51 Tim Paduan Suara Perguruan Tinggi akan Adu Suara di Pesparawi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Mahasiswa Nasional ke XVI kembali digelar. Universitas Tarumanagara (Untar) tahun ini menjadi tuan rumah Pesparawi yang karena pandemi digelar secara virtual.
Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nizam mengatakan, Pesparawi adalah program yang menyatukan kreativitas, sportivitas dan solidaritas antara mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia. Dia menjelaskan, ajang dua tahunan ini digelar dengan tujuan menumbuhkembangkan iman mahasiswa yang terefleksi melalui praktek nyata dalam kehidupan sehari-hari. (Baca juga: Prestasi Puncak, ITS Bawa Pulang Juara Umum Kontes Robot Terbang )
“Dalam bentuk saling mengasihi, saling mengasah dan saling mengasuh. Serta menghargai satu sama lain sebagai cermin Bhineka Tunggal Ika kita,” katanya pada pembukaan Pespawari ke XVI yang digelar Untar melalui luring dan daring, Senin (2/11).
Pesparawi Mahasiswa Nasional XVI digelar pada 2-7 November 2020. Mengangkat tema “Jiwaku Memuliakan Tuhan, dan Hatiku Bergembira karena Allah, Juru selamatku”. Perlombaan ini diikuti oleh 51 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia.
Di antaranya, Untar, Undip, Universitas Negeri Jambi, Trisakti School of Management, Universitas Atmadjaya Yogyakarta, UGM, Universitas Petra, Universitas Mercubuana, Universitas Negeri Surabaya, Univesitas Papua, Universitas Tadulako, Universitas Cendana, UI, ISI Yogyakarta, Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Manado, Universitas Sam Ratulangi hingga Universitas Timor.
Rektor Untar Agustinus Purnairawan mengatakan, acara ini akan menjadi ajang yang spesial karena akan melahirkan karya terbaik para mahasiswa melalui kegiatan kemahasiswaan yang bereputasi tinggi. Hal ini menjadi sangat penting, katanya, karena disaat bersamaan membutuhkan dorongan semangat untuk menghadapi pandemi ini dengan kegiatan yang positif. (Baca juga: 82 Tim Program Kreativitas Mahasiswa UGM Lolos PIMNAS 2020 )
“Kegiatan ini relevan bagaimana kita berperilaku secara sehat tapi juga tetap profuktif dalam menghasilkan karya,” jelasnya.
Agustinus menerangkan, kegiatan ini juga mendukung peningkatan kompetensi yang sesuai dengan Kampus Merdeka Kemendikbud. Dimana kegiatan kemahasiswaan tidak hanya terkait dengan perolehan tinggi dalam bidang keilmuan namun juga kegiatan yang membentuk karakter. Salah satunya dengan bernyanyi. Dia mengatakan, bernyanyi adalah kegiatan yang universal dimana dengan nyanyian yang merdu itu bisa membawa semangat baru dan juga harapan untuk menjadi semakin baik setiap harinya.
Agustinus menuturkan, sejak tahun lalu Untar memang berjuang menjadi tuan rumah Pesparawi yang awalnya dirancang sebagai kegiatan luring karena Untar memiliki fasilitas graha suara dan auditorium yang mumpuni untuk ajang paduan suara. Akan tetapi karena pandemi acara ini pun diubah menjadi daring yang memiliki tantangan sendiri dalam pergelarannya.
“Ini bagian kontribusi nyata kami untuk perkembangan kemahasiswaan dan pendidikan karakter melalui lagu-lagu rohani,” ujarnya. (Baca juga: Tingkatkan Mutu, LIPI Terima CPNS Diaspora Peneliti untuk Berkarya di Tanah Air )
Pesparawi pada tahun ini dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode penilaian choir forensik dan choir artistic. Kedua metode ini dilakukan agar panitia bisa menentukan juara-juara seobjektif mungkin. Rektor mengatakan, untuk penilaian dilakukan dengan melihat video rekaman dari masing-masing tim. Video tersebut didengarkan oleh para juri forensik yang akan menilai kevalidan suara dan juga skill vokal mereka. Selain itu juga penilaian dilihat juga dari kekompakan dan juga penampilan. Dewan juri juga akan menilai dari nilai atau values dari lagu yang dibawakan.
“Jadi nanti penilaiannya tak hanya suara tapi juga penampilan, kekompakan, kebersamaan dan juga nilai atau values dari lagu yang dibawakan. Jadi tidak semata-mata lagu bagus. Karena ini kan lagu rohani maka unsur rohani juga menjadi bagian penting untuk dinilai,” imbuhnya.
Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nizam mengatakan, Pesparawi adalah program yang menyatukan kreativitas, sportivitas dan solidaritas antara mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia. Dia menjelaskan, ajang dua tahunan ini digelar dengan tujuan menumbuhkembangkan iman mahasiswa yang terefleksi melalui praktek nyata dalam kehidupan sehari-hari. (Baca juga: Prestasi Puncak, ITS Bawa Pulang Juara Umum Kontes Robot Terbang )
“Dalam bentuk saling mengasihi, saling mengasah dan saling mengasuh. Serta menghargai satu sama lain sebagai cermin Bhineka Tunggal Ika kita,” katanya pada pembukaan Pespawari ke XVI yang digelar Untar melalui luring dan daring, Senin (2/11).
Pesparawi Mahasiswa Nasional XVI digelar pada 2-7 November 2020. Mengangkat tema “Jiwaku Memuliakan Tuhan, dan Hatiku Bergembira karena Allah, Juru selamatku”. Perlombaan ini diikuti oleh 51 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia.
Di antaranya, Untar, Undip, Universitas Negeri Jambi, Trisakti School of Management, Universitas Atmadjaya Yogyakarta, UGM, Universitas Petra, Universitas Mercubuana, Universitas Negeri Surabaya, Univesitas Papua, Universitas Tadulako, Universitas Cendana, UI, ISI Yogyakarta, Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Manado, Universitas Sam Ratulangi hingga Universitas Timor.
Rektor Untar Agustinus Purnairawan mengatakan, acara ini akan menjadi ajang yang spesial karena akan melahirkan karya terbaik para mahasiswa melalui kegiatan kemahasiswaan yang bereputasi tinggi. Hal ini menjadi sangat penting, katanya, karena disaat bersamaan membutuhkan dorongan semangat untuk menghadapi pandemi ini dengan kegiatan yang positif. (Baca juga: 82 Tim Program Kreativitas Mahasiswa UGM Lolos PIMNAS 2020 )
“Kegiatan ini relevan bagaimana kita berperilaku secara sehat tapi juga tetap profuktif dalam menghasilkan karya,” jelasnya.
Agustinus menerangkan, kegiatan ini juga mendukung peningkatan kompetensi yang sesuai dengan Kampus Merdeka Kemendikbud. Dimana kegiatan kemahasiswaan tidak hanya terkait dengan perolehan tinggi dalam bidang keilmuan namun juga kegiatan yang membentuk karakter. Salah satunya dengan bernyanyi. Dia mengatakan, bernyanyi adalah kegiatan yang universal dimana dengan nyanyian yang merdu itu bisa membawa semangat baru dan juga harapan untuk menjadi semakin baik setiap harinya.
Agustinus menuturkan, sejak tahun lalu Untar memang berjuang menjadi tuan rumah Pesparawi yang awalnya dirancang sebagai kegiatan luring karena Untar memiliki fasilitas graha suara dan auditorium yang mumpuni untuk ajang paduan suara. Akan tetapi karena pandemi acara ini pun diubah menjadi daring yang memiliki tantangan sendiri dalam pergelarannya.
“Ini bagian kontribusi nyata kami untuk perkembangan kemahasiswaan dan pendidikan karakter melalui lagu-lagu rohani,” ujarnya. (Baca juga: Tingkatkan Mutu, LIPI Terima CPNS Diaspora Peneliti untuk Berkarya di Tanah Air )
Pesparawi pada tahun ini dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode penilaian choir forensik dan choir artistic. Kedua metode ini dilakukan agar panitia bisa menentukan juara-juara seobjektif mungkin. Rektor mengatakan, untuk penilaian dilakukan dengan melihat video rekaman dari masing-masing tim. Video tersebut didengarkan oleh para juri forensik yang akan menilai kevalidan suara dan juga skill vokal mereka. Selain itu juga penilaian dilihat juga dari kekompakan dan juga penampilan. Dewan juri juga akan menilai dari nilai atau values dari lagu yang dibawakan.
“Jadi nanti penilaiannya tak hanya suara tapi juga penampilan, kekompakan, kebersamaan dan juga nilai atau values dari lagu yang dibawakan. Jadi tidak semata-mata lagu bagus. Karena ini kan lagu rohani maka unsur rohani juga menjadi bagian penting untuk dinilai,” imbuhnya.
(mpw)