Peduli Corona, Mahasiswa UI Runtuhkan 'Mitos Negatif Milenial'
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Indonesia (UI) melalui Direktorat Kemahasiswaan bersama Telkom University mempresentasikan pandangannya tentang perguruan tinggi dalam menghadapi tatanan baru era pandemi Corona atau new normal.
Dari pihak UI diwakili Direktur Kemahasiswaan yaitu Devie Rahmawati, sedangkan dari Telkom University diwakili oleh Rektor Telkom University yaitu Prof Dr Adiwijaya.
Presentasi dilakukan dalam bentuk Webinar Expert Series Internasional yang diselenggarakan oleh Elsevier.
Dalam webinar tersebut, Devie bersama Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Hasanuddin (Unhas), Dekan Fakultas Hukum Unhas, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan & Alumni Unhas dan Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia menjadi pembicara.
"Dalam webinar itu disampaikan presentasi tentang implementasi kebijakan kampus bidang kemahasiswaan melawan Covid-19, dalam Webinar Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Hasanudin, dengan jumlah lebih dari 500 pendaftar," kata Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI, Rosari Saleh, Selasa (26/5/2020). (Baca Juga: Luar Biasa, UI Bikin Ventilator Hemat Energi untuk Pasien Corona)
UI secara umum memiliki ABC, yaitu academic social responsibility-building an online environment and communication sebagai strategi di bidang kemahasiswaan selama menghadapi pandemi.
Kritik selama ini tentang generasi milennial yang dinilai sebagai generasi yang ego sentrik, tidak empatik, dan lemah dalam beraksi terbantahkan selama masa pandemi ini.
Terbukti dalam konteks UI, kata dia, para milennial ini justru menjadi yang terdepan dalam melakukan academic social responsibility.
Dia menilai para mahasiswa UI berhasil meruntuhkan mitos-mitos negatif tentang generasi mereka. Sebagai ilustrasi, aksi menjadi relawan kesehatan di rumah sakit oleh mahasiswa UI, tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa dari latar belakang ilmu kesehatan, tetapi juga mahasiswa ilmu-ilmu sosial.
"Tidak hanya itu, mahasiswa mampu bekerja sama lintas ilmu, lintas fakultas. Mereka tidak hanya berkordinasi, tetapi juga memproduksi berbagai temuan aplikasi dan alat-alat teknis, sarana curhat psikologis, yang dibutuhkan semasa pandemi ini," kata Direktur Kemahasiswaan UI Devie Rahmawati.
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) bukan hal baru bagi UI. Namun, pandemi telah memperluas penggunaannya. Temuan jajak pendapat dan kualitatif terungkap capaian dan juga tantangan dari implementasi PJJ, yaitu aspek 7 T: technology, trust, team, test, time, training dan touch.
Dalam hal teknologi misalnya, penuturan para pengajar senior, banyak yang mengakui PJJ dengan teknologi baru ini sebenarnya tepat untuk mereka. "Mereka merasa seharusnya menggunakan teknologi seperti ini sejak lama," tambah Devie yang juga ketua tim peneliti dampak PJJ bagi sivitas akademika Ditmawa.
Dia mengingatkan agar setiap individu mempersiapkan diri menghadap FUTURE yang merupakan singkatan dari tantangan financial, uncertainty health condition, transfer knowledge and skills, unemployment, research dan entrepreneurship.
Dengan kondisi kesehatan yang belum dapat dipastikan mengingat vaksin yang belum ditemukan, sambung dia, kampus berpotensi mengurangi aktivitas publik sivitasnya yang membuat kampus seperti Cambridge misalnya sudah mengumumkan hingga akhir tahun 2020, perkuliahan akan dilakukan sepenuhnya online.
"Ketika kampus berlangsung online, bagaimana dengan pembiayaan di kampus? Apakah benar ketika kampus tidak dihadiri mahasiswa, maka ongkos infrastruktur benar-benar dapat berkurang? Mengingat banyak kampus di amerika yang justru memilih melakukan penyesuaian jumlah pengajarnya, “ kata Devie.
Lihat Juga: 7 Universitas dengan Jurusan Ilmu Komunikasi Terbaik Versi EduRank, Berapa Biaya Kuliah di UI?
Dari pihak UI diwakili Direktur Kemahasiswaan yaitu Devie Rahmawati, sedangkan dari Telkom University diwakili oleh Rektor Telkom University yaitu Prof Dr Adiwijaya.
Presentasi dilakukan dalam bentuk Webinar Expert Series Internasional yang diselenggarakan oleh Elsevier.
Dalam webinar tersebut, Devie bersama Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Hasanuddin (Unhas), Dekan Fakultas Hukum Unhas, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan & Alumni Unhas dan Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia menjadi pembicara.
"Dalam webinar itu disampaikan presentasi tentang implementasi kebijakan kampus bidang kemahasiswaan melawan Covid-19, dalam Webinar Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Hasanudin, dengan jumlah lebih dari 500 pendaftar," kata Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI, Rosari Saleh, Selasa (26/5/2020). (Baca Juga: Luar Biasa, UI Bikin Ventilator Hemat Energi untuk Pasien Corona)
UI secara umum memiliki ABC, yaitu academic social responsibility-building an online environment and communication sebagai strategi di bidang kemahasiswaan selama menghadapi pandemi.
Kritik selama ini tentang generasi milennial yang dinilai sebagai generasi yang ego sentrik, tidak empatik, dan lemah dalam beraksi terbantahkan selama masa pandemi ini.
Terbukti dalam konteks UI, kata dia, para milennial ini justru menjadi yang terdepan dalam melakukan academic social responsibility.
Dia menilai para mahasiswa UI berhasil meruntuhkan mitos-mitos negatif tentang generasi mereka. Sebagai ilustrasi, aksi menjadi relawan kesehatan di rumah sakit oleh mahasiswa UI, tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa dari latar belakang ilmu kesehatan, tetapi juga mahasiswa ilmu-ilmu sosial.
"Tidak hanya itu, mahasiswa mampu bekerja sama lintas ilmu, lintas fakultas. Mereka tidak hanya berkordinasi, tetapi juga memproduksi berbagai temuan aplikasi dan alat-alat teknis, sarana curhat psikologis, yang dibutuhkan semasa pandemi ini," kata Direktur Kemahasiswaan UI Devie Rahmawati.
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) bukan hal baru bagi UI. Namun, pandemi telah memperluas penggunaannya. Temuan jajak pendapat dan kualitatif terungkap capaian dan juga tantangan dari implementasi PJJ, yaitu aspek 7 T: technology, trust, team, test, time, training dan touch.
Dalam hal teknologi misalnya, penuturan para pengajar senior, banyak yang mengakui PJJ dengan teknologi baru ini sebenarnya tepat untuk mereka. "Mereka merasa seharusnya menggunakan teknologi seperti ini sejak lama," tambah Devie yang juga ketua tim peneliti dampak PJJ bagi sivitas akademika Ditmawa.
Dia mengingatkan agar setiap individu mempersiapkan diri menghadap FUTURE yang merupakan singkatan dari tantangan financial, uncertainty health condition, transfer knowledge and skills, unemployment, research dan entrepreneurship.
Dengan kondisi kesehatan yang belum dapat dipastikan mengingat vaksin yang belum ditemukan, sambung dia, kampus berpotensi mengurangi aktivitas publik sivitasnya yang membuat kampus seperti Cambridge misalnya sudah mengumumkan hingga akhir tahun 2020, perkuliahan akan dilakukan sepenuhnya online.
"Ketika kampus berlangsung online, bagaimana dengan pembiayaan di kampus? Apakah benar ketika kampus tidak dihadiri mahasiswa, maka ongkos infrastruktur benar-benar dapat berkurang? Mengingat banyak kampus di amerika yang justru memilih melakukan penyesuaian jumlah pengajarnya, “ kata Devie.
Lihat Juga: 7 Universitas dengan Jurusan Ilmu Komunikasi Terbaik Versi EduRank, Berapa Biaya Kuliah di UI?
(dam)