Burnout Juga Bisa Menyerang Mahasiswa, Begini Cara Mengatasinya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Burnout, istilah kondisi seseorang yang sedang mengalami lelah secara fisik, emosi, dan juga psikis secara sekaligus dalam waktu yang bersamaan, bisa dialami siapa saja, termasuk kalangan mahasiswa. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Terkait burnout ini, HIMA D3 Perpajakan Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan upgrading guna meningkatkan kemampuan manajemen diri dan menjaga kesehatan mental sebagai mahasiswa di tengah pandemi yang tak kunjung usai ini. Dua narasumber mengisi sesi upgrading tersebut, yakni CEO Produktifkuy Esther Natalia Lubis dan CEO @psytalkindonesia Iestri Kusumah Wardhani.
Esther mengatakan, problematika mahasiswa di era saat ini adalah buruknya self-management sehingga kesulitan membagi waktu antara tugas perkuliahan dan kewajiban organisasi. Manajemen diri menurut Esther adalah kemampuan mengembangkan pribadi dan profesionalitas seseorang secara mandiri tanpa adanya pengaruh eksternal.
Maka disimpulkan oleh CEO Produktifkuy itu bahwa setiap manusia bertanggung jawab atas diri manusia tersebut sendiri dan memiliki kendali yang penuh atas hal tersebut. Jadi, setiap manusia dapat mengatur berbagai hal yang terkait dengan berbagai aspek di dalam hidupnya.
"Memanfaatkan kesempatan agar dapat koneksi, manfaatkan hari-hari kosong peluang yang ada. Manfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Konsisten terhadap waktu, dengan rasa jenuh kita harus tetap semangat karena harus realistis dan bergerak. Semua orang pernah gagal tapi jangan jadikan itu sebagai titik selesai. Maju dan berusaha juga perlu untuk diri kita," ujarnya melansir laman resmi UNAIR di unair.ac.id, Senin (20/9/2021).
Praktisi Psikolog Iestri kemudian menyampaikan, aspek yang sangat krusial diperhatikan adalah kesehatan mental, terutama di kala pandemi. Ia mengatakan, problematika psikis yang membeludak di era krisis kesehatan ini adalah masih minimnya kesadaran mengenai kesehatan mental.
CEO @psytalkindonesia itu menjelaskan juga bahwa kesehatan mental merupakan suatu kemampuan untuk mengatur serta mengatasi berbagai potensi maupun tekanan dalam diri saat berada di lingkungan sosial.
Dengan jarangnya mahasiswa keluar rumah dan terpatri di depan gawai untuk urusan kuliah daring dan kepanitiaan, Iestri menjelaskan, terjadi emotional burnout atau yang biasa disebut lelah mental akibat stres sehingga interaksi sosial menjadi terganggu.
Solusi-solusi yang ditawarkan olehnya untuk mengatasi adanya burnout tersebut adalah time balance, involvement balance, satisfication balance, membuat waktu khusus untuk me-time, dan self reward, serta yang terakhir adalah mencoba untuk selalu memberikan yang terbaik di setiap harinya.
"Di saat kita ingin memberikan self reward untuk diri kita, kita juga harus memikirkan manfaatnya untuk jangka yang lebih panjang, dan memberikan self reward yang benar benar dibutuhkan untuk kita," ujarnya.
Lanjut dia, saat kita ingin melakukan self healing untuk mendamaikan diri kita, lebih baik kita mencari suatu hal yang benar-benar kita sukai karena semua hal yang kita lakukan tergantung dengan situasi yang kita rasakan. "Setiap manusia pasti ada dinamika naik turun dalam dirinya."
Terkait burnout ini, HIMA D3 Perpajakan Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan upgrading guna meningkatkan kemampuan manajemen diri dan menjaga kesehatan mental sebagai mahasiswa di tengah pandemi yang tak kunjung usai ini. Dua narasumber mengisi sesi upgrading tersebut, yakni CEO Produktifkuy Esther Natalia Lubis dan CEO @psytalkindonesia Iestri Kusumah Wardhani.
Esther mengatakan, problematika mahasiswa di era saat ini adalah buruknya self-management sehingga kesulitan membagi waktu antara tugas perkuliahan dan kewajiban organisasi. Manajemen diri menurut Esther adalah kemampuan mengembangkan pribadi dan profesionalitas seseorang secara mandiri tanpa adanya pengaruh eksternal.
Maka disimpulkan oleh CEO Produktifkuy itu bahwa setiap manusia bertanggung jawab atas diri manusia tersebut sendiri dan memiliki kendali yang penuh atas hal tersebut. Jadi, setiap manusia dapat mengatur berbagai hal yang terkait dengan berbagai aspek di dalam hidupnya.
"Memanfaatkan kesempatan agar dapat koneksi, manfaatkan hari-hari kosong peluang yang ada. Manfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Konsisten terhadap waktu, dengan rasa jenuh kita harus tetap semangat karena harus realistis dan bergerak. Semua orang pernah gagal tapi jangan jadikan itu sebagai titik selesai. Maju dan berusaha juga perlu untuk diri kita," ujarnya melansir laman resmi UNAIR di unair.ac.id, Senin (20/9/2021).
Praktisi Psikolog Iestri kemudian menyampaikan, aspek yang sangat krusial diperhatikan adalah kesehatan mental, terutama di kala pandemi. Ia mengatakan, problematika psikis yang membeludak di era krisis kesehatan ini adalah masih minimnya kesadaran mengenai kesehatan mental.
CEO @psytalkindonesia itu menjelaskan juga bahwa kesehatan mental merupakan suatu kemampuan untuk mengatur serta mengatasi berbagai potensi maupun tekanan dalam diri saat berada di lingkungan sosial.
Dengan jarangnya mahasiswa keluar rumah dan terpatri di depan gawai untuk urusan kuliah daring dan kepanitiaan, Iestri menjelaskan, terjadi emotional burnout atau yang biasa disebut lelah mental akibat stres sehingga interaksi sosial menjadi terganggu.
Solusi-solusi yang ditawarkan olehnya untuk mengatasi adanya burnout tersebut adalah time balance, involvement balance, satisfication balance, membuat waktu khusus untuk me-time, dan self reward, serta yang terakhir adalah mencoba untuk selalu memberikan yang terbaik di setiap harinya.
"Di saat kita ingin memberikan self reward untuk diri kita, kita juga harus memikirkan manfaatnya untuk jangka yang lebih panjang, dan memberikan self reward yang benar benar dibutuhkan untuk kita," ujarnya.
Lanjut dia, saat kita ingin melakukan self healing untuk mendamaikan diri kita, lebih baik kita mencari suatu hal yang benar-benar kita sukai karena semua hal yang kita lakukan tergantung dengan situasi yang kita rasakan. "Setiap manusia pasti ada dinamika naik turun dalam dirinya."
(zik)