3 Kisah Inspiratif Guru yang Hadirkan Teknologi Digital ke Ruang Kelas

Kamis, 25 November 2021 - 09:39 WIB
loading...
3 Kisah Inspiratif Guru...
3 guru inovatif Microsoft. Foto/Dok Microsoft
A A A
JAKARTA - Memasuki era belajar hybrid , inovasi kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi menjadi semakin penting demi mendukung terbentuknya talenta Indonesia yang berdaya saing tinggi. Metode ini pun memberi guru tanggung jawab baru untuk menjadi lebih piawai menggunakan teknologi dan menyertakan teknologi digital ke dalam pengajaran mereka.

Sebagai bagian dari komitmen untuk memodernisasikan pendidikan Indonesia, Microsoft terus menginisiasikan berbagai program pelatihan teknologi bagi guru Indonesia seperti Training of Trainers (ToT), Gurulympics, dan Pelatihan Keterampilan Digital Abad 21.



Bersama dengan para ahli teknologi Microsoft, berbagai program ini memampukan para guru untuk menguasai berbagai teknologi yang dapat diterapkan dalam inovasi pendidikan. Pasca menyelesaikan program ini, para guru pun ikut dalam program diseminasi oleh Microsoft yang memungkinkan adanya transfer of knowledge kepada guru lain di berbagai pelosok negeri.

Alhasil, lebih dari 250.000 guru telah terberdayakan selama setidaknya satu tahun terakhir untuk menjadi lebih piawai menggunakan teknologi digital, menerapkannya pada kegiatan belajar mengajar sehari-hari, dan membagikannya kepada sesama guru.

Education Programs & Skills Lead Microsoft Indonesia Obert Hoseanto mengatakan, guru adalah fondasi utama pendidikan. Transformasi yang guru hadirkan akan menggerakkan transformasi sistem pengajaran dan siswa.



“Merupakan sebuah kehormatan bagi Microsoft dapat berkontribusi dalam mempersiapkan guru-guru Indonesia menyongsong penggunaan teknologi yang lebih sistematis di era ini,” katanya melalui siaran pers, Kamis (25/11/2021).

Menyambut Hari Guru 2021 dengan tema ‘Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan Indonesia’, pihaknya berharap kisah inspiratif tiga guru inovatif Microsoft yang dibagikan dapat menginspirasi lebih banyak guru Indonesia untuk menghadapi tantangan-tantangan di masa pandemi ini dan mendorong kemajuan pendidikan Indonesia lebih jauh.

“Terima kasih kepada seluruh guru Indonesia karena telah bekerja keras, beradaptasi dengan metode pengajaran terkini. Selamat Hari Guru!” ujarnya.

Berikut 3 kisahnya:

1. Menyediakan modul mingguan siap baca untuk jembatani minimnya listrik dan internet di Sintang, Kalimantan Barat

Guru SDN 8 Semerunduk, Kecamatan Ketungau Hilir, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat Nurlyanto sudah 4 tahun terakhir mengabdikan dirinya untuk dunia pendidikan di Daerah 3T dan aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan peningkatan kompetensi guru. Pada 2020, Nurlyanto bergabung sebagai trainer dalam program ToT Microsoft sembari mengajar dan mengenalkan teknologi digital bagi guru setempat.

Menurutnya, pembelajaran jarak jauh menjadi tantangan baginya karena tidak adanya konektivitas internet yang memadai. Mereka harus pergi ke pusat kecamatan untuk mendapatkan sinyal dan tidak banyak siswa yang memiliki ponsel.

Jarak yang ditempuh dari desa ke kecamatan cukup jauh dengan kondisi medan yang sulit untuk dilalui. Sekolah dan warga setempat juga bergantung pada panel surya sebagai sumber listrik.

“Bahkan sebelum pandemi, kami bersyukur hanya dengan melihat siswa rajin hadir di kelas. Seringkali, terutama saat musim panen, biasanya anak-anak lebih memilih pergi ke ladang dan membantu orang tua mereka bekerja,” ungkapnya.

Memahami kelas daring yang umum diterapkan di sekolah perkotaan tidak akan bekerja di daerah 3T Sintang, Nurlyanto dan rekan-rekan gurunya memutuskan untuk membuat modul mingguan yang lebih mudah dipelajari oleh siswa sendiri.

Dalam pembuatan modul tersebut, Nurlyanto memberikan pelatihan cara mengoperasikan Microsoft Office yang tidak memerlukan internet. Dia mengaku, sebelumnya, guru di sini cukup jarang menggunakan laptop, paling banyak digunakan ketika akan mengisi rapot siswa.

“Jadi saya coba mengajak mereka untuk lebih sering membuka laptopnya, mencoba menggunakannya, sehingga mereka dapat membuat materi yang menyenangkan dan menarik bagi siswa. Meski pada akhirnya materi tersebut masih perlu dicetak dan disampaikan secara konvensional, saya rasa ini adalah awal yang baik,” pungkasnya.

2. Transformasi administrasi SMK di Ambon, Maluku dari konvensional menjadi digital

Berbeda dengan Nurlyanto, Yandri Soeyono, Plt Kepala Sekolah SMK Jayanegara Ambon, melihat adanya peluang baru dengan adanya pandemi ini, terutama untuk merubah proses administratif sekolahnya.

Pasalnya, sebelum dia bergabung, aktivitas absensi guru, penghitungan honor guru, absensi siswa, hingga aktivitas administratif lainnya dilakukan secara manual tanpa mengandalkan teknologi terkini. Oleh sebab itu, dia pun mulai mengajak rekan-rekannya untuk menerapkan transformasi teknologi digital di ekosistem sekolah tersebut.

“Kami mulai ajarkan bagaimana menggunakan Microsoft Forms dan Microsoft Power Automate untuk absensi guru dan siswa. Dengan demikian, honor guru juga bisa secara otomatis terhitung tanpa melalui proses yang panjang,” katanya.

Mereka juga menggunakan Microsoft Teams untuk menyimpan dan bekerja secara kolaboratif dalam dokumen-dokumen sekolah agar terintegrasi dalam satu tempat. Proses administratif pun jadi lebih cepat dan transparan.

Seiring dengan dimulainya normal baru, Yandri berharap dapat mengimplementasikan kelas yang fleksibel di masa depan. Dengan begitu, siswa dapat memilih sendiri di mana mereka ingin belajar; di sekolah atau di rumah.

Dengan demikian, teknologi dapat terus memainkan sentral dalam aktivitas belajar mengajar.

3. Harapan seorang guru dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat untuk memberikan edukasi digital kepada semua

Fita Sukiyani, Guru SDN Jorok, Sumbawa, juga melihat adanya peluang di balik pandemi. Dia bersyukur pernah mengikuti Training of Trainers yang diselenggarakan oleh Microsoft Indonesia beberapa tahun lalu, salah satunya mengenai fitur-fitur Office365, seperti Microsoft Sway dan Microsoft Teams, yang semakin terasa manfaatnya di tengah pembelajaran jarak jauh.

“Bersama Microsoft, saya diajak memberi penyuluhan dan pelatihan berbasis digital untuk guru di pelosok-pelosok, bahkan hingga sekolah Indonesia di luar negeri. Seringkali saya juga mengadakan program pelatihan sendiri. Inisiatif ini saya lakukan agar dapat memajukan pendidikan di daerah tempat tinggal saya sekarang ini dan juga Indonesia,” katanya.

Memberikan pelatihan tersebut membuat Fita tersadar bahwa menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah untuk ditekuni. Hal tersebut dikarenakan perlu adanya dedikasi tinggi untuk terus belajar dan mengembangkan diri, terutama di era digital ini.

“Saya ingin siswa-siswi Indonesia mendapatkan dan merasakan pendidikan yang berkualitas, serta memiliki wawasan yang luas layaknya anak-anak di negara-negara maju. Oleh sebab itu, tugas utama seorang guru adalah belajar dan seseorang tidak mungkin bisa mengajar kalau ia pun menolak untuk belajar. Keinginan untuk terus mengembangkan diri demi memajukan generasi muda yang membuat saya semangat untuk berjuang di bidang pendidikan,” tutup Fita.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1768 seconds (0.1#10.140)