Pupuk Toleransi-Kerukunan, Kampus STIAB Gelar Webinar 'Merajut Kebhinnekaan'

Minggu, 30 Mei 2021 - 15:33 WIB
loading...
Pupuk Toleransi-Kerukunan,...
Sekolah Tinggi Agama Buddha (STIAB) SMARATUNGGA menggelar webinar bertema Merajut Kebhinnekaan Untuk Ketahanan Bangsa Sabtu (29/5). Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Indonesia terkenal dengan kekayaan alam dan demografis yang melimpah, beraneka ragam suku, ras, agama yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Kebhinnekaan ini tentunya dapat menjadi kesempatan atau ancaman bagi bangsa dan negara. Tergantung bagaimana menyikapinya.

Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia, haruslah selalu dijaga bersama dengan mengarusutamakan dan mengamalkan sila-sila Pancasila, terutama sila ketiga yang menegaskan perihal seluruh masyarakat Indonesia, untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan baik dalam aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, agama, keamanan, serta latar belakang primordial lainnya terutama suku dan bangsa.

Baca juga: IPB University-Kitami Institute of Technology Jepang kembangkan Pertanian Cerdas

Salah satu upaya untuk mencari solusi yang menjadikan kebhinnekaan sebagai kesempatan dalam mewujudkan ketahanan bangsa adalah melalui webinar bertema “Merajut Kebhinnekaan Untuk Ketahanan Bangsa” yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Agama Buddha (STIAB) SMARATUNGGA dalam rangka hari raya Waisak 2565, Sabtu (29/5).

Dua tokoh dan sekaligus Dewan Pengarah BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) sebagai narasumber, yakni Prof Dr. H. Ahmad Syafii Maarif dan Dr. (H.C) Sudhamek AWS, S.E, S.H. didampingi DR Nyanasuryanadi Mahathera, Ketua Yayasan Buddhayana. Webinar ini diikuti oleh hampir 500 peserta dari kalangan mahasiswa dan umum.

Ketua Yayasan Buddhayana, DR. Nyanasuryanadi Mahathera dalam sambutannya mengatakan pihaknya berharap agar webinar ini dapat menjadi bekal bagi para peserta dalam menjaga toleransi, kerukunan dan persaudaraan yang dilandasi cinta kasih di Negara Republik Indonesia.

Baca juga: Dibanjiri Peminat, Peserta Seleksi Masuk PTKIN Capai 115.000 Orang

Sehingga, lanjut dia, mampu untuk menahan diri dari pandangan maupun sikap-sikap yang mendiskreditkan perbedaan primordial apapun, utamanya karena suku, ras, budaya dan adat istiadat.

"Kita harus mulai merubah pola pikir untuk saling menerima dan menghormati segala perbedaan yang ada. Lebih dari itu kita harus bisa membangun kebiasaan baru yaitu melihat hidup ini dari persamaan bukan perbedaan. Ketika spirit toleransi & persaudaraan yang saling mengasihi ini telah tumbuh pada setiap orang sebagai warga negara Indonesia, niscaya "Bhinneka Tunggal Ika", walau berbeda tapi tetap bersatu maka kedaulatan dan ketahanan bangsa akan kokoh terbentuk,” terangnya.

Dalam paparannya, Sudhamek juga mengemukakan bahwa salah satu solusi dari perspektif ekonomi dan bisnis dalam memaknai Bhinneka Tunggal Ika dapat melalui demokrasi ekonomi yang inklusif demi mewujudkan kedaulatan, kesejahteraan & keadilan. Inilah esensi Ekonomi Pancasila.

Baca juga: 1.023 Mahasiswa UGM Diwisuda, Ini Wejangan Rektor UGM

Strategi operasional Ekonomi Pancasila secara Makro dikatakan inklusif karena dilakukan dengan strategi Pemberdayaan UMKM, Kemitraan & pendekatan Jaringan lintas Iman yg berbasis pada Research & Innovation.

Lebih dari itu, Solusi yang paling tepat pada tataran MIKRO (Bisnis), menurut pandangan saya, adalah dengan membangun bisnis yang berlandaskan ‘mindfulness’ (Mindfulness-Based Business atau MBB). Ada 3 esensi MBB, pertama, landasan paradigma: Interdependent Co-Arising (Interbeing, Saling menumbuh-kembangkan); kedua, melakukan Empat inisiatif kunci; dan ketiga, metodenya : Latihan Hening (Mindfulness practices).

Bukan hal yang mudah dalam mengelola bangsa yang sedemikian binnekanya. Dibutuhkan pemahaman dan pandangan yang benar terhadap hakikat kebhinnekaan dalam suku, agama, ras, golongan dari masyarakat yang terdiri dari latar belakang ekonomi, sosial budaya yang berbeda. Konflik Suku, Agama dan Ras (SARA) di Indonesia akan memecah belah dan merusak tatanan ketahanan Nasional. Jika ditelisik lebih dalam terdapat berbagai pencetus konflik SARA, di antaranya sentimen etnis, radikalisme, kesenjangan ekonomi, perbedaan sudut pandang sosial budaya masyarakat.

Baca juga: UNAIR Sediakan Beasiswa ADS Studi S2 dan S3 untuk Mahasiswa Internasional

Syafii Maarif dalam pemaparannya mengenai sejarah panjang Kebhinnekaan dalam pembentukan Negara Indonesia, pentingnya rajutan Kebhinnekaan dan konsep tunggal (seragam) vs Bhinneka mengatakan, Indonesia merupakan bangsa besar yang dianugerahi dengan beragam perbedaan seperti agama, suku, adat, bahkan bahasa oleh karena itu harus menanamkan sikap toleransi dalam diri dengan terus memelihara persatuan, persaudaraan dan kerukunan antar sesama karena Bhinneka Tunggal Ika merupakan nilai bangsa yang harus terus dijaga.

Suatu perbedaan itu dipahami dan dibiarkan dalam rangka mewujudkan persatuan kesatuan bangsa. Dengan kata lain keanekaragaman bangsa dihormati dalam wadah kesatuan bangsa Indonesia. Hal ini juga selaras dengan semboyan yang menggambarkan secara jelas prinsip penghormatan keaneka ragaman dalam wadah persatuan, yakni "Bhinneka Tunggal Ika".

Oleh karena itu, Kebhinekaan harus dipahami sebagai sebuah kekuatan pemersatu bangsa yang keberadaannya tidak bisa dipungkiri. Kebhinnekaan juga harus dimaknai sebagai sebuah keragaman yang mempersatukan, menerima perbedaan sebagai sebuah kekuatan, bukan sebagai ancaman ataupun gangguan.

Semua budaya, agama dan suku yang ada tetap pada bentuknya masing-masing, di mana yang mempersatukan semua itu adalah rasa nasionalisme dan kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia. "Bhinneka Tunggal Ika tidak bisa dianggap hanya sekadar semboyan, melainkan harus dihayati, disimpan pada sanubari dan dilaksanakan oleh setiap warga negara Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan negara. Pada prinsipnya, semboyan bangsa," pungkasnya.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Gaji Dosen Honorer Ternyata...
Gaji Dosen Honorer Ternyata Segini! Cek Kisaran Terbarunya di Sini
Untar Siapkan Lulusan...
Untar Siapkan Lulusan Berkualitas lewat Sertifikasi Profesi
Perbedaan 3 Nama Panggilan...
Perbedaan 3 Nama Panggilan Pelajar Sekolah Kedinasan, Taruna, Praja, dan Mahasiswa
Mahasiswa DKV MNC University...
Mahasiswa DKV MNC University Kunjungi IDDC, Perluas Pengetahuan tentang Desain dan Industri Kreatif
Kapan Dana KJMU 2025...
Kapan Dana KJMU 2025 Cair? Ini Jadwal Resmi dan Syarat Penerimanya
Mahasiswa Sains Komunikasi...
Mahasiswa Sains Komunikasi MNC University Belajar Dubbing di Studio MNC Animation
Momen Lintas Agama Ucapkan...
Momen Lintas Agama Ucapkan Selamat Perayaan Waisak kepada Umat Buddha di Vihara Tanah Putih
Upacara Waisak 2025...
Upacara Waisak 2025 di Palembang, Umat Buddha Laksanakan Pradaksina dan Puja Bhakti
Waisak, Bang Doel: Jakarta...
Waisak, Bang Doel: Jakarta Tuan Rumah yang Nyaman bagi Seluruh Umat Beragama
Rekomendasi
Amman Lanjutkan Penambangan...
Amman Lanjutkan Penambangan Fase 8 di Batu Hijau, Cadangan Capai 460 Juta Ton
Melayat Eddie Marzuki...
Melayat Eddie Marzuki Nalapraya, Prabowo: Beliau Patriot Sejati
Film Jumbo Tembus 9,4...
Film Jumbo Tembus 9,4 Juta Penonton, KKN di Desa Penari Terancam Tergeser
Agama Warga Negara India...
Agama Warga Negara India dan Persentasenya di Tengah Perang Terbaru Lawan Pakistan
Komisi VIII DPR Minta...
Komisi VIII DPR Minta Menag Evaluasi Penerapan Sistem Syarikah
11.000 Pekerja Pabrikan...
11.000 Pekerja Pabrikan Mobil Jepang Kena PHK, 7 Pabrik Nissan Ditutup
Berita Terkini
Sekolah Masa Kini, Menumbuhkan...
Sekolah Masa Kini, Menumbuhkan Karakter dan Keterampilan Hidup lewat 5C
Wisuda ke-52 Universitas...
Wisuda ke-52 Universitas Sahid Usung Konsep Budaya dan Pariwisata NTT
Pendidikan Eddie Nalapraya,...
Pendidikan Eddie Nalapraya, Sosok Jenderal dan Bapak Pencak Silat Dunia yang Meninggal Dunia Hari Ini
Riwayat Pendidikan Kolonel...
Riwayat Pendidikan Kolonel Cpl Antonius Hermawan, Anggota TNI yang Jadi Korban Ledakan Amunisi di Garut
Profil Pendidikan Mierza...
Profil Pendidikan Mierza Firjatullah, Striker Muda Andalan Timnas U-17
Kenapa Gaji PPPK Terlihat...
Kenapa Gaji PPPK Terlihat Lebih Besar dari PNS? Ini Penjelasan Lengkapnya
Infografis
Melawan Donald Trump,...
Melawan Donald Trump, 7 Kampus Elite AS Kehilangan Dana Miliaran Dolar
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved