Ini Sosok di Balik IDeA Indonesia Akademi yang Luluskan 4.500 Alumni Vokasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Eko Desriyanto, Direktur Utama PT Idea Indonesia Akademi, yang juga perintis lembaga pendidikan vokasi sudah merasakan jatuh bangun dan jalan berliku saat pertama kali ingin mewujudkan mimpinya, yakni mendirikan lembaga pendidikan dan pelatihan kerja bagi generasi muda Indonesia.
Perusahaan ini dia rintis dari sebuah Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) kecil pada 2009. “IDeA Indonesia saya dirikan utk mewujudkan gagasan pendidikan vokasi ideal bagi Indonesia, yang tidak hanya mendidik dan melatih, tapi juga membantu penyaluran kerja,” kata Eko Desriyanto dalam keterangan pers, Kamis (16/9/2021).
Waktu mendirikan perusahaan ini, Eko nyaris tidak memiliki modal. Bahkan untuk gedung, dia menempati bangunan tua bekas sekolah yang sudah tidak beroperasi. “Saya tidak memiliki modal, kecuali untuk biaya pengecetan ulang gedung, mencetak brosur, dan biaya operasional tiga karyawan,” ujarnya.
Modal pertama uang sebesar Rp30 juta dia dapatkan dari pinjaman seorang teman. Sedangkan untuk tenaga pendidik, dia dibantu beberapa teman dan praktisi industri yang mengajar secara paruh waktu di IDeA Indonesia. “Kegiatan rekrutmen calon siswa dilakuan secara door to door ke sekolah-sekolah. Hasilnya selama 9 bulan sosialisasi, hanya 14 siswa yang berhasil direkrut menjadi peserta pelatihan,” kisah lulusan Ponpes Riyadhatul Ulum, Lampung Timur ini.
Lulusan S1 Hukum Perdata Islam UIN Yogyakarta ini mengaku banyak menghadapi kendala saat merintis, mulai dari kondisi gedung yang kurang layak, hingga penolakan dari pihak sekolah untuk presentasi. “Masyarakat masih menganggap karier di industri hospitality tidak memiliki masa depan jelas,” katanya.
Untuk meyakinkan calon siswa, Eko menghadirkan praktisi untuk menyampaikan success story bekerja di hotel, restoran dan kapal pesiar. “Seiring dengan itu kami mengedukasi masyarakat, calon siswa dan pihak sekolah tentang karir dan profesi yg dibutuhkan dalam operasional hotel, seperti receptionist, room attendant, chef, barista, waiter, sales marketing, IT, dan human resources. Selain itu, kami konsisten membantu seluruh alumni IDEA sampai penempatan kerja,” ungkapnya.
Menurutnya, peluang karier di industri hospitality sangat terbuka luas, namun masih sedikit pendidikan vokasi yang menyediakan SDM ideal untuk industri ini. Inilah peluang yang ditangkap oleh Eko. “Kami membuat pendidikan vokasi yang menitikberatkan pada pendidikan karakter peserta didik, meningkatkan dan mensertifikasi kompetensi, hingga memfasilitasi penempatan kerja atau berwirausaha,” paparnya.
Sampai 2009 banyak lembaga kursus, pelatihan, diploma, bahkan politeknik, hanya sebatas melatih sampai memberi sertifikat atau ijazah. Belum terlihat usaha yang komprehensif untuk membuat seluruh lulusannya berkarakter kuat dan membantu mereka mendapat pekerjaan atau berwirausaha.
Perusahaan ini dia rintis dari sebuah Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) kecil pada 2009. “IDeA Indonesia saya dirikan utk mewujudkan gagasan pendidikan vokasi ideal bagi Indonesia, yang tidak hanya mendidik dan melatih, tapi juga membantu penyaluran kerja,” kata Eko Desriyanto dalam keterangan pers, Kamis (16/9/2021).
Waktu mendirikan perusahaan ini, Eko nyaris tidak memiliki modal. Bahkan untuk gedung, dia menempati bangunan tua bekas sekolah yang sudah tidak beroperasi. “Saya tidak memiliki modal, kecuali untuk biaya pengecetan ulang gedung, mencetak brosur, dan biaya operasional tiga karyawan,” ujarnya.
Modal pertama uang sebesar Rp30 juta dia dapatkan dari pinjaman seorang teman. Sedangkan untuk tenaga pendidik, dia dibantu beberapa teman dan praktisi industri yang mengajar secara paruh waktu di IDeA Indonesia. “Kegiatan rekrutmen calon siswa dilakuan secara door to door ke sekolah-sekolah. Hasilnya selama 9 bulan sosialisasi, hanya 14 siswa yang berhasil direkrut menjadi peserta pelatihan,” kisah lulusan Ponpes Riyadhatul Ulum, Lampung Timur ini.
Lulusan S1 Hukum Perdata Islam UIN Yogyakarta ini mengaku banyak menghadapi kendala saat merintis, mulai dari kondisi gedung yang kurang layak, hingga penolakan dari pihak sekolah untuk presentasi. “Masyarakat masih menganggap karier di industri hospitality tidak memiliki masa depan jelas,” katanya.
Untuk meyakinkan calon siswa, Eko menghadirkan praktisi untuk menyampaikan success story bekerja di hotel, restoran dan kapal pesiar. “Seiring dengan itu kami mengedukasi masyarakat, calon siswa dan pihak sekolah tentang karir dan profesi yg dibutuhkan dalam operasional hotel, seperti receptionist, room attendant, chef, barista, waiter, sales marketing, IT, dan human resources. Selain itu, kami konsisten membantu seluruh alumni IDEA sampai penempatan kerja,” ungkapnya.
Menurutnya, peluang karier di industri hospitality sangat terbuka luas, namun masih sedikit pendidikan vokasi yang menyediakan SDM ideal untuk industri ini. Inilah peluang yang ditangkap oleh Eko. “Kami membuat pendidikan vokasi yang menitikberatkan pada pendidikan karakter peserta didik, meningkatkan dan mensertifikasi kompetensi, hingga memfasilitasi penempatan kerja atau berwirausaha,” paparnya.
Sampai 2009 banyak lembaga kursus, pelatihan, diploma, bahkan politeknik, hanya sebatas melatih sampai memberi sertifikat atau ijazah. Belum terlihat usaha yang komprehensif untuk membuat seluruh lulusannya berkarakter kuat dan membantu mereka mendapat pekerjaan atau berwirausaha.