2 Tips dari Franka Makarim untuk Tingkatkan Kemampuan Literasi Anak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penasehat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi ( Kemendikbudristek ) Franka Makarim menyampaikan dua hal penting untuk menumbuhkan kemampuan literasi pada anak.
Franka Makarim menyampaikan, membaca sangat penting bagi anak-anak. Membaca tidak hanya akan memberikan pengetahuan, tetapi juga dapat membangun karakter .
“Membangun kebiasaan membaca dalam keluarga itu, apalagi di tengah perkembangan media sosial yang begitu cepat saat ini, anak-anak seringkali lebih tertarik menggunakan gawai daripada membaca buku. Namun tidak menutup kemungkinan untuk membangun ekosistem yang kuat di keluarga dan kuncinya ada di diri kita sendiri sebagai orang tua,” katanya pada webinar Dharma Wanita Persatuan dengan tema “Menyiapkan Ekosistem untuk Membangun Literasi dalam Keluarga” melalui siaran pers, Rabu (27/10/2021).
Menurut Franka, ada dua hal penting untuk menumbuhkan kemampuan literasi pada anak. Pertama, menyediakan beragam pilihan bacaan di rumah dan membiarkan anak untuk memilih buku bacaan yang disukainya.
“Kita perlu memerdekakan anak-anak kita untuk menentukan pilihan, tapi dengan pengawasan kita. Sebab jika orang tua memaksakan buku-buku apa yang harus dibaca, rasa cinta tidak mungkin akan terbentuk dalam hati anak-anak kita,” jelasnya.
Ditambahkan Franka, mengajak anak-anak untuk membicarakan dan berdiskusi tentang buku yang sedang atau sudah dibaca dapat melatih kemampuan anak dalam mengolah informasi yang diperoleh dan mengutarakan pendapat.
Franka juga menggarisbawahi, keluarga memiliki peran strategis dalam pencapaian literasi anak. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama yang menanamkan pengetahuan untuk keberhasilan anak tidak hanya di sekolah tetapi dalam kehidupannya di masa depan.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa E. Aminudin Aziz, pada sambutannya mengatakan, dasar literasi adalah baca tulis, tetapi kemudian dikembangkan menjadi konsep yang lebih luas.
Demi mengukuhkan kecakapan hidup, kata dia, literasi bukan hanya berurusan dengan kemampuan mengenal huruf, angka, atau gambar, bahkan suara, melainkan juga terkait dengan kemampuan untuk menganalisis, mensintesis, menilai, dan mencipta.
“Kemampuan kreatif inilah yang kita semua harapkan bisa dimiliki oleh semua anak kita sebab kreativitas selalu tanpa batas,” ujarnya.
Aminudin Azis menyebut, budaya literasi di Indonesia masih tergolong rendah. Untuk itu, Kemendikbudristek melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) telah memulai program literasi sejak 2016 dengan meluncurkan berbagai program, salah satunya adalah Gerakan Literasi Nasional (GLN).
Sasaran dari GLN ini adalah sekolah, masyarakat, dan keluarga. Melalui GLN, tumbuh kesadaran dari kementerian/lembaga dan juga masyarakat bahwa literasi adalah kemampuan yang paling asasi dan hakiki yang wajib dimiliki oleh setiap orang agar mereka bisa menjalankan kehidupan dengan baik dan benar.
Franka Makarim menyampaikan, membaca sangat penting bagi anak-anak. Membaca tidak hanya akan memberikan pengetahuan, tetapi juga dapat membangun karakter .
“Membangun kebiasaan membaca dalam keluarga itu, apalagi di tengah perkembangan media sosial yang begitu cepat saat ini, anak-anak seringkali lebih tertarik menggunakan gawai daripada membaca buku. Namun tidak menutup kemungkinan untuk membangun ekosistem yang kuat di keluarga dan kuncinya ada di diri kita sendiri sebagai orang tua,” katanya pada webinar Dharma Wanita Persatuan dengan tema “Menyiapkan Ekosistem untuk Membangun Literasi dalam Keluarga” melalui siaran pers, Rabu (27/10/2021).
Menurut Franka, ada dua hal penting untuk menumbuhkan kemampuan literasi pada anak. Pertama, menyediakan beragam pilihan bacaan di rumah dan membiarkan anak untuk memilih buku bacaan yang disukainya.
“Kita perlu memerdekakan anak-anak kita untuk menentukan pilihan, tapi dengan pengawasan kita. Sebab jika orang tua memaksakan buku-buku apa yang harus dibaca, rasa cinta tidak mungkin akan terbentuk dalam hati anak-anak kita,” jelasnya.
Ditambahkan Franka, mengajak anak-anak untuk membicarakan dan berdiskusi tentang buku yang sedang atau sudah dibaca dapat melatih kemampuan anak dalam mengolah informasi yang diperoleh dan mengutarakan pendapat.
Franka juga menggarisbawahi, keluarga memiliki peran strategis dalam pencapaian literasi anak. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama yang menanamkan pengetahuan untuk keberhasilan anak tidak hanya di sekolah tetapi dalam kehidupannya di masa depan.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa E. Aminudin Aziz, pada sambutannya mengatakan, dasar literasi adalah baca tulis, tetapi kemudian dikembangkan menjadi konsep yang lebih luas.
Demi mengukuhkan kecakapan hidup, kata dia, literasi bukan hanya berurusan dengan kemampuan mengenal huruf, angka, atau gambar, bahkan suara, melainkan juga terkait dengan kemampuan untuk menganalisis, mensintesis, menilai, dan mencipta.
“Kemampuan kreatif inilah yang kita semua harapkan bisa dimiliki oleh semua anak kita sebab kreativitas selalu tanpa batas,” ujarnya.
Aminudin Azis menyebut, budaya literasi di Indonesia masih tergolong rendah. Untuk itu, Kemendikbudristek melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) telah memulai program literasi sejak 2016 dengan meluncurkan berbagai program, salah satunya adalah Gerakan Literasi Nasional (GLN).
Sasaran dari GLN ini adalah sekolah, masyarakat, dan keluarga. Melalui GLN, tumbuh kesadaran dari kementerian/lembaga dan juga masyarakat bahwa literasi adalah kemampuan yang paling asasi dan hakiki yang wajib dimiliki oleh setiap orang agar mereka bisa menjalankan kehidupan dengan baik dan benar.
(mpw)