PPIM UIN Jakarta Gelar Konferensi Internasional Perkuat Gagasan Moderasi dalam Islam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar “The 3rd Studia Islamika International Conference” pada 10-11 Desember 2021. Konferensi tahun ini menghadirkan pakar kajian Islam Indonesia dan Asia Tenggara dari sejumlah negara di Asia, Australia, Amerika, dan Australia.
Melalui siaran pers, Jumat (10/12/2021), dalam konteks studi Islam, kawasan Asia Tenggara, termasuk di dalamnya Indonesia, telah lama menjadi pusat perhatian. Praktik keberagamaan masyarakat Muslim di wilayah ini sangat dinamis.
Meski secara umum bercorak moderat, namun tafsir, cara pandang, sikap, dan praktik keagamaan yang cenderung berlebihan (ekstrem) tidak jarang menyeruak. Bahkan sesekali terjadi juga ekstremisme berbasis kekerasan dan terorisme yang merusak sendi-sendi keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan.
Fenomena itu lahir antara lain karena berkembangnya klaim kebenaran tunggal secara sepihak yang memaksakan kehendak dengan tindak kekerasan atas sebuah tafsir agama. Perbedaan tafsir agama sesungguhnya hal biasa. Namun, ketika tafsir itu diklaim secara subjektif sebagai satu-satunya kebenaran dengan menyalahkan tafsir lainnya, dan memaksakan tafsir yang berbeda untuk mengikuti tafsirnya dengan menggunakan cara-cara kekerasan, ia memicu konflik.
Terlebih kalau klaim kebenaran tafsir agama itu beririsan dengan kepentingan ekonomi dan atau politik, maka potensi konfliknya akan semakin besar, tajam, dan destruktif.
Dalam konteks Islam di Indonesia, selain diakibatkan faktor eksternal, keragaman tradisi dan budaya Nusantara juga turut serta dalam mempengaruhi penafsiran terhadap ajaran agama. Perjumpaan tradisi lokal dengan Islam telah melahirkan kekayaan khazanah keilmuan dan kebudayaan yang amat melimpah.
Hubungan yang telah terbangun terutama semenjak Abad 16 sampai 19 telah menjadikan perkembangan Islam di kawasan Indonesia dan Asia Tenggara semakin dinamis. Muslim di wilayah ini pun menjadi bagian penting dari peradaban Islam global secara keseluruhan.
Dengan posisinya yang strategis tersebut, maka Muslim Indonesia dan Asia Tenggara memiliki peran penting dalam mengarusutamakan cara pandang, sikap, dan praktik keberagamaan moderat yang menjunjung tinggi nilai luhur kemanusiaan, serta mewujudkan misi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin (kemaslahatan bagi semesta).
Untuk memperkuat gagasan tersebut, Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan “The 3rd Studia Islamika International Conference” pada 10-11 Desember 2021. Ini adalah konferensi yang diselenggarakan secara rutin sejak 2014 yang mempertemukan ratusan pengkaji Islam Indonesia dan Asia Tenggara yang hadir dari seluruh penjuru dunia.
Berbeda dengan gelaran sebelumnya, dengan mempertimbangkan kondisi pandemi, konferensi kali ini akan dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom. Berkat dukungan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, konferensi tahun ini akan membawakan tema utama yaitu “Washatiyah Islam: Traditions and Challenges”.
Sebanyak 4 sesi diskusi akan digelar dalam konferensi ini yaitu:
1. The Roots of the Islamic Washatiyah Tradition in Southeast Asia;
2. Accomodation for Islamic Washatiyah and Local Culture Meetings;
3. The Establishment of the Southeast Asia Islamic Washatiyah Tradition; dan
4. Violence Extremism and Terrorism as Challenges of Islamic Washatiyah.
Konferensi ini akan dibuka oleh pemaparan pidato kunci yang akan dibawakan oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra, CBE (Cendekiawan Muslim dan Editor-In-Chief Jurnal Studia Islamika) dan Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdani (Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI).
Selanjutnya sebanyak 14 pakar kajian Islam Indonesia dan Asia Tenggara dari sejumlah negara di Asia, Australia, Amerika, dan Australia akan menyampaikan gagasannya dalam empat sesi tersebut. Berikut adalah narasumber utama konferensi tersebut:
1. Prof. Dr. Azyumardi Azra, CBE (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia)
2. Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdani (Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI)
3. Prof. Dr. Oman Fathurahman (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia)
4. Prof. Dr. Jamhari Makruf (Universitas Islam Internasional Indonesia)
5. Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama RI 2014-2019)
6. Prof. Dr. Peter G. Riddell (SOAS, University of London, Inggris)
7. Prof. [Ris.] Dr. Ahmad Najib Burhani (Badan Riset dan Inovasi Nasional, Indonesia)
8. Prof. Nina Nurmila, Ph.D (Fahmina Institute, Indonesia)
9. Prof. Dr. Imtiyaz Yusuf (International Islamic University, Malaysia)
10. Prof. Dr. Robert W. Hefner (Boston University, Amerika Serikat)
11. Prof. Amelia Fauzia, Ph.D (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia) 12. Dr. Greg Soetomo (Loyola School of Theology, Filipina) 13. Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
14. Prof. Ali Munhanif, Ph.D (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia)
15. Prof. Noorhaidi Hasan, Ph.D (Universitas Islam Internasional Indonesia)
16. Prof. Eka Srimulyani, Ph.D (UIN Arraniry Banda Aceh, Indonesia).
Lihat Juga: Rektor UIN Jakarta: Kunjungan Paus Fransiskus Pertegas Komitmen Bersama Umat Beragama Bangun Toleransi
Melalui siaran pers, Jumat (10/12/2021), dalam konteks studi Islam, kawasan Asia Tenggara, termasuk di dalamnya Indonesia, telah lama menjadi pusat perhatian. Praktik keberagamaan masyarakat Muslim di wilayah ini sangat dinamis.
Meski secara umum bercorak moderat, namun tafsir, cara pandang, sikap, dan praktik keagamaan yang cenderung berlebihan (ekstrem) tidak jarang menyeruak. Bahkan sesekali terjadi juga ekstremisme berbasis kekerasan dan terorisme yang merusak sendi-sendi keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan.
Fenomena itu lahir antara lain karena berkembangnya klaim kebenaran tunggal secara sepihak yang memaksakan kehendak dengan tindak kekerasan atas sebuah tafsir agama. Perbedaan tafsir agama sesungguhnya hal biasa. Namun, ketika tafsir itu diklaim secara subjektif sebagai satu-satunya kebenaran dengan menyalahkan tafsir lainnya, dan memaksakan tafsir yang berbeda untuk mengikuti tafsirnya dengan menggunakan cara-cara kekerasan, ia memicu konflik.
Terlebih kalau klaim kebenaran tafsir agama itu beririsan dengan kepentingan ekonomi dan atau politik, maka potensi konfliknya akan semakin besar, tajam, dan destruktif.
Dalam konteks Islam di Indonesia, selain diakibatkan faktor eksternal, keragaman tradisi dan budaya Nusantara juga turut serta dalam mempengaruhi penafsiran terhadap ajaran agama. Perjumpaan tradisi lokal dengan Islam telah melahirkan kekayaan khazanah keilmuan dan kebudayaan yang amat melimpah.
Hubungan yang telah terbangun terutama semenjak Abad 16 sampai 19 telah menjadikan perkembangan Islam di kawasan Indonesia dan Asia Tenggara semakin dinamis. Muslim di wilayah ini pun menjadi bagian penting dari peradaban Islam global secara keseluruhan.
Dengan posisinya yang strategis tersebut, maka Muslim Indonesia dan Asia Tenggara memiliki peran penting dalam mengarusutamakan cara pandang, sikap, dan praktik keberagamaan moderat yang menjunjung tinggi nilai luhur kemanusiaan, serta mewujudkan misi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin (kemaslahatan bagi semesta).
Untuk memperkuat gagasan tersebut, Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan “The 3rd Studia Islamika International Conference” pada 10-11 Desember 2021. Ini adalah konferensi yang diselenggarakan secara rutin sejak 2014 yang mempertemukan ratusan pengkaji Islam Indonesia dan Asia Tenggara yang hadir dari seluruh penjuru dunia.
Berbeda dengan gelaran sebelumnya, dengan mempertimbangkan kondisi pandemi, konferensi kali ini akan dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom. Berkat dukungan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, konferensi tahun ini akan membawakan tema utama yaitu “Washatiyah Islam: Traditions and Challenges”.
Sebanyak 4 sesi diskusi akan digelar dalam konferensi ini yaitu:
1. The Roots of the Islamic Washatiyah Tradition in Southeast Asia;
2. Accomodation for Islamic Washatiyah and Local Culture Meetings;
3. The Establishment of the Southeast Asia Islamic Washatiyah Tradition; dan
4. Violence Extremism and Terrorism as Challenges of Islamic Washatiyah.
Konferensi ini akan dibuka oleh pemaparan pidato kunci yang akan dibawakan oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra, CBE (Cendekiawan Muslim dan Editor-In-Chief Jurnal Studia Islamika) dan Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdani (Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI).
Selanjutnya sebanyak 14 pakar kajian Islam Indonesia dan Asia Tenggara dari sejumlah negara di Asia, Australia, Amerika, dan Australia akan menyampaikan gagasannya dalam empat sesi tersebut. Berikut adalah narasumber utama konferensi tersebut:
1. Prof. Dr. Azyumardi Azra, CBE (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia)
2. Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdani (Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI)
3. Prof. Dr. Oman Fathurahman (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia)
4. Prof. Dr. Jamhari Makruf (Universitas Islam Internasional Indonesia)
5. Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama RI 2014-2019)
6. Prof. Dr. Peter G. Riddell (SOAS, University of London, Inggris)
7. Prof. [Ris.] Dr. Ahmad Najib Burhani (Badan Riset dan Inovasi Nasional, Indonesia)
8. Prof. Nina Nurmila, Ph.D (Fahmina Institute, Indonesia)
9. Prof. Dr. Imtiyaz Yusuf (International Islamic University, Malaysia)
10. Prof. Dr. Robert W. Hefner (Boston University, Amerika Serikat)
11. Prof. Amelia Fauzia, Ph.D (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia) 12. Dr. Greg Soetomo (Loyola School of Theology, Filipina) 13. Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
14. Prof. Ali Munhanif, Ph.D (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia)
15. Prof. Noorhaidi Hasan, Ph.D (Universitas Islam Internasional Indonesia)
16. Prof. Eka Srimulyani, Ph.D (UIN Arraniry Banda Aceh, Indonesia).
Lihat Juga: Rektor UIN Jakarta: Kunjungan Paus Fransiskus Pertegas Komitmen Bersama Umat Beragama Bangun Toleransi
(mpw)