JAKARTA - Anak-anak membutuhkan perhatian dan edukasi yang baik mengenai pandemi Covid-19 . Mereka membutuhkan panutan yang baik sehingga bisa menerapkan protokol kesehatan dengan benar.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia Hindra Irawan Satari menjelaskan balita itu kemungkinan dirawatnya 4 kali lebih rendah dan meninggalnya 9 kali lebih rendah. Sementara itu, anak usia 5-17 tahun memiliki kemungkinan dirawatnya 9 kali lebih rendah dan kasus kematiannya 16 kali lebih rendah. (Baca juga: Ekosistem Pendidikan Penting dalam Membentuk Kedisiplinan Anak Selama Pandemi )
“Jadi siapa yang kemungkinan dirawat dan meninggalnya? Ternyata golongan usia diatas 65 tahun, 75 tahun, dan 85 tahun. Secara umum, golongan anak memang berisiko rendah,” ujarnya dalam diskusi daring dengan tema “Strategi Sosialisasi 3M Untuk Anak”, Rabu (2/12/2020).
Namun, dia mewanti-wanti anak-anak bisa terkena dampak seumur hidup akibat kejadian luar biasa (KLB) seperti pandemi Covid-19 ini. Yang terdampak itu tidak merata di seluruh dunia.
“Sebagian besar mereka yang tinggal di lingkungan miskin dan kumuh. Sebelum krisis, mereka sudah dalam keadaan tidak menguntungkan dan rawan. Setelah ini lebih menderita,” tuturnya. (Baca juga: Epidemologi UGM, PTM Januari 2021 Kurang Tepat )
Pandemi Covid-19 sudah berlangsung lebih dari 9 bulan di Indonesia. Pandemi telah memaksa anak-anak berkegiatan di rumah. Hindra menjelaskan penting bagi semua pihak untuk tetap menerapkan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
“Penularan (virus) melalui saluran nafas. Kalau kita bernafas, ada percikan dan itu yang menjadi sumber penularan. Terjadi penularan kalau dihirup orang lain,” paparnya.
Oleh karena itu, penyampaian informasi dan edukasi kepada anak-anak harus intens. Salah satu edukasi yang efektif, menurut Hindra, bisa dilakukan sambil bermain dan bercerita. “Lebih baik mencegah, didik anak-anak tentang 3M agar kita dan keluarga terhindar dari Covid-19,” pungkasnya.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia Hindra Irawan Satari menjelaskan balita itu kemungkinan dirawatnya 4 kali lebih rendah dan meninggalnya 9 kali lebih rendah. Sementara itu, anak usia 5-17 tahun memiliki kemungkinan dirawatnya 9 kali lebih rendah dan kasus kematiannya 16 kali lebih rendah. (Baca juga: Ekosistem Pendidikan Penting dalam Membentuk Kedisiplinan Anak Selama Pandemi )
“Jadi siapa yang kemungkinan dirawat dan meninggalnya? Ternyata golongan usia diatas 65 tahun, 75 tahun, dan 85 tahun. Secara umum, golongan anak memang berisiko rendah,” ujarnya dalam diskusi daring dengan tema “Strategi Sosialisasi 3M Untuk Anak”, Rabu (2/12/2020).
Namun, dia mewanti-wanti anak-anak bisa terkena dampak seumur hidup akibat kejadian luar biasa (KLB) seperti pandemi Covid-19 ini. Yang terdampak itu tidak merata di seluruh dunia.
Baca Juga:
“Sebagian besar mereka yang tinggal di lingkungan miskin dan kumuh. Sebelum krisis, mereka sudah dalam keadaan tidak menguntungkan dan rawan. Setelah ini lebih menderita,” tuturnya. (Baca juga: Epidemologi UGM, PTM Januari 2021 Kurang Tepat )
Pandemi Covid-19 sudah berlangsung lebih dari 9 bulan di Indonesia. Pandemi telah memaksa anak-anak berkegiatan di rumah. Hindra menjelaskan penting bagi semua pihak untuk tetap menerapkan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
“Penularan (virus) melalui saluran nafas. Kalau kita bernafas, ada percikan dan itu yang menjadi sumber penularan. Terjadi penularan kalau dihirup orang lain,” paparnya.
Oleh karena itu, penyampaian informasi dan edukasi kepada anak-anak harus intens. Salah satu edukasi yang efektif, menurut Hindra, bisa dilakukan sambil bermain dan bercerita. “Lebih baik mencegah, didik anak-anak tentang 3M agar kita dan keluarga terhindar dari Covid-19,” pungkasnya.
(mpw)
Berita Terkait
- Kampung Tangguh, Kapolres Jakbar: 7 Lokasi Terbukti Efektif Menanggulangi Covid-19
- IKA ITS Serahkan Bantuan Gawai Rp400 Juta untuk Sekolah Jarak Jauh
- Protokol Kesehatan Diperketat, 229.570 Warga Jakut Bakal Dapat BST
- Jangan Khawatir, Staycation Saat Pandemi Terapkan Hygiene Pass
- Ingat Mati! Warga Tak Bermasker Disanksi Berdoa di Makam Covid-19
- Ketua DPRD Madiun Sebut Sekwan Positif COVID-19, Semua Anggota Dewan Swab Test
- Flare, Bisa Menjadi Gejala Covid-19 Pada Penderita Reumatik Autoimun
- Warga Tasikmalaya dan Depok Dinilai Paling Tidak Patuh Terapkan Prokes
- Ketua DPRD Mandailing Natal Menolak Divaksin COVID-19, Ini Alasannya
- Ada Kerumunan Rekrutmen Karyawan Bank Tulungagung, Satgas COVID-19: Bubarkan!

TULIS KOMENTAR ANDA!