Rektor IPB Paparkan Solusi Hadapi Tantangan di Era Disrupsi Pandemi COVID-19
loading...

Rektor IPB University Arif Satria. Foto/Dok/SINDOnews
A
A
A
JAKARTA - Forum Rektor Indonesia (FRI) bersama IPB University dan Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar webinar bertajuk Hacking the Global Pandemic: Thinking Like “There is No Box” for Innovative Education in the Aftermath of COVID-19 secara virtual, (3/12). Kegiatan tersebut digelar atas tuntutan perguruan tinggi dalam menjawab dan memenangkan berbagai tantangan di masa pandemi.
Universitas Gadjah Mada hadir sebagai host kegiatan tersebut dan turut mengundang beberapa narasumber yang mumpuni di bidangnya baik dari dalam dan luar negeri. (Baca juga: UMM Kembali Juara Kontes Mobil Hemat Energi )
Rektor IPB University sekaligus Ketua FRI, Prof Arif Satria hadir sebagai pembicara utama. Ia turut membagikan perspektifnya mengenai peran institusi pendidikan dalam menjawab tantangan dan strategi dalam menghadapi era disrupsi.
Mengutip Charles Darwin, ia mengatakan bahwa dalam bertahan hidup, respon terhadap perubahan adalah hal yang terpenting. Makhluk hidup harus memiliki kemampuan beradaptasi dalam lingkungan yang terus berubah di samping didukung oleh kecerdasan dan kekuatan.
"Kini, manusia dihadapkan pada situasi yang tak terduga dan penuh dengan ketidakpastian. Sehingga, diperlukan skillset yang mumpuni, termasuk mindset adaptif, fleksibilitas, kolaborasi, complex problem solving, serta karakter inovatif. Dengan perubahan teknologi yang pesat di era global ini, mendorong pula perubahan bagi bisnis, kompetensi, skill dan lanskap pendidikan. Dalam menghadapi disrupsi tersebut, manusia harus memiliki mindset baru yakni growth mindset. Dimana seseorang menyadari kemampuannya untuk berkembang sehingga dapat mengubah karakteristik umum pada dirinya seperti bakat dan keahlian," jelasnya.
Dikatakannya, pandemi COVID-19 telah mengakibatkan ketidakpastian nasib pada perekonomian, pekerjaan, finansial, hingga kesehatan mental. Ia mengatakan bahwa ketidakpastian tersebut tidak dapat dihindari, sehingga pastinya akan mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Termasuk ke dalamnya aspek pendidikan yang mendesak perubahan gaya interaksi dalam kegiatan belajar-mengajar. Selain itu dikatakannya, implikasi lain bagi pendidikan tinggi adalah dalam hal pengalaman mahasiswa, staf dan fakultas, infrastruktur, hingga program pengabdian masyarakat. (Baca juga: Tim Dosen FKG UI Raih Juara 1 Kompetisi Internasional SEAADE Award )
Universitas Gadjah Mada hadir sebagai host kegiatan tersebut dan turut mengundang beberapa narasumber yang mumpuni di bidangnya baik dari dalam dan luar negeri. (Baca juga: UMM Kembali Juara Kontes Mobil Hemat Energi )
Rektor IPB University sekaligus Ketua FRI, Prof Arif Satria hadir sebagai pembicara utama. Ia turut membagikan perspektifnya mengenai peran institusi pendidikan dalam menjawab tantangan dan strategi dalam menghadapi era disrupsi.
Mengutip Charles Darwin, ia mengatakan bahwa dalam bertahan hidup, respon terhadap perubahan adalah hal yang terpenting. Makhluk hidup harus memiliki kemampuan beradaptasi dalam lingkungan yang terus berubah di samping didukung oleh kecerdasan dan kekuatan.
"Kini, manusia dihadapkan pada situasi yang tak terduga dan penuh dengan ketidakpastian. Sehingga, diperlukan skillset yang mumpuni, termasuk mindset adaptif, fleksibilitas, kolaborasi, complex problem solving, serta karakter inovatif. Dengan perubahan teknologi yang pesat di era global ini, mendorong pula perubahan bagi bisnis, kompetensi, skill dan lanskap pendidikan. Dalam menghadapi disrupsi tersebut, manusia harus memiliki mindset baru yakni growth mindset. Dimana seseorang menyadari kemampuannya untuk berkembang sehingga dapat mengubah karakteristik umum pada dirinya seperti bakat dan keahlian," jelasnya.
Dikatakannya, pandemi COVID-19 telah mengakibatkan ketidakpastian nasib pada perekonomian, pekerjaan, finansial, hingga kesehatan mental. Ia mengatakan bahwa ketidakpastian tersebut tidak dapat dihindari, sehingga pastinya akan mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Termasuk ke dalamnya aspek pendidikan yang mendesak perubahan gaya interaksi dalam kegiatan belajar-mengajar. Selain itu dikatakannya, implikasi lain bagi pendidikan tinggi adalah dalam hal pengalaman mahasiswa, staf dan fakultas, infrastruktur, hingga program pengabdian masyarakat. (Baca juga: Tim Dosen FKG UI Raih Juara 1 Kompetisi Internasional SEAADE Award )
Lihat Juga :