FTUI: Pandemi Buka Peluang Merancang Ulang Ibu Kota Negara
loading...
A
A
A
DEPOK - Pakar Perancangan Kota Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI) Antony Sihombing menuturkan, pandemi virus Corona (COVID-19) menjadi kesempatan baik untuk kembali mendefinisikan rancangan sebuah kota (redesign) yang baik. Hal ini agar sesuai dan siap dengan fenomena pandemi, khususnya pada Ibu Kota Negara.
Ia menyatakan, para ahli dan perancang kota tentunya punya visi bagaimana proses penyesuaian itu akan tetap menjaga, bahkan meningkatkan kualitas Ibu Kota Negara yang baru. Selain itu, konsep smart city tentunya memainkan peranan penting dalam kehidupan di era new normal. (Baca juga: UB Masuk Peringkat 1000+ Terbaik Dunia Versi THE World University Rankings )
"Penggunaan Information Technology (IT) dan Artificial Intelligence (AI) yang semakin maju tentunya turut menentukan kota-kota di masa depan," kata Antony melalui keterangan tertulis, Senin, (7/8/2020).
Ia menambahkan, arsitek dan perencana kota juga berhubungan dengan bidang kesehatan. Perancangan yang dibuat diarahkan untuk membuat tempat kehidupan manusia yang memenuhi kesehatan masyarakat, nyaman dan aman.
"Kebijakan physical distancing juga mengubah standar ruang kerja dan dalam konteks yang lebih luas, mengubah nilai ekonomi suatu bangunan. Faktor risiko penyebaran penyakit menjadi penting dalam menentukan arah bisnis perkantoran dan retail secara signifikan," ujar Antony. (Baca juga: 400 Ribu Mahasiswa akan Ikut Kampus Merdeka, Anda Tertarik? )
Ia juga menjelaskan, bangunan-bangunan yang ada di kota perlu adaptasi kembali penggunaannya (adaptive reuse). Menurutnya, kini tingkat hunian perkantoran, pertokoan/mal di perkotaan menurun drastis. Makanya, ia menilai perlu dipertimbangkan kembali fungsi ruang kantor, ruang aula, auditorium, atau cinema besar.
Misalnya, dengan berkurangnya penggunaan lapangan parkir mobil terbuka akibat pembatasan protokol kesehatan, perlu dipikirkan adaptive reuse untuk fungsi lain, seperti drive in cinema atau drive through sunday market untuk waktu-waktu tertentu. "Serta memperbanyak taman-taman kota, RPTRA, dan mengarahkan pembangunan berorientasi lingkungan hijau dan biru," jelasnya.
Penjelasan ini disampaikan dalam seminar online bertajuk 'Smart City dan Covid-19: Relevansinya dengan Ibu Kota Negara Pascapandemi', pada Jumat, 4 September 2020. Forum ilmiah ini diadakan untuk mendiskusikan beragam pertanyaan dan permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya pandemi. Seminar online ini merupakan bagian dari peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-55 Departemen Arsitektur FTUI.
Selain Antony, para ahli yang hadir menyampaikan gagasan dan pandangannya, Founder dan Director of Urban Sibarani Sofian, yang juga pemenang pertama dalam kompetisi desain Ibu Kota Negara. Kemudian, ada Urban and Regional Planning dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna, dan Evawani Ellisa, (Departemen Arsitektur FTUI) sebagai moderator.
Sebanyak tujuh tema seminar online digelar mulai 18 Agustus hingga 11 September 2020. Sebagai puncak dari rangkaian webinar, sebuah virtual round table meeting akan dilaksanakan pada September 2020. Forum tersebut akan mengundang arsitek, perencana kota dan para ahli di bidang yang terkait, untuk merumuskan fenomena pandemi ini. Sumbangan ini diharapkan dapat memaknai 55 tahun berdirinya Departemen Arsitektur FTUI dan memberikan sumbangsih pemikiran dan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah untuk menangani pandemi covid-19.
Ia menyatakan, para ahli dan perancang kota tentunya punya visi bagaimana proses penyesuaian itu akan tetap menjaga, bahkan meningkatkan kualitas Ibu Kota Negara yang baru. Selain itu, konsep smart city tentunya memainkan peranan penting dalam kehidupan di era new normal. (Baca juga: UB Masuk Peringkat 1000+ Terbaik Dunia Versi THE World University Rankings )
"Penggunaan Information Technology (IT) dan Artificial Intelligence (AI) yang semakin maju tentunya turut menentukan kota-kota di masa depan," kata Antony melalui keterangan tertulis, Senin, (7/8/2020).
Ia menambahkan, arsitek dan perencana kota juga berhubungan dengan bidang kesehatan. Perancangan yang dibuat diarahkan untuk membuat tempat kehidupan manusia yang memenuhi kesehatan masyarakat, nyaman dan aman.
"Kebijakan physical distancing juga mengubah standar ruang kerja dan dalam konteks yang lebih luas, mengubah nilai ekonomi suatu bangunan. Faktor risiko penyebaran penyakit menjadi penting dalam menentukan arah bisnis perkantoran dan retail secara signifikan," ujar Antony. (Baca juga: 400 Ribu Mahasiswa akan Ikut Kampus Merdeka, Anda Tertarik? )
Ia juga menjelaskan, bangunan-bangunan yang ada di kota perlu adaptasi kembali penggunaannya (adaptive reuse). Menurutnya, kini tingkat hunian perkantoran, pertokoan/mal di perkotaan menurun drastis. Makanya, ia menilai perlu dipertimbangkan kembali fungsi ruang kantor, ruang aula, auditorium, atau cinema besar.
Misalnya, dengan berkurangnya penggunaan lapangan parkir mobil terbuka akibat pembatasan protokol kesehatan, perlu dipikirkan adaptive reuse untuk fungsi lain, seperti drive in cinema atau drive through sunday market untuk waktu-waktu tertentu. "Serta memperbanyak taman-taman kota, RPTRA, dan mengarahkan pembangunan berorientasi lingkungan hijau dan biru," jelasnya.
Penjelasan ini disampaikan dalam seminar online bertajuk 'Smart City dan Covid-19: Relevansinya dengan Ibu Kota Negara Pascapandemi', pada Jumat, 4 September 2020. Forum ilmiah ini diadakan untuk mendiskusikan beragam pertanyaan dan permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya pandemi. Seminar online ini merupakan bagian dari peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-55 Departemen Arsitektur FTUI.
Selain Antony, para ahli yang hadir menyampaikan gagasan dan pandangannya, Founder dan Director of Urban Sibarani Sofian, yang juga pemenang pertama dalam kompetisi desain Ibu Kota Negara. Kemudian, ada Urban and Regional Planning dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna, dan Evawani Ellisa, (Departemen Arsitektur FTUI) sebagai moderator.
Sebanyak tujuh tema seminar online digelar mulai 18 Agustus hingga 11 September 2020. Sebagai puncak dari rangkaian webinar, sebuah virtual round table meeting akan dilaksanakan pada September 2020. Forum tersebut akan mengundang arsitek, perencana kota dan para ahli di bidang yang terkait, untuk merumuskan fenomena pandemi ini. Sumbangan ini diharapkan dapat memaknai 55 tahun berdirinya Departemen Arsitektur FTUI dan memberikan sumbangsih pemikiran dan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah untuk menangani pandemi covid-19.
(mpw)