Inovasi Unpad untuk Mudahkan Pengambilan Sampel Hewan Uji

Senin, 01 Februari 2021 - 14:14 WIB
loading...
Inovasi Unpad untuk Mudahkan Pengambilan Sampel Hewan Uji
Universitas Padjajaran Bandung. Foto/Dok/Humas Unpad
A A A
JAKARTA - Tim peneliti Universitas Padjadjaran berhasil mengembangkan restrainer untuk pengambilan sampel darah pada tikus percobaan secara lebih aman dan memperhatikan tingkat kesejahteraan hewan (animal welfare) dibandingkan produk serupa.

Restrainer ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Divisi Fisiologi Fakultas Kedokteran Unpad, yaitu Ronny, PhD (koordinator), Mas Rizky Anggun Adipurna Syamsunarno, PhD, Hanna, PhD, Dr. Yuni Susanti Pratiwi, Nova Sylviana, dr, MKes, Dr Aziiz Mardanarian Rosdianto, dan Juliati, dr, AIF.

Ronny menjelaskan, selama ini proses pengambilan sampel darah pada tikus merupakan aktivitas yang cukup sulit. Tidak semua peneliti terkait mampu melakukannya. Restrainer selama ini digunakan agar tikus tidak banyak bergerak sehingga akan membantu proses pengambilan darah.

Namun, restrainer yang saat ini banyak beredar di pasaran juga belum optimal untuk memudahkan pengambilan darah. Meski tikus sudah ditahan di chamber, peneliti masih sulit mengambil sampel karena lokasi pembuluh vena yang tidak terlihat.

“Banyak akhirnya tikus yang seringkali ditusuk beberapa kali karena darahnya tidak keluar,” jelas Ronny seperti dikutip dari laman resmi Unpad di unpad.ac.id, Senin (1/2/2021).

Selama dua bulan, tim mengembangkan alat restrainer yang lebih efektif. Dibantu Wildan E. Salman, tim berhasil mengembangkan purwarupa atau prototipe restrainer yang lebih layak. Dikatakan layak karena ada beberapa keunggulan yang dipunyai restrainer ciptaan Ronny dan tim.

Keunggulan pertama, kata Ronny, restrainer ciptaannya lebih leluasa untuk dimasuki tikus. Produk didesain dengan ukuran yang tidak membuat tikus merasa sesak. Sebab, jika restrainer terlalu sempit untuk tikus, otomatis dia akan merasa tidak nyaman dan cenderung mengalami stres.

Apabila tikus percobaan mengalami stres, ini akan berpengaruh bagi kadar hormon tikus sehingga akan berpengaruh pula pada hasil sampel yang ingin diperoleh. “Contohnya kalau kita ingin melakukan penelitian hormonal. Kalau tikus stresnya tinggi, dia akan berpengaruh pada perubahan level hormonal yang lain,” kata Ronny.

Menurut Setiawan, penelitian menggunakan hewan percobaan perlu memperhatikan aspek pengendalian mutu atau quality control. Artinya, jika peneliti ingin mengukur suatu parameter, maka ada faktor yang akan memengaruhi parameter tersebut.

Untuk itu, parameter yang diukur harus dijaga mutunya. “Ini juga menyangkut kesejahteraan hewan, jadi sangat memengaruhi parameter biologis yang akan jadi target,” kata Setiawan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1332 seconds (0.1#10.140)