu ditingkatkan. Perlu ada pelatihan dan upgrading kemampuan agar masyarakat dapat membaca dengan sebaik-baiknya,” urainya.
Upaya peningkatan kemampuan memahami bacaan masih menghadapi tantangan, terutama munculnya gejala scroll society. Masyarakat, jelasnya, lebih banyak membaca dari gawai dan membaca judul artikel, kemudian scroll gawai. Terkadang, pembaca membuat kesimpulan dari judul tanpa membaca isinya.
“Karena itu bersinergi dengan berbagai kelompok masyarakat dan penyediaan bahan bacaaan dalam berbagai bentuk, tidak hanya cetak, tapi juga bahan bacaan elektronik dan digital, ini juga menjadi bagian dari upaya supaya bahan bacaan reachable,” urainya.
Terakhir, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Perpusnas yang telah berkomitmen membangun budaya baca. Menurutnya, profesi yang bergerak di bidang perpustakaan atau pustakawan, berperan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Pustakawan mungkin profesi yang tidak menarik bagi banyak orang dan tidak banyak menjanjikan secara ekonomi. Tetapi kita harus bangga karena itu sumbangan kita untuk memajukan bangsa ini,” ucapnya.
Dia menceritakan pengalaman kala menempuh pendidikan di luar negeri, betapa pustakawan memanjakan para mahasiswa. “Bahkan ketika bukunya tidak ada di situ, adanya di kampus lain, sampai dipesankan bukunya dengan biaya dari perpustakaan,” urainya.
Terkait naskah kuno, masih ada naskah hasil karya anak bangsa di luar negeri yang belum dimiliki negara. Padahal hal ini merupakan warisan budaya yang menginspirasi generasi bangsa. Dia berharap Perpusnas dapat mengambil bagian dalam upaya penyelamatan peradaban, bahkan membangun peradaban. Hal ini memang tidak mudah, tapi harus dilakukan di tengah berbagai tantangan.
Dalam rangka bersinergi, Menteri Dikdasmen menyebut, pihaknya menggunakan pendekatan Partisipasi Semesta. Di sini, pihaknya bekerja sama dan membangun kemitraan strategis dengan berbagai unsur. “Seberapa pun dana yang kita miliki, tidak akan pernah cukup kalau bekerja sendiri dan tidak bersinergi dengan masyarakat,” ujarnya.
Dia menambahkan, reading competency atau kemampuan membaca masyarakat masih harus ditingkatkan. Angka melek huruf masyarakat Indonesia hampir mencapai 100 persen. Namun sayangnya, kemampuan memahami teks masih harus ditingkatkan.
“Dan ini tentu saja membutuhkan adanya sinergi antara Perpusnas dan lembaga pendidikan, lembaga masyarakat, pegiat literasi, agar itu ditingkatkan. Perlu ada pelatihan dan upgrading kemampuan agar masyarakat dapat membaca dengan sebaik-baiknya,” urainya.
Upaya peningkatan kemampuan memahami bacaan masih menghadapi tantangan, terutama munculnya gejala scroll society. Masyarakat, jelasnya, lebih banyak membaca dari gawai dan membaca judul artikel, kemudian scroll gawai. Terkadang, pembaca membuat kesimpulan dari judul tanpa membaca isinya.
“Karena itu bersinergi dengan berbagai kelompok masyarakat dan penyediaan bahan bacaaan dalam berbagai bentuk, tidak hanya cetak, tapi juga bahan bacaan elektronik dan digital, ini juga menjadi bagian dari upaya supaya bahan bacaan reachable,” urainya.
Terakhir, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Perpusnas yang telah berkomitmen membangun budaya baca. Menurutnya, profesi yang bergerak di bidang perpustakaan atau pustakawan, berperan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Pustakawan mungkin profesi yang tidak menarik bagi banyak orang dan tidak banyak menjanjikan secara ekonomi. Tetapi kita harus bangga karena itu sumbangan kita untuk memajukan bangsa ini,” ucapnya.
Dia menceritakan pengalaman kala menempuh pendidikan di luar negeri, betapa pustakawan memanjakan para mahasiswa. “Bahkan ketika bukunya tidak ada di situ, adanya di kampus lain, sampai dipesankan bukunya dengan biaya dari perpustakaan,” urainya.
Terkait naskah kuno, masih ada naskah hasil karya anak bangsa di luar negeri yang belum dimiliki negara. Padahal hal ini merupakan warisan budaya yang menginspirasi generasi bangsa. Dia berharap Perpusnas dapat mengambil bagian dalam upaya penyelamatan peradaban, bahkan membangun peradaban. Hal ini memang tidak mudah, tapi harus dilakukan di tengah berbagai tantangan.
Lihat Juga :