Pakar IPB University Kaji Penjelasan Alquran tentang Ilmu Embriologi Manusia

Senin, 26 April 2021 - 23:42 WIB
loading...
Pakar IPB University...
Guru Besar IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan, Prof Arief Boediono. Foto/Humas IPB University
A A A
JAKARTA - Guru Besar IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan, Prof Arief Boediono mengawali paparannya dari proses gametogenesis, yaitu proses pembentukan spermatozoa dan oosit. Menurutnya, manusia tidak hadir tanpa permulaan akan tapi hadirnya manusia melalui proses yang sangat panjang dan merupakan hasil seleksi.

Prof Arief menjelaskan, dalam perjalanannya, sperma yang dihasilkan laki-laki yang jumlahnya jutaan berlomba untuk mencapai sel telur. Akan tetapi hanya satu sperma yang dapat masuk dan terjadi fertilisasi dan ini merupakan bentuk seleksi.



Pertemuan sel sperma dan sel telur menyebabkan terjadinya fertilisasi serta nantinya akan berlanjut pada serangkaian proses yang kompleks. Mulai dari pembelahan sel, pembentukan embrio hingga proses pembentukan organ. Hal ini menurutnya sudah dijelaskan dalam Al-Quran sekitar 14 abad yang lalu.

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik." (Q.S. Al-Mukminun: 12-14). Yang diceritakan dalam Al-mukminun 12-14 ini adalah intisari embriologi, bagaimana perkembangan sejak proses pembentukan gamet sampai terbentuknya organ," ungkapnya

Upaya menghasilkan salinan genetik yang identik dari suatu entitas biologi juga dapat dilakukan secara aseksual, hal ini dikenal dengan istilah kloning. Pada teknologi ini perkembangan sel telur dilakukan tanpa sperma.



"Kloning bisa terjadi secara alamiah atau secara introduksi teknologi. Secara alamiah sudah terjadi pada hewan tingkat rendah atau pada bakteri dimana mereka menduplikasi tanpa proses seksual. Kembar identik adalah contoh Klon yang paling simpel," ungkap Prof Arief.

Pada proses ini yang diperlukan adalah sel donor. Selain itu diperlukan resipien sel telur sebagai tempat berkembangnya. Dari sisi teknologi, hal ini menunjukkan betapa pentingnya sel telur, tanpanya tidak memungkinkan dilakukan teknologi ini.

"Melihat ini maka ketika Rasulullah menyampaikan tentang panggilan ibu dan ayah secara bersamaan maka kita dianjurkan untuk mengutamakan merespon ibu, ibu, ibu baru kemudian ayah," ujarnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1740 seconds (0.1#10.140)