Wajib Melek Huruf, 4 Langkah Kemendikbud Berantas Buta Aksara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tingkat pemberantasan buta aksara sudah turun menjadi 1,78% pada 2019. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan terus meningkatkan pemberantasan buta aksara melalui empat langkah.
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Jumeri mengatakan, pemberantasan buta aksara menjadi salah satu tugas penting di Kemendikbud. Sebab buta aksara ini, jelasnya, menghambat banyak aspek kehidupan warga negara. (Baca juga: 6 Provinsi Jadi Fokus Pemberantasan Buta Aksara )
Dia menjelaskan, seseorang bisa mengakses pengetahuan jika memiliki kemampuan literasi. Tentu jika ada masyarakat yang buta aksara maka akses ke kesehatan, ekonomi, kehidupan dan kesejahreraan pun akan terhambat.
"Sangat dibutuhkan sekali kemampuan warga untuk bisa melek huruf, untuk bisa membaca dan menyaring informasi untuk mensejahterakan hidupnya," katanya pada taklimat media Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) via daring, Jumat (4/9).
Jumeri menjelaskan, untuk memberantas buta aksara secara nasional maka ada 4 langkah yang ditempuh Kemendikbud. Pertama adalah pemutahiran data. Dia mengatakan, dengan data yang terukur baik data BPS maupun survey yang dilakukan masyarakat maka akan dapat diketahui prioritas program pada daerah tertentu yang angka buta aksaranya masih tinggi. (Baca juga: COVID-19 Terus Meningkat, DPR Minta Kemendikbud Waspadai Klaster Pendidikan )
Program kedua adalah strategi penuntasan yakni dengan layanan program pendidikan keaksaraan yang dilakuka dengan sistem blok atau kluster. Tujuannya adalah Kemendikbud dapat menggulirkan program keaksaraan dengan memperhatikan kondisi daerah atau kearifan budaya lokal. "Program pemberantasan buta aksara bagi komunitas adat terpencil sebagai upaya untuk membantu daerah yang sulit terjangkau," katanya.
Jumeri melanjutkan, program penuntasan buta aksara ketiga adalah pengembangan jejaring dan sinergitas. Kemendikbud dalam hal ini bekerja sama dengan dinas pendidikan kabupaten kota, balai pengembangan Paud Dikmas, lembaga pendidikan non formal, organisasi penddidikan serta juga kampus melalui KKN tematik khusus pemberantasan buta aksara. (Baca juga: 9 Perguruan Tinggi Indonesia Masuk Peringkat Dunia Versi THE 2021, UI Teratas )
Kemudian langkah keempat adalah pengembangan program yang inovatif. Yakni layanan daring dan inovasi pendekatan, strategi dan metode pembelajaran pendidikan keaksaraan. "Jadi yang daring bukan hanya sekolah formal tapi seoklah penddidikan non formal semacam keaksaraan ini juga bisa didaringkan lewat aplikasi yang sudah kita luncurkan," ujarnya.
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Jumeri mengatakan, pemberantasan buta aksara menjadi salah satu tugas penting di Kemendikbud. Sebab buta aksara ini, jelasnya, menghambat banyak aspek kehidupan warga negara. (Baca juga: 6 Provinsi Jadi Fokus Pemberantasan Buta Aksara )
Dia menjelaskan, seseorang bisa mengakses pengetahuan jika memiliki kemampuan literasi. Tentu jika ada masyarakat yang buta aksara maka akses ke kesehatan, ekonomi, kehidupan dan kesejahreraan pun akan terhambat.
"Sangat dibutuhkan sekali kemampuan warga untuk bisa melek huruf, untuk bisa membaca dan menyaring informasi untuk mensejahterakan hidupnya," katanya pada taklimat media Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) via daring, Jumat (4/9).
Jumeri menjelaskan, untuk memberantas buta aksara secara nasional maka ada 4 langkah yang ditempuh Kemendikbud. Pertama adalah pemutahiran data. Dia mengatakan, dengan data yang terukur baik data BPS maupun survey yang dilakukan masyarakat maka akan dapat diketahui prioritas program pada daerah tertentu yang angka buta aksaranya masih tinggi. (Baca juga: COVID-19 Terus Meningkat, DPR Minta Kemendikbud Waspadai Klaster Pendidikan )
Program kedua adalah strategi penuntasan yakni dengan layanan program pendidikan keaksaraan yang dilakuka dengan sistem blok atau kluster. Tujuannya adalah Kemendikbud dapat menggulirkan program keaksaraan dengan memperhatikan kondisi daerah atau kearifan budaya lokal. "Program pemberantasan buta aksara bagi komunitas adat terpencil sebagai upaya untuk membantu daerah yang sulit terjangkau," katanya.
Jumeri melanjutkan, program penuntasan buta aksara ketiga adalah pengembangan jejaring dan sinergitas. Kemendikbud dalam hal ini bekerja sama dengan dinas pendidikan kabupaten kota, balai pengembangan Paud Dikmas, lembaga pendidikan non formal, organisasi penddidikan serta juga kampus melalui KKN tematik khusus pemberantasan buta aksara. (Baca juga: 9 Perguruan Tinggi Indonesia Masuk Peringkat Dunia Versi THE 2021, UI Teratas )
Kemudian langkah keempat adalah pengembangan program yang inovatif. Yakni layanan daring dan inovasi pendekatan, strategi dan metode pembelajaran pendidikan keaksaraan. "Jadi yang daring bukan hanya sekolah formal tapi seoklah penddidikan non formal semacam keaksaraan ini juga bisa didaringkan lewat aplikasi yang sudah kita luncurkan," ujarnya.
(mpw)