Lepas 88 Wisudawan, Ini Wejangan Rektor Universitas Jember
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Jember (Unej) menggelar upacara wisuda secara luring terbatas dan daring di Gedung Auditorium Universitas Jember (11/9). Dalam wisuda kali ini terdapat 888 lulusan dari jenjang doktoral, magister, sarjana dan diploma yang mengikuti upacara wisuda periode V tahun akademik 2020/2021.
Dalam pidato wisudanya, Rektor Universitas Jember menjelaskan walau angka penyebaran Covid-19 di Indonesia menunjukkan angka penurunan, namun wisuda secara hibrid dengan menggabungkan luring terbatas dan daring masih dipilih dengan alasan menjaga kesehatan warga Universitas Jember dan Jember.
“Sebagai Perguruan Tinggi Negeri, Universitas Jember memiliki mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, begitu pula lulusan yang diwisuda hari ini. Oleh karena itu, wisuda hibrid masih menjadi pilihan untuk menjamin kesehatan semua pihak. Untuk itu saya mengajak segenap keluarga besar Universitas Jember untuk terus mentaati protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah,” kata Iwan Taruna dalam pidato pembukaannya, Sabtu (11/9/2021).
Selanjutnya, Iwan Taruna berpesan kepada wisudawan agar selalu ingat bahwasanya wisuda bukan berarti terminal akhir untuk belajar. Apalagi merujuk pada salah satu tujuan perguruan tinggi adalah mencetak pembelajar seumur hidup. “Anda bakal menghadapi tantangan luar biasa di kondisi pandemi Covid-19 yang belum berakhir, untuk itu tetap lah belajar agar mampu adaptif terhadap setiap perubahan jaman. Lulusan Universitas Jember harus menguasai teknologi informasi dan komunikasi sehingga mampu memanfaatkannya seperti dengan mencoba berwirausaha atau membuka usaha rintisan. Pesan saya, lulusan Universitas Jember jangan takut berkompetisi,” ujarnya lagi.
Rasa bangga telah berhasil melewati tahapan kuliah juga ditunjukkan oleh wisudawan terbaik dari Fakultas Farmasi, El Medina Aulia Putri, S. Farm., yang meraih IPK 3,83. Putri pasangan Budi Utomo dan Ina Rosita ini bersyukur kerja kerasnya menuai buah yang manis. Namun siapa sangka dibalik pretasinya El Madina berjuang keras demi lulus tepat waktu. Kondisi ekonomi orang tua yang serba pas-pasan membuatnya enggan untuk berlama-lama duduk di bangku kuliah. Belum lagi setelah dia lulus dan menyandang gelar Sarjana Farmasi, Medina masih harus menempuh pendidikan Profesi Apoteker selama 2 semester lagi.
“Saya bukan penerima beasiswa Bidikmisi, keluarga saya pun sebenarnya cukup berat membiayai kuliah saya. Oleh karena itu saya bertekad lulus tepat waktu demi meringankan beban orang tua. Alhamdulillaah terwujud atas izin Allah,” ujar gadis asal Kota Probolinggo ini. Sulung dari 3 bersaudara ini bercerita, untuk membantu biaya kuliahnya, Medina berupaya untuk mendapatkan beasiswa lain yang banyak tersedia. Dengan modal IPK yang bagus tidak sulit baginya untuk mendapatkan beasiswa.
“Saya berusaha mencari beasiswa non Bidikmisi dan alhamdulillah bisa dapat beasiswa jangka pendek, dan itu sangat membantu selama menyelesaikan proses pendidikan saya di kampus Tegalboto,” imbuhnya. Tidak cukup dengan beasiswa saja, untuk mendukung perkuliahannya, sejak semester 5 Medina mulai terlibat dalam beberapa penelitian dosen. Bahkan salah satu penelitian yang dia ikuti dilanjutkan hingga menjadi skripsi.
“Jadi waktu itu saya membantu penelitian dosen sekaligus belajar bagaimana melaksanakan sebuah penelitian. Alhamdulillah saya sangat terbantu sekali dalam proses penyelesaian skripsi dengan biaya yang relatif lebih murah,” jelas gadis kelahiran Sorong, Provinsi Papua Barat ini.
Melakukan penelitian di tengah pandemi Covid-19 tentu tidak mudah bagi Medina. Terlebih lagi jumlah mahasiswa yang bisa melakukan penelitian pun dibatasi untuk meminimalkan resiko terpapar Covid-19. “Karena praktikum di laboratorium ini berbeda dengan perkuliahan yang bisa dilakukan secara online. Penelitian di laboratorium Fakultas Farmasi tidak bisa leluasa, bahkan sempat terhenti beberapa kali, sehingga mempengaruhi penelitian dosen dan skripsi saya,” lanjut Medina.
Jika Medina menjadi lulusan terbaik dari Fakultas Farmasi, maka wisudawan dari Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Alfi Khusniatin, S.Pd., menjadi peraih IPK tertinggi di jenjang sarjana dalam wisuda kali ini. Gadis asal Banyuwangi ini meraih IPK 3,93 setelah menjalani kuliah selama 3 tahun 10 bulan dan 15 hari. Sementara itu Ahmad Fahmi Hafidz, A.Md., mencetak IPK 3,86 setelah kuliah selama 2 tahun11 bulan 23 hari di Program Diploma 3 Akuntansi FEB sehingga berhak menjadi yang terbaik di jenjang diploma.
Dalam pidato wisudanya, Rektor Universitas Jember menjelaskan walau angka penyebaran Covid-19 di Indonesia menunjukkan angka penurunan, namun wisuda secara hibrid dengan menggabungkan luring terbatas dan daring masih dipilih dengan alasan menjaga kesehatan warga Universitas Jember dan Jember.
“Sebagai Perguruan Tinggi Negeri, Universitas Jember memiliki mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, begitu pula lulusan yang diwisuda hari ini. Oleh karena itu, wisuda hibrid masih menjadi pilihan untuk menjamin kesehatan semua pihak. Untuk itu saya mengajak segenap keluarga besar Universitas Jember untuk terus mentaati protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah,” kata Iwan Taruna dalam pidato pembukaannya, Sabtu (11/9/2021).
Selanjutnya, Iwan Taruna berpesan kepada wisudawan agar selalu ingat bahwasanya wisuda bukan berarti terminal akhir untuk belajar. Apalagi merujuk pada salah satu tujuan perguruan tinggi adalah mencetak pembelajar seumur hidup. “Anda bakal menghadapi tantangan luar biasa di kondisi pandemi Covid-19 yang belum berakhir, untuk itu tetap lah belajar agar mampu adaptif terhadap setiap perubahan jaman. Lulusan Universitas Jember harus menguasai teknologi informasi dan komunikasi sehingga mampu memanfaatkannya seperti dengan mencoba berwirausaha atau membuka usaha rintisan. Pesan saya, lulusan Universitas Jember jangan takut berkompetisi,” ujarnya lagi.
Rasa bangga telah berhasil melewati tahapan kuliah juga ditunjukkan oleh wisudawan terbaik dari Fakultas Farmasi, El Medina Aulia Putri, S. Farm., yang meraih IPK 3,83. Putri pasangan Budi Utomo dan Ina Rosita ini bersyukur kerja kerasnya menuai buah yang manis. Namun siapa sangka dibalik pretasinya El Madina berjuang keras demi lulus tepat waktu. Kondisi ekonomi orang tua yang serba pas-pasan membuatnya enggan untuk berlama-lama duduk di bangku kuliah. Belum lagi setelah dia lulus dan menyandang gelar Sarjana Farmasi, Medina masih harus menempuh pendidikan Profesi Apoteker selama 2 semester lagi.
“Saya bukan penerima beasiswa Bidikmisi, keluarga saya pun sebenarnya cukup berat membiayai kuliah saya. Oleh karena itu saya bertekad lulus tepat waktu demi meringankan beban orang tua. Alhamdulillaah terwujud atas izin Allah,” ujar gadis asal Kota Probolinggo ini. Sulung dari 3 bersaudara ini bercerita, untuk membantu biaya kuliahnya, Medina berupaya untuk mendapatkan beasiswa lain yang banyak tersedia. Dengan modal IPK yang bagus tidak sulit baginya untuk mendapatkan beasiswa.
“Saya berusaha mencari beasiswa non Bidikmisi dan alhamdulillah bisa dapat beasiswa jangka pendek, dan itu sangat membantu selama menyelesaikan proses pendidikan saya di kampus Tegalboto,” imbuhnya. Tidak cukup dengan beasiswa saja, untuk mendukung perkuliahannya, sejak semester 5 Medina mulai terlibat dalam beberapa penelitian dosen. Bahkan salah satu penelitian yang dia ikuti dilanjutkan hingga menjadi skripsi.
“Jadi waktu itu saya membantu penelitian dosen sekaligus belajar bagaimana melaksanakan sebuah penelitian. Alhamdulillah saya sangat terbantu sekali dalam proses penyelesaian skripsi dengan biaya yang relatif lebih murah,” jelas gadis kelahiran Sorong, Provinsi Papua Barat ini.
Melakukan penelitian di tengah pandemi Covid-19 tentu tidak mudah bagi Medina. Terlebih lagi jumlah mahasiswa yang bisa melakukan penelitian pun dibatasi untuk meminimalkan resiko terpapar Covid-19. “Karena praktikum di laboratorium ini berbeda dengan perkuliahan yang bisa dilakukan secara online. Penelitian di laboratorium Fakultas Farmasi tidak bisa leluasa, bahkan sempat terhenti beberapa kali, sehingga mempengaruhi penelitian dosen dan skripsi saya,” lanjut Medina.
Jika Medina menjadi lulusan terbaik dari Fakultas Farmasi, maka wisudawan dari Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Alfi Khusniatin, S.Pd., menjadi peraih IPK tertinggi di jenjang sarjana dalam wisuda kali ini. Gadis asal Banyuwangi ini meraih IPK 3,93 setelah menjalani kuliah selama 3 tahun 10 bulan dan 15 hari. Sementara itu Ahmad Fahmi Hafidz, A.Md., mencetak IPK 3,86 setelah kuliah selama 2 tahun11 bulan 23 hari di Program Diploma 3 Akuntansi FEB sehingga berhak menjadi yang terbaik di jenjang diploma.
(mpw)