Terobosan Baru Mahasiswa UNS Atasi Gejala Gagal Nafas untuk Pasien Covid-19
loading...
A
A
A
Berangkat dari fenomena tersebut, 4 mahasiswa UNS menuangkan ide inovatifnya dalam ajang Program Keativitas Mahasiswa (PKM). Berbuah baik, penelitian mereka berhasil mendapat hibah pendanaan dengan skema Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) dari Kemendikbudristek. Bahkan, inovasi tersebut juga lolos di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 34.
Memanfaatkan membran komposit yang terlapisi oleh etil selulosa, Jesica mengatakan bahwa upaya tersebut dapat menyelesaikan masalah masa penggunaan dan kebocoran membran pada EMCO.
“Penelitian yang kami lakukan merupakan sebuah inovasi dari pemanfaatan membran komposit berlapis etil selulosa yang berukuran nano agar dapat menyelesaikan masalah umur (masa penggunaan) dan kebocoran membran pada ECMO. Penggunaan membran komposit polimer diharapkan bisa meningkatkan kekuatan membran serta memperpanjang masa pakainya,” ujarnya melansir laman resmi UNS di uns.ac.id, Jumat (22/10/2021).
Tak hanya mengatasi masalah masa penggunaan dan kebocoran membran, inovasi Jeesica dan tim juga dinilai lebih ekonomis. Pasalnya, mereka menggunakan etil selulosa yang diperoleh dari limbah kertas.
Penggunaan etil selulosa dari limbah kertas merupakan upaya untuk meningkatkan daya guna produk dan mengurangi pencemaran. Selain itu, materi tersebut juga lebih mudah didapatkan sehingga produk yang dihasilkan lebih ekonomis.
“Sedangkan etil selulosa yang kami peroleh dari limbah kertas digunakan untuk menambah biokompatibilitas dari membran, agar tidak menyebabkan reaksi penolakan imunitas oleh tubuh manusia maupun reaksi hipersensitivitas, serta mengurangi risiko biofouling atau penumpukan materi biologi pada permukaan membran,” imbuh Jeesica.
Etil Selulosa yang digunakan sebagai material pelapis membran komposit berhasil memisahkan gas oksigen dan karbon dioksida yang berpotensi pada proses oksigenasi darah.
Potensi tersebut didukung dengan hasil uji kuantifikasi protein di mana protein sebagai substansi esensial terbanyak penyusun plasma darah tidak dapat melewati membran. Akibatnya, membran tidak berisiko mengalami kebocoran.
“Kami berharap melalui penelitian ini nantinya akan menjadi dasar pengembangan ECMO di masa mendatang —khususnya di Indonesia, termasuk sebagai perangkat pertolongan dalam meningkatkan angka harapan hidup bagi para pasien Covid-19 khususnya yang mengalami gejala kritis berupa gagal napas,” pungkasnya.
Memanfaatkan membran komposit yang terlapisi oleh etil selulosa, Jesica mengatakan bahwa upaya tersebut dapat menyelesaikan masalah masa penggunaan dan kebocoran membran pada EMCO.
“Penelitian yang kami lakukan merupakan sebuah inovasi dari pemanfaatan membran komposit berlapis etil selulosa yang berukuran nano agar dapat menyelesaikan masalah umur (masa penggunaan) dan kebocoran membran pada ECMO. Penggunaan membran komposit polimer diharapkan bisa meningkatkan kekuatan membran serta memperpanjang masa pakainya,” ujarnya melansir laman resmi UNS di uns.ac.id, Jumat (22/10/2021).
Tak hanya mengatasi masalah masa penggunaan dan kebocoran membran, inovasi Jeesica dan tim juga dinilai lebih ekonomis. Pasalnya, mereka menggunakan etil selulosa yang diperoleh dari limbah kertas.
Penggunaan etil selulosa dari limbah kertas merupakan upaya untuk meningkatkan daya guna produk dan mengurangi pencemaran. Selain itu, materi tersebut juga lebih mudah didapatkan sehingga produk yang dihasilkan lebih ekonomis.
“Sedangkan etil selulosa yang kami peroleh dari limbah kertas digunakan untuk menambah biokompatibilitas dari membran, agar tidak menyebabkan reaksi penolakan imunitas oleh tubuh manusia maupun reaksi hipersensitivitas, serta mengurangi risiko biofouling atau penumpukan materi biologi pada permukaan membran,” imbuh Jeesica.
Etil Selulosa yang digunakan sebagai material pelapis membran komposit berhasil memisahkan gas oksigen dan karbon dioksida yang berpotensi pada proses oksigenasi darah.
Potensi tersebut didukung dengan hasil uji kuantifikasi protein di mana protein sebagai substansi esensial terbanyak penyusun plasma darah tidak dapat melewati membran. Akibatnya, membran tidak berisiko mengalami kebocoran.
“Kami berharap melalui penelitian ini nantinya akan menjadi dasar pengembangan ECMO di masa mendatang —khususnya di Indonesia, termasuk sebagai perangkat pertolongan dalam meningkatkan angka harapan hidup bagi para pasien Covid-19 khususnya yang mengalami gejala kritis berupa gagal napas,” pungkasnya.
(mpw)