Sistem Belajar Online Butuh Evaluasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Selama masa pandemi virus Corona, semua siswa didik dari semua tingkat, mulai dari tingkat dasar sampai bangku kuliah harus mereformat mekanisme belajar. Dari yang semula berlangsung secara tatap muka, sistem belajar berubah menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) via daring. Perubahan ini wajib diterapkan sebagai upaya untuk mengurangi risiko penularan virus Corona (Covid-19).
Sejak pertama kali diterapkan bahkan sampai kini, penerapan sistem belajar online diiringi dengan hadirnya keraguan mengenai masalah efektivitas. Banyak masyarakat yang menilai, bahwa penyampaian pesan dari pengajar ke anak didik melalui sistem daring tidak akan berjalan sesuai harapan.
Suara publik tersebut disampaikan melalui hasil polling online SINDONEWS.com pada 3-9 April 2020 lalu. Hasilnya, ada sebanyak 70% responden yang menyatakan sistem ini tidak berjalan efektif. Jumlah responden yang sama juga menyatakan bahwa sistem ini dirasa tidak nyaman untuk mereka jalankan.
"Bagaimana mau efektif, dalam sistem belajar online ini interaksi dengan pengajar sangat minim. Jadi anak-anak kesulitan untuk memahami," ujar Adi, warga asal Depok.
Tak hanya itu, belajar online juga sangat menyulitkan pengajar untuk melakukan pengawasan terhadap anak didik. Banyak anak yang kemudian mangkir untuk hadir saat jam pelajaran berlangsung. Ditambah lagi, anak menjadi susah berkonsentrasi akibat lingkungan di rumah yang tidak kondusif.
"Kalau kakak lagi belajar, adiknya yang masih kecil maunya ajak bermain terus. Jadinya si kakak susah sekali untuk berkonsentrasi. Belum lagi kalau pas di televisi ada jadwal acara yang mereka sukai. Jadi tambah tidak konsentrasi," ujar Ike, ibu rumah tangga.
Keluhan belajar secara online juga disampaikan para orang tua terkait beberapa kendala yang dihadapi. Pertama adalah terkait kebutuhan kuota. Kewajiban anak untuk mengikuti beberapa mata pelajaran dan mengirim tugas-tugas secara online setiap hari membuat kebutuhan kuota pun melonjak.
Walhasil, orang tua perlu menyediakan pos extra untuk mengakomodir kebutuhan ini. Persoalannya, saat ini banyak orang tua yang mengalami kesulitan ekonomi akibat pemotongan gaji dan bahkan pemutusan hubungan kerja.
Kendala kedua adalah persoalan teknis seperti kesulitan sinyal serta ketidakmampuan menggunakan aplikasi belajar. Faktanya, banyak wilayah di Indonesia yang belum bisa menjangkau sinyal dengan baik, khususnya di daerah-daerah terpencil.
Banyak cerita-cerita menyedihkan mengenai perjuangan anak-anak di daerah terpencil yang harus mendaki bukit demi mendapatkan sinyal untuk bisa mengikuti proses belajar. Kendala teknis lain juga dihadapi beberapa anak. Mereka mengaku kesulitan untuk menggunakan aplikasi belajar yang ditentukan oleh tim pengajar dari sekolahnya.
Beberapa responden lainnya juga menyatakan keluhannya terkait kesulitan anak-anak untuk memahami materi karena sistem interaksi yang terbatas. Dalam situasi ini, peran orang tua untuk mendampingi dan mengarahkan anak-anaknya menjadi sangat penting. Namun, masalahnya tidak mudah bagi orang tua untuk menjalankan multi peran di waktu yang bersamaan. Apalagi bagi orang tua yang bekerja.
Kondisi ini kadang membuat konsentrasi orang tua terpecah sehingga menjadi tidak optimal saat mendampingi buah hatinya. Sementara di satu sisi, dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk memperlancar proses belajar mengajar.
"Perlu dukungan keluarga agar sistem belajar online ini berjalan efektif. Orang tua harus pintar menyiasati," tutur Abigail, warga Pamulang.
Sejak pertama kali diterapkan bahkan sampai kini, penerapan sistem belajar online diiringi dengan hadirnya keraguan mengenai masalah efektivitas. Banyak masyarakat yang menilai, bahwa penyampaian pesan dari pengajar ke anak didik melalui sistem daring tidak akan berjalan sesuai harapan.
Suara publik tersebut disampaikan melalui hasil polling online SINDONEWS.com pada 3-9 April 2020 lalu. Hasilnya, ada sebanyak 70% responden yang menyatakan sistem ini tidak berjalan efektif. Jumlah responden yang sama juga menyatakan bahwa sistem ini dirasa tidak nyaman untuk mereka jalankan.
"Bagaimana mau efektif, dalam sistem belajar online ini interaksi dengan pengajar sangat minim. Jadi anak-anak kesulitan untuk memahami," ujar Adi, warga asal Depok.
Tak hanya itu, belajar online juga sangat menyulitkan pengajar untuk melakukan pengawasan terhadap anak didik. Banyak anak yang kemudian mangkir untuk hadir saat jam pelajaran berlangsung. Ditambah lagi, anak menjadi susah berkonsentrasi akibat lingkungan di rumah yang tidak kondusif.
"Kalau kakak lagi belajar, adiknya yang masih kecil maunya ajak bermain terus. Jadinya si kakak susah sekali untuk berkonsentrasi. Belum lagi kalau pas di televisi ada jadwal acara yang mereka sukai. Jadi tambah tidak konsentrasi," ujar Ike, ibu rumah tangga.
Keluhan belajar secara online juga disampaikan para orang tua terkait beberapa kendala yang dihadapi. Pertama adalah terkait kebutuhan kuota. Kewajiban anak untuk mengikuti beberapa mata pelajaran dan mengirim tugas-tugas secara online setiap hari membuat kebutuhan kuota pun melonjak.
Walhasil, orang tua perlu menyediakan pos extra untuk mengakomodir kebutuhan ini. Persoalannya, saat ini banyak orang tua yang mengalami kesulitan ekonomi akibat pemotongan gaji dan bahkan pemutusan hubungan kerja.
Kendala kedua adalah persoalan teknis seperti kesulitan sinyal serta ketidakmampuan menggunakan aplikasi belajar. Faktanya, banyak wilayah di Indonesia yang belum bisa menjangkau sinyal dengan baik, khususnya di daerah-daerah terpencil.
Banyak cerita-cerita menyedihkan mengenai perjuangan anak-anak di daerah terpencil yang harus mendaki bukit demi mendapatkan sinyal untuk bisa mengikuti proses belajar. Kendala teknis lain juga dihadapi beberapa anak. Mereka mengaku kesulitan untuk menggunakan aplikasi belajar yang ditentukan oleh tim pengajar dari sekolahnya.
Beberapa responden lainnya juga menyatakan keluhannya terkait kesulitan anak-anak untuk memahami materi karena sistem interaksi yang terbatas. Dalam situasi ini, peran orang tua untuk mendampingi dan mengarahkan anak-anaknya menjadi sangat penting. Namun, masalahnya tidak mudah bagi orang tua untuk menjalankan multi peran di waktu yang bersamaan. Apalagi bagi orang tua yang bekerja.
Kondisi ini kadang membuat konsentrasi orang tua terpecah sehingga menjadi tidak optimal saat mendampingi buah hatinya. Sementara di satu sisi, dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk memperlancar proses belajar mengajar.
"Perlu dukungan keluarga agar sistem belajar online ini berjalan efektif. Orang tua harus pintar menyiasati," tutur Abigail, warga Pamulang.