Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, Unkris Terjunkan Mahasiswa ke Dunia Kerja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Krisnadwipayana ( Unkris ) mengimplementasikan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Unkris sebagai bagian dari lembaga pendidikan tinggi memiliki tanggungjawab untuk mendukung program MBKM.
"Program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke tengah masyarakat atau dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan," kata Rektor Unkris Dr. Ir. Ayub Muktiono. M.SiP., CIQaR saat MoU kerja sama dengan Desa Suntenjaya, Maribaya Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (10/1/2021).
Kerja sama Unkris dan Desa Suntenjaya menjadi bagian dari implementasi program MBKM Kemendikbudristek guna membantu menggali potensi ekonomi pedesaan.
Sebelum dilakukan penandatanganan MoU, para alumni dari Krisnapala (Krisnadwipayana pencinta alam) telah melakukan penjajakan kerja sama. Para alumni bahkan telah membangun sebuah mushola di kaki Gunung Bukit Tunggal, Bumi Perkemahan Taman Bincarung Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, setahun yang lalu.
Kepala Desa Suntenjaya Asep Wahono menjelaskan, Desa Suntenjaya sejak 2018 ditetapkan sebagai Desa Wisata. Sebagai desa wisata, tentunya potensi-potensi yang ada perlu terus dioptimalkan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
“Kehadiran kalangan perguruan tinggi dalam hal ini dosen dan mahasiswa Unkris dapat membantu masyarakat menggali potensi yang ada di desa ini,” kata Asep Wahono.
Baginya, Unkris bukanlah lembaga pendidikan tinggi yang baru dikenal masyarakat Desa Suntenjaya. Jauh sebelumnya Unkris telah hadir ke Desa Suntenjaya melalui program yang digagas Krisnapala dan Himpunan Alumni Arsitektur Unkris atau Himaya.
Namun kehadiran jajaran pimpinan Unkris kali ini, selain mempererat silaturahmi juga memberikan kepastian kerja sama lebih lanjut sehingga program yang ada dapat berkesinambungan. Asep Wahono menyebut banyak potensi yang dimiliki Desa Suntenjaya yang dapat dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan warga.
Melalui kearifan lokal, Unkris diharapkan dapat hadir membantu masyarakat untuk mengoptimalkan potensi baik dari sektor pertanian, sektor peternakan, dan sektor lainnya.
Beberapa potensi yang dimiliki Desa Suntenjaya, pertama Desa Suntenjaya merupakan salah satu desa di kecamatan Lembang yang menjadi pemasok produk pertanian seperti kentang, kol, timun, dan tanaman bunga.
Kedua, dari sektor peternakan, lanjut Asep Wahono, Desa Suntenjaya dikenal sebagai daerah penghasil susu sapi. Dengan sapi perah berjumlah lebih dari 2000 ekor, Suntenjaya menghasilan susu murni rata-rata dalam sehari mencapai 15 ribu liter. “Selain itu ada domba dan kambing yang perlu dioptimalkan pengelolaannya. Juga ikan nila,” tambah Asep Wahono.
Diakui Asep Wahono, hingga kini, Desa Suntenjaya yang memiliki slogan MAJU yakni Mandiri, Agamis, Jenius, dan Unggul belum melibatkan investor dalam pengelolaan alam dan potensi desa. Semua masih dilakukan secara swadaya dengan melibatkan elemen masyarakat melalui gotong royong.
“Kami ingin kearifan lokal masyarakat Desa Suntenjaya tetap terjaga. Situasi seperti ini tentu tidak mungkin bisa dipertahankan jika melibatkan investor, sebab tentu investor bakal mengelola desa sesuai kepentingan bisnis mereka,” tukasnya.
Sebagai Desa Wisata, jelas Asep Wahono, Desa Suntenjaya mendapatkan dana hibah antara lain untuk pembangunan masjid dan pengelolaan limbah. “Kami membutuhkan bantuan Unkris agar dana hibah tersebut lebih optimal pemanfaatannya,” kata Asep Wahono.
Dekan Fakultas Ekonomi Unkris Dr. Suharto SE,MS menjelaskan, kerja sama yang dilakukan alumni Krisnapala menjadi pintu dibukanya kerja sama lebih lanjut antara Desa Suntenjaya dengan Unkris. Kerja sama triple helix yang melibatkan perguruan tinggi, desa dan Litbangda melalui Program Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat.
Hal ini penting dan strategis agar program yang dimiliki desa dapat berkesenambungan dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. “Apalagi kegiatan ini kedepan akan melibatkan dosen- dosen, mahasiswa dan masyarakat setempat,” tutur Suharto.
Rektor Unkris Dr. Ir. Ayub Muktiono, dalam sambutannya menyampaikan bahwa untuk lebih mengoptimalkan potensi Desa Suntenjaya, memang perlu melibatkan pengusaha selain masyarakat, akademisi dan pemerintah desa melalui konsep penta helix. “Tetapi pengusaha tetap harus memiliki komitmen untuk menjaga kearifan lokal masyarakat setempat, sehingga kehadirannya tidak merusak ekosistem yang ada,” jelas Rektor.
Menurut Rektor, Desa Suntenjaya memiliki nilai historis dan spiritual yang berkaitan dengan Prabu Siliwangi. Nilai historis dan spiritual ini harus tetap terjaga bahkan dijadikan sebagai nilai lebih dari Desa Wisata Suntenjaya.“Keberadaan bumi perkemahan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan,” tambah Rektor.
Ia berjanji, penandatanganan MoU ini akan dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) secepat mungkin. Terlebih melalui program MBKM, mahasiswa yang terlibat dalam program ini dapat dikonversikan setara dengan 20 SKS. “Kita bisa lanjutkan dengan KKN tematik yang dapat dilaksanakan secara parsial, integrative, dan holistic. Bisa juga kita siapkan program magang mahasiswa,” katanya.
Bahkan pengembangan Desa Wisata Suntenjaya juga bisa dilakukan melalui kewirausahan program MBKM dengan menerjunkan mahasiswa dan dosen-dosen kewirausahan untuk membantu mengemas dari sisi pemasarannya sehingga mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi, dan menghadirkan para pembeli potensial produk-produk kerajinan masyarakat Suntenjaya.
"Program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke tengah masyarakat atau dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan," kata Rektor Unkris Dr. Ir. Ayub Muktiono. M.SiP., CIQaR saat MoU kerja sama dengan Desa Suntenjaya, Maribaya Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (10/1/2021).
Kerja sama Unkris dan Desa Suntenjaya menjadi bagian dari implementasi program MBKM Kemendikbudristek guna membantu menggali potensi ekonomi pedesaan.
Sebelum dilakukan penandatanganan MoU, para alumni dari Krisnapala (Krisnadwipayana pencinta alam) telah melakukan penjajakan kerja sama. Para alumni bahkan telah membangun sebuah mushola di kaki Gunung Bukit Tunggal, Bumi Perkemahan Taman Bincarung Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, setahun yang lalu.
Kepala Desa Suntenjaya Asep Wahono menjelaskan, Desa Suntenjaya sejak 2018 ditetapkan sebagai Desa Wisata. Sebagai desa wisata, tentunya potensi-potensi yang ada perlu terus dioptimalkan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
“Kehadiran kalangan perguruan tinggi dalam hal ini dosen dan mahasiswa Unkris dapat membantu masyarakat menggali potensi yang ada di desa ini,” kata Asep Wahono.
Baginya, Unkris bukanlah lembaga pendidikan tinggi yang baru dikenal masyarakat Desa Suntenjaya. Jauh sebelumnya Unkris telah hadir ke Desa Suntenjaya melalui program yang digagas Krisnapala dan Himpunan Alumni Arsitektur Unkris atau Himaya.
Namun kehadiran jajaran pimpinan Unkris kali ini, selain mempererat silaturahmi juga memberikan kepastian kerja sama lebih lanjut sehingga program yang ada dapat berkesinambungan. Asep Wahono menyebut banyak potensi yang dimiliki Desa Suntenjaya yang dapat dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan warga.
Melalui kearifan lokal, Unkris diharapkan dapat hadir membantu masyarakat untuk mengoptimalkan potensi baik dari sektor pertanian, sektor peternakan, dan sektor lainnya.
Beberapa potensi yang dimiliki Desa Suntenjaya, pertama Desa Suntenjaya merupakan salah satu desa di kecamatan Lembang yang menjadi pemasok produk pertanian seperti kentang, kol, timun, dan tanaman bunga.
Kedua, dari sektor peternakan, lanjut Asep Wahono, Desa Suntenjaya dikenal sebagai daerah penghasil susu sapi. Dengan sapi perah berjumlah lebih dari 2000 ekor, Suntenjaya menghasilan susu murni rata-rata dalam sehari mencapai 15 ribu liter. “Selain itu ada domba dan kambing yang perlu dioptimalkan pengelolaannya. Juga ikan nila,” tambah Asep Wahono.
Diakui Asep Wahono, hingga kini, Desa Suntenjaya yang memiliki slogan MAJU yakni Mandiri, Agamis, Jenius, dan Unggul belum melibatkan investor dalam pengelolaan alam dan potensi desa. Semua masih dilakukan secara swadaya dengan melibatkan elemen masyarakat melalui gotong royong.
“Kami ingin kearifan lokal masyarakat Desa Suntenjaya tetap terjaga. Situasi seperti ini tentu tidak mungkin bisa dipertahankan jika melibatkan investor, sebab tentu investor bakal mengelola desa sesuai kepentingan bisnis mereka,” tukasnya.
Sebagai Desa Wisata, jelas Asep Wahono, Desa Suntenjaya mendapatkan dana hibah antara lain untuk pembangunan masjid dan pengelolaan limbah. “Kami membutuhkan bantuan Unkris agar dana hibah tersebut lebih optimal pemanfaatannya,” kata Asep Wahono.
Dekan Fakultas Ekonomi Unkris Dr. Suharto SE,MS menjelaskan, kerja sama yang dilakukan alumni Krisnapala menjadi pintu dibukanya kerja sama lebih lanjut antara Desa Suntenjaya dengan Unkris. Kerja sama triple helix yang melibatkan perguruan tinggi, desa dan Litbangda melalui Program Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat.
Hal ini penting dan strategis agar program yang dimiliki desa dapat berkesenambungan dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. “Apalagi kegiatan ini kedepan akan melibatkan dosen- dosen, mahasiswa dan masyarakat setempat,” tutur Suharto.
Rektor Unkris Dr. Ir. Ayub Muktiono, dalam sambutannya menyampaikan bahwa untuk lebih mengoptimalkan potensi Desa Suntenjaya, memang perlu melibatkan pengusaha selain masyarakat, akademisi dan pemerintah desa melalui konsep penta helix. “Tetapi pengusaha tetap harus memiliki komitmen untuk menjaga kearifan lokal masyarakat setempat, sehingga kehadirannya tidak merusak ekosistem yang ada,” jelas Rektor.
Menurut Rektor, Desa Suntenjaya memiliki nilai historis dan spiritual yang berkaitan dengan Prabu Siliwangi. Nilai historis dan spiritual ini harus tetap terjaga bahkan dijadikan sebagai nilai lebih dari Desa Wisata Suntenjaya.“Keberadaan bumi perkemahan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan,” tambah Rektor.
Ia berjanji, penandatanganan MoU ini akan dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) secepat mungkin. Terlebih melalui program MBKM, mahasiswa yang terlibat dalam program ini dapat dikonversikan setara dengan 20 SKS. “Kita bisa lanjutkan dengan KKN tematik yang dapat dilaksanakan secara parsial, integrative, dan holistic. Bisa juga kita siapkan program magang mahasiswa,” katanya.
Bahkan pengembangan Desa Wisata Suntenjaya juga bisa dilakukan melalui kewirausahan program MBKM dengan menerjunkan mahasiswa dan dosen-dosen kewirausahan untuk membantu mengemas dari sisi pemasarannya sehingga mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi, dan menghadirkan para pembeli potensial produk-produk kerajinan masyarakat Suntenjaya.
(mpw)