Mahasiswa ITS Buat Aplikasi untuk Tingkatkan Kualitas Pertanian Garam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan aplikasi e-koperasi untuk membantu petani garam. Aplikasi ini diberi nama Garamin.
Ide kreatif ini dikembangkan oleh tiga mahasiswa Departemen Teknik Informatika ITS, yakni Barhan Akmal Falahudin, Abd Wahid, dan Nur Muhammad ‘Ainul Yaqin. Gagasan ini berakar dari keresahan yang dihadapi agar dapat menfasilitasi para petani garam mengatasi kesulitan dalam hal distribusi.
“Tujuan fasilitasi ini dimaksudkan agar pemerintah dapat melakukan swasembada garam melalui produk garam lokal,” ungkap Ketua Tim Barhan Akmal Falahudin yang kerap disapa Akmal melalui siaran pers, Kamis (27/5).
Akmal mengatakan, fitur unggulan aplikasi ini antara lain manajemen koperasi, notifikasi mengenai iuran dan pengumuman kepada petani garam, hingga fitur edukasi untuk meningkatkan proses produksi garam. Desainnya juga mudah dipahami dan berukuran kecil.
Lebih lanjut dijelaskan, proses pengembangan aplikasi berlangsung selama sembilan hari, dimulai dengan riset terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di bidang maritim dan penentuan ide. Proses dilanjutkan dengan desain UI/UX, API Specification, hingga finalisasi aplikasi.
“Sebagai mahasiswa semester dua, salah satu kesulitan yang kami hadapi adalah cara untuk menyusun aplikasi secara matang,” akunya.
Terkait implementasinya, Akmal menyebutkan terdapat dua user sasaran, yaitu pengurus dan anggota koperasi. Pengurus dapat menambahkan pemasukan dan pengeluaran, memberikan pengumuman dan notifikasi pembayaran iuran pada anggota, serta mengunggah materi edukasi.
Sedangkan di sisi anggota, mereka dapat memantau keuangan koperasi, mendapatkan pengumuman dan edukasi, serta notifikasi pembayaran iuran.
Mahasiswa angkatan 2020 ini menambahkan, terdapat beberapa alasan dalam fokus utama untuk menghidupkan koperasi distribusi produksi petani garam. Salah satunya adalah untuk memperpendek rantai distribusi garam yang diproduksi oleh petani garam, sehingga keuntungan yang diterima petani garam meningkat.
“Para petani tidak perlu khawatir jika datang masa sulit, karena keuntungan telah dikelola oleh koperasi,” tuturnya.
Karya ini telah berhasil mendapat gelar juara 3 pada Hackathon Maritim 2021 oleh Dinas Pembinaan Potensi Maritim Angkatan Laut (Dispotmaral) TNI AL. Kompetisi tersebut juga tercatat dalam Rekor MURI sebagai hackathon pertama yang diselenggarakan di atas kapal perang di Indonesia.
Selain perasaan bangga, tim Garamin berharap, aplikasi buatannya dapat membantu aktivitas pertanian garam di Indonesia dan juga menaikkan taraf ekonomi mereka dengan berbasis koperasi. Evaluasi terhadap beberapa fitur akan terus dilakukan dan dikembangkan, guna memberikan layanan terbaik bagi para petani garam.
“Ke depannya, tak hanya di lingkup maritim, aplikasi serupa diharapkan dapat dikembangkan pula pada lingkungan pertanian dan perikanan,” pungkas Akmal penuh harap.
Ide kreatif ini dikembangkan oleh tiga mahasiswa Departemen Teknik Informatika ITS, yakni Barhan Akmal Falahudin, Abd Wahid, dan Nur Muhammad ‘Ainul Yaqin. Gagasan ini berakar dari keresahan yang dihadapi agar dapat menfasilitasi para petani garam mengatasi kesulitan dalam hal distribusi.
“Tujuan fasilitasi ini dimaksudkan agar pemerintah dapat melakukan swasembada garam melalui produk garam lokal,” ungkap Ketua Tim Barhan Akmal Falahudin yang kerap disapa Akmal melalui siaran pers, Kamis (27/5).
Akmal mengatakan, fitur unggulan aplikasi ini antara lain manajemen koperasi, notifikasi mengenai iuran dan pengumuman kepada petani garam, hingga fitur edukasi untuk meningkatkan proses produksi garam. Desainnya juga mudah dipahami dan berukuran kecil.
Lebih lanjut dijelaskan, proses pengembangan aplikasi berlangsung selama sembilan hari, dimulai dengan riset terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di bidang maritim dan penentuan ide. Proses dilanjutkan dengan desain UI/UX, API Specification, hingga finalisasi aplikasi.
“Sebagai mahasiswa semester dua, salah satu kesulitan yang kami hadapi adalah cara untuk menyusun aplikasi secara matang,” akunya.
Terkait implementasinya, Akmal menyebutkan terdapat dua user sasaran, yaitu pengurus dan anggota koperasi. Pengurus dapat menambahkan pemasukan dan pengeluaran, memberikan pengumuman dan notifikasi pembayaran iuran pada anggota, serta mengunggah materi edukasi.
Sedangkan di sisi anggota, mereka dapat memantau keuangan koperasi, mendapatkan pengumuman dan edukasi, serta notifikasi pembayaran iuran.
Mahasiswa angkatan 2020 ini menambahkan, terdapat beberapa alasan dalam fokus utama untuk menghidupkan koperasi distribusi produksi petani garam. Salah satunya adalah untuk memperpendek rantai distribusi garam yang diproduksi oleh petani garam, sehingga keuntungan yang diterima petani garam meningkat.
“Para petani tidak perlu khawatir jika datang masa sulit, karena keuntungan telah dikelola oleh koperasi,” tuturnya.
Karya ini telah berhasil mendapat gelar juara 3 pada Hackathon Maritim 2021 oleh Dinas Pembinaan Potensi Maritim Angkatan Laut (Dispotmaral) TNI AL. Kompetisi tersebut juga tercatat dalam Rekor MURI sebagai hackathon pertama yang diselenggarakan di atas kapal perang di Indonesia.
Selain perasaan bangga, tim Garamin berharap, aplikasi buatannya dapat membantu aktivitas pertanian garam di Indonesia dan juga menaikkan taraf ekonomi mereka dengan berbasis koperasi. Evaluasi terhadap beberapa fitur akan terus dilakukan dan dikembangkan, guna memberikan layanan terbaik bagi para petani garam.
“Ke depannya, tak hanya di lingkup maritim, aplikasi serupa diharapkan dapat dikembangkan pula pada lingkungan pertanian dan perikanan,” pungkas Akmal penuh harap.
(mpw)