Bermodalkan Kardus Bekas, Alumnus ITS Ini Raih Penghargaan Forbes
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kardus sering dianggap sebagai bahan tak bernilai dan dikategorikan sebagai sampah bagi beberapa orang. Bahkan kata ‘kardus’ sering dikaitkan dengan konotasi negatif, namun hal yang sama tidak berlaku bagi Muhammad Arif Susanto. Lewat material kardus bekas, Arif justru berhasil dinobatkan menjadi salah satu tokoh Forbes 30 Under 30 sebagai co-founder dari Dusdukduk.
Melalui siaran pers yang diterima SINDOnews, Rabu (3/2), Dusdukduk adalah akronim dari kardus untuk tempat duduk, brand furnitur dan dekorasi yang berbahan dasar kardus bekas. Produk ini telah melanglang buana dan meraih deretan penghargaan inovasi produk ramah lingkungan yang dapat bersaing dengan produk bermaterial konvensional. Rentetan kolaborasi juga telah dilakukan oleh Dusdukduk bersama tokoh kenamaan di berbagai gelaran di Indonesia.
Namun siapa sangka, bahwa kisah lahirnya Dusdukduk berawal dari salah satu sudut kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), yakni di Departemen Desain Produk Industri (Despro) ITS. Arif mengaku, ide ini berawal dari tugas mata kuliah yang kemudian mendapat perhatian ketika dipamerkan pada pameran tugas kampus. Set kursi dan meja kardus ini mendapat respon hangat dan satu demi satu pesanan berdatangan kepada Dusdukduk.
Alumnus angkatan 2010 ini memaparkan bahwa dirinya beserta tim sudah sejak awal berniat untuk membawa hasil karyanya ini menjadi wirausaha yang berprofit. Oleh karena itu, pendapatan dari pesanan dan juga tunjangan dari berbagai kejuaraan yang diraih digunakan untuk mengembangkan Dusdukduk.
Start small, think big, action now and make an impact. Kalimat andalannya tersebut memang tepat mewakili perjuangan Arif dan kawan-kawannya dalam mengembangkan Dusdukduk. Lewat keberanian untuk memulai sedini mungkin, Dusdukduk mendapatkan banyak penghargaan.
Mulai dari finalis Wirausaha Muda Mandiri hingga meraih Best Booth pada pameran CASA Indonesia. Dusdukduk juga banyak menghiasi pameran dari tingkat regional hingga internasional. Bahkan kini, Dusdukduk telah dipercaya banyak klien dari brand ternama seperti Honda dan H&M.
Dari tujuh tahun lebih kiprahnya, sosok wirausahawan muda ini berhasil mendirikan PT Kreasi Karya Raya bersama timnya, sehingga semakin memantapkan kelegalan dari wirausahanya. Dusdukduk yang semula berfokus pada produk meja dan kursi, kini sudah melakukan diversifikasi produk.
Hingga 2021, sudah terdapat dua anak perusahaan yaitu Totoys.id yang memproduksi mainan anak-anak dan Packimpact yang berfokus pada kemasan produk yang keseluruhannya berbahan dasar kardus bekas. Selain kedua produk baru ini, Dusdukduk juga menerima jenis-jenis olahan lain sesuai pesanan.
Meskipun telah meraih banyak prestasi, lelaki yang kini menjadi dosen di Universitas Ciputra, Surabaya ini tak pernah sedikitpun terpikirkan dapat menjadi salah satu tokoh Forbes 30 Under 30. Menurutnya, predikat tersebut sangatlah sulit dicapai karena ada banyak tokoh-tokoh muda inspiratif di Indonesia.
Arif bercerita bahwa dirinya sempat menganggap e-mail dari Forbes yang ia dapat saat itu adalah spam atau penipuan. “Saya pikir itu hanya e-mail spam atau tidak asli sampai saat itu saya mendapat telepon langsung dari pihak Forbes,” ungkapnya sambil tersenyum bahagia.
Lelaki yang gemar membaca buku pengembangan diri ini memaknai pencapaiannya sebagai bonus dari konsistensi dirinya beserta tim dalam mengembangkan Dusdukduk. Penghargaan ini juga ia maknai sebagai barometer bahwa usaha yang dirintis dari ilmu dari bangku perkuliahan dapat melahirkan produk-produk yang bersaing dan diminati masyarakat. Hal tersebut pula yang selalu ia bawa dan tanamkan pada anak-anak muda untuk berani bermimpi dan think big.
Setelah dinobatkan sebagai tokoh Forbes 30 Under 30 pada awal tahun 2020 lalu, Arif dan tim Dusdukduk dihadapkan dengan tantangan pandemi Covid-19. Sejak 2013 hingga 2020 awal, omzet Dusdukduk yang selalu naik harus menurun akibat pandemi ini. Namun menurutnya, pandemi bukan akhir dari segalanya.
Duta Earth Hour Surabaya 2018 ini melihat bahwa pada masa pandemi ini ada kecenderungan bahwa masyarakat memulai usaha dan membutuhkan kemasan untuk produknya. Dengan kondisi tersebut, instingnya langsung berpikir untuk merilis Packimpact sebagai jawaban dari kebutuhan masyarakat. Selain menggencarkan pada diversifikasi produk tersebut, Dusdukduk juga mengoptimalkan media digital untuk pemasaran produknya mulai dari media sosial hingga laman web.
Arif mengungkapkan bahwa Dusdukduk ke depannya akan memanfaatkan media sosial untuk mengunggah konten-konten kreatif guna mengembangkan produk. Hal ini didasari oleh durasi masyarakat berada di media sosial yang meningkat signifikan selama pandemi. “Bukan tak mungkin bahwa dalam waktu dekat Dusdukduk menggarap konten video kreatif di YouTube atau platform lainnya,” bebernya.
Lihat Juga: Dukung Transisi Energi Bersih, Perguruan Tinggi Jadi Motor Penggerak Inovasi Kendaraan Listrik
Melalui siaran pers yang diterima SINDOnews, Rabu (3/2), Dusdukduk adalah akronim dari kardus untuk tempat duduk, brand furnitur dan dekorasi yang berbahan dasar kardus bekas. Produk ini telah melanglang buana dan meraih deretan penghargaan inovasi produk ramah lingkungan yang dapat bersaing dengan produk bermaterial konvensional. Rentetan kolaborasi juga telah dilakukan oleh Dusdukduk bersama tokoh kenamaan di berbagai gelaran di Indonesia.
Namun siapa sangka, bahwa kisah lahirnya Dusdukduk berawal dari salah satu sudut kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), yakni di Departemen Desain Produk Industri (Despro) ITS. Arif mengaku, ide ini berawal dari tugas mata kuliah yang kemudian mendapat perhatian ketika dipamerkan pada pameran tugas kampus. Set kursi dan meja kardus ini mendapat respon hangat dan satu demi satu pesanan berdatangan kepada Dusdukduk.
Alumnus angkatan 2010 ini memaparkan bahwa dirinya beserta tim sudah sejak awal berniat untuk membawa hasil karyanya ini menjadi wirausaha yang berprofit. Oleh karena itu, pendapatan dari pesanan dan juga tunjangan dari berbagai kejuaraan yang diraih digunakan untuk mengembangkan Dusdukduk.
Start small, think big, action now and make an impact. Kalimat andalannya tersebut memang tepat mewakili perjuangan Arif dan kawan-kawannya dalam mengembangkan Dusdukduk. Lewat keberanian untuk memulai sedini mungkin, Dusdukduk mendapatkan banyak penghargaan.
Mulai dari finalis Wirausaha Muda Mandiri hingga meraih Best Booth pada pameran CASA Indonesia. Dusdukduk juga banyak menghiasi pameran dari tingkat regional hingga internasional. Bahkan kini, Dusdukduk telah dipercaya banyak klien dari brand ternama seperti Honda dan H&M.
Dari tujuh tahun lebih kiprahnya, sosok wirausahawan muda ini berhasil mendirikan PT Kreasi Karya Raya bersama timnya, sehingga semakin memantapkan kelegalan dari wirausahanya. Dusdukduk yang semula berfokus pada produk meja dan kursi, kini sudah melakukan diversifikasi produk.
Hingga 2021, sudah terdapat dua anak perusahaan yaitu Totoys.id yang memproduksi mainan anak-anak dan Packimpact yang berfokus pada kemasan produk yang keseluruhannya berbahan dasar kardus bekas. Selain kedua produk baru ini, Dusdukduk juga menerima jenis-jenis olahan lain sesuai pesanan.
Meskipun telah meraih banyak prestasi, lelaki yang kini menjadi dosen di Universitas Ciputra, Surabaya ini tak pernah sedikitpun terpikirkan dapat menjadi salah satu tokoh Forbes 30 Under 30. Menurutnya, predikat tersebut sangatlah sulit dicapai karena ada banyak tokoh-tokoh muda inspiratif di Indonesia.
Arif bercerita bahwa dirinya sempat menganggap e-mail dari Forbes yang ia dapat saat itu adalah spam atau penipuan. “Saya pikir itu hanya e-mail spam atau tidak asli sampai saat itu saya mendapat telepon langsung dari pihak Forbes,” ungkapnya sambil tersenyum bahagia.
Lelaki yang gemar membaca buku pengembangan diri ini memaknai pencapaiannya sebagai bonus dari konsistensi dirinya beserta tim dalam mengembangkan Dusdukduk. Penghargaan ini juga ia maknai sebagai barometer bahwa usaha yang dirintis dari ilmu dari bangku perkuliahan dapat melahirkan produk-produk yang bersaing dan diminati masyarakat. Hal tersebut pula yang selalu ia bawa dan tanamkan pada anak-anak muda untuk berani bermimpi dan think big.
Setelah dinobatkan sebagai tokoh Forbes 30 Under 30 pada awal tahun 2020 lalu, Arif dan tim Dusdukduk dihadapkan dengan tantangan pandemi Covid-19. Sejak 2013 hingga 2020 awal, omzet Dusdukduk yang selalu naik harus menurun akibat pandemi ini. Namun menurutnya, pandemi bukan akhir dari segalanya.
Duta Earth Hour Surabaya 2018 ini melihat bahwa pada masa pandemi ini ada kecenderungan bahwa masyarakat memulai usaha dan membutuhkan kemasan untuk produknya. Dengan kondisi tersebut, instingnya langsung berpikir untuk merilis Packimpact sebagai jawaban dari kebutuhan masyarakat. Selain menggencarkan pada diversifikasi produk tersebut, Dusdukduk juga mengoptimalkan media digital untuk pemasaran produknya mulai dari media sosial hingga laman web.
Arif mengungkapkan bahwa Dusdukduk ke depannya akan memanfaatkan media sosial untuk mengunggah konten-konten kreatif guna mengembangkan produk. Hal ini didasari oleh durasi masyarakat berada di media sosial yang meningkat signifikan selama pandemi. “Bukan tak mungkin bahwa dalam waktu dekat Dusdukduk menggarap konten video kreatif di YouTube atau platform lainnya,” bebernya.
Lihat Juga: Dukung Transisi Energi Bersih, Perguruan Tinggi Jadi Motor Penggerak Inovasi Kendaraan Listrik
(mpw)