Wow, Dosen Muda ITS Ini Memiliki H-Index Scopus 21

Selasa, 06 Oktober 2020 - 13:42 WIB
loading...
Wow, Dosen Muda ITS Ini Memiliki H-Index Scopus 21
Dosen ITS Mahardhika Pratama memiliki nilai h-indeks mencapai 21 di jurnal internasional Scopus. Foto/Ist
A A A
SURABAYA - Usia muda tak menghentikan seseorang untuk berkarya di kancah internasional. Salah satunya yang dilakukan dosen baru di Departemen Teknik Elektro Otomasi (DTEO) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Mahardhika Pratama. Di usianya yang masih belia, Dhika memiliki segudang publikasi dan memiliki nilai h-indeks mencapai 21 di jurnal internasional Scopus.

Dhika merupakan pemuda prestatif dan berambisi besar di dunia pendidikan yang berhasil mendapatkan gelar doktoralnya di usia 26 tahun. Setelah merampungkan studinya di Teknik Elektro ITS, Dhika melanjutkan pendidikan magisternya di Nanyang Technological University (NTU), Singapura pada bidang computer control and automation. Kemudian ia menamatkan studi doktoralnya mengenai electrical engineering di University of New South Wales (UNSW) pada 2014. (Baca juga: Keren, ITS Ciptakan Sensor Pendeteksi Illegal Fishing dan Bencana Laut )

Setelah lulus pendidikan doktoralnya, Dhika kemudian menjadi pengajar di University of Technology Sydney (UTS), Australia. Menurut keterangannya, Dhika sudah ditawari posisi ini bahkan sebelum ia merampungkan studi doktoralnya. Selain itu, Dhika juga memiliki pengalaman bekerja sebagai dosen di La Trobe University, Australia selama dua tahun sejak 2015.

Terakhir sebelum bergabung di ITS, Dhika sempat menjadi Assistant Professor di NTU. “Saya masih menjadi Assistant Professor di NTU, namun saat ini saya mengambil cuti karena adanya pandemi COVID-19,” kata Dhika, Selasa (6/10/2020).

Pada laman profilnya di Google Scholar dan Scopus, sudah lebih dari seratus jurnal yang dipublikasikan di bawah namanya. Mayoritas publikasinya memiliki reputasi yang baik dengan kategori Q1. Bahkan ada publikasi yang tingkat penerimaannya sangat kecil yakni sebesar 9 persen saja. (Baca juga: Mahasiswa UB Desain Alat untuk Diagnosis Dini Penyakit Jantung )

Selain itu, Dhika juga tercatat memiliki nilai dari h-indeks-nya yang melampaui angka 20. Nilai h-indeks Dhika pada Scopus mencapai angka 21 dan pada Google Scholar mencapai angka 24. Indeks ini didasarkan pada jumlah karya ilmiah yang dihasilkan oleh seorang ilmuwan dan jumlah sitasi atau kutipan yang diterima dari publikasi lain.

“Semakin besar angka pada indeks artinya semakin banyak ilmuwan lain yang mengutip dan artinya impact dari jurnal kita juga semakin besar,” ucapnya.

Dhika juga menorehkan prestasi melalui proyek-proyeknya yang mendapatkan dana hibah dengan pendanaan yang sangat besar. Salah satu pendanaan yang masih aktif hingga 2022 nanti adalah penelitian bertajuk Semantic Visual Indoor Positioning System with Real-time Analytics, Co-Investigator yang mendapat dana sebesar USD 372.360 oleh Industry Alignment Fund - Industry Collaboration Projects (IAF-ICP).

Dengan pencapaiannya tersebut, tak heran Dhika mampu diterima menjadi dosen di ITS melalui jalur non pegawai negeri sipil (PNS). Selain kuota penerimaannya yang sangat sedikit, jalur non PNS ini merupakan jalur rekrutmen dosen yang memiliki persyaratan yang cukup rumit.

Setelah hampir dua bulan menjadi dosen di DTEO ITS, Dhika yakin bahwa dengan kepulangannya ke Indonesia, ia bisa bermanfaat bagi lebih banyak orang. Dhika pun sangat merekomendasikan bagi rekan ilmuwan Indonesia untuk mengajar di Indonesia agar bisa membantu memajukan negeri.

“Namun, saya juga percaya bahwa berkontribusi bagi Indonesia tidak mengenal ruang, di mana pun seorang anak negeri bekerja, asalkan dia melakukan kegiatan dengan motivasi untuk memajukan negeri maka dia sudah berkontribusi bagi tanah airnya,” katanya.

Wakil Rektor III ITS Bidang Sumber Daya Manusia, Organisasi (SDMO), Teknologi dan Sistem Informasi (TSI) Ahmad Rusdiansyah mengatakan, saat ini yang dikejar ITS salah satunya adalah mencari dosen-dosen muda berbakat dari seluruh dunia. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah orang Indonesia yang menjadi diaspora di negara lain untuk bisa direkrut menjadi dosen di ITS baik melalui jalur PNS atau non PNS.

“Kami menyebutnya sebagai the next generation dari dosen-dosen ITS, seperti halnya pak Dhika dan juga beberapa dosen yang mempunyai prestasi luar biasa di luar negeri baik (dalam hal) publikasi, paten, inovasi dan sebagainya,” jelasnya.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2460 seconds (0.1#10.140)