Guru Besar Unpad Kembangkan Aplikasi Biosensor di Bidang Kesehatan dan Pangan

Sabtu, 02 April 2022 - 11:41 WIB
loading...
Guru Besar Unpad Kembangkan...
Guru Besar Unpad kembangkan aplikasi biosensor di bidang kesehatan dan pangan. Foto/Tangkap layar laman Unpad.
A A A
JAKARTA - Biosensor menjadi teknologi signifikan dalam bidang kimia analisis yang mampu menyediakan perangkat yang mudah digunakan, sensitif, cepat, hemat biaya, dan memiliki akurasi tinggi. Dalam perkembangannya, teknologi ini telah diaplikasikan dalam berbagai bidang.

Dua di antaranya adalah kesehatan dan pangan. Aplikasi biosensor dalam bidang kesehatan dan pangan menjadi kajian riset yang digeluti Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran ( Unpad ) Prof. Dr. Yeni Wahyuni Hartati. Hal ini disampaikannya saat membacakan orasi ilmiah berjudul Biosensor dalam Aplikasinya pada Bidang Kesehatan dan Pangan.

Orasi tersebut dibacakan dalam rangka Penerimaan Jabatan Guru Besar bidang Ilmu Kimia Analitik pada Fakultas MIPA Unpad. Di bidang pangan, Prof. Yeni dan tim berhasil mengembangkan biosensor berbasis DNA untuk mendeteksi kandungan komponen babi dalam pangan.

Baca: IPB Inisiasi Kampus Sawah Merdeka sebagai Ruang Belajar Mahasiswa Dalami Pertanian

Sampel daging mentah babi, sapi, dan ayam dapat dibedakan secara elektrokimia menggunakan screen printed carbon electrode (SPCE) termodifikasi grafena. “Dengan urutan DNA mitokondria CytB sebagai urutan probe diperoleh perbedaan tinggi puncak arus ketiga sampel secara signifikan,” katanya, melansir laman resmi Unpad di unpad.ac.id, Sabtu (2/4/2022).

Untuk meningkatkan sensitivitasnya, tim membentuk biokonjugat DNA probe dengan nano emas (AuNP) melalui pengikatan kovalen Au-tiol, atau dengan nano oksida lainnya seperti CeO2. Biokonjugat terbentuk antara senyawa biomolekul dengan unsur anorganik. Pembentukan biokonjugat nanomaterial ini juga telah dikembangkan dengan antibodi maupun protein.

Penempelan biokonjugat DNA pada permukaan elektrode dilakukan dengan linker MPA-EDC-NHS. “Dengan teknik ini, dapat membedakan daging babi dari daging lainnya pada sampel daging mentah maupun dalam sampel makanan olahan dengan kandungan 10 persen babi dalam sampel makanan olahan,” terangnya.

Sementara pada bidang kesehatan, Prof. Yeni dan tim berhasil melaporkan bionsensor elektrokimia untuk mendeteksi DNA patogen Salmonella typhi penyebab demam tifus. Pendeteksian tersebut menggunakan elektrode grafit dengan DNA probe dari gen fla dan gen carA S. Typhi.

Baca juga: Tikus Sering Jadi Hewan Percobaan dalam Penelitian, Ini Penjelasan Dosen ITB

Selain DNA patoge virus tifus, biosensor elektrokimia tersebut juga berhasil mendeteksi DNA Mycobacterium tuberculosis penyebab penyakit tuberkulosis dari gen RV0508 strain H37RV. Riset lainnya adalah pengembangan biosensor berbasis DNA untuk mendeteksi RNA SarsCoV-2 atau virus wabah Covid-19 dengan deteksi oksidasi guanin, sebagai indikasi target, menunjukkan hasil yang baik.

Penggunaan genosensor ini masih memerlukan pengujian validasi secara klinis. Lebih lanjut Prof. Yeni memaparkan, teknologi terkait biosensor elektrokimia yang bertujuan mendeteksi mikroorganisme dan biomarker penyakit menjadi penting dalam proses diagnosis maupun teurapetik.

Sementara di bidang pangan, biosensor berperan dalam analilsis pangan untuk mendeteksi kontaminan, kandungan bahan pangan, kandungan senyawa alergen, kandungan aditif, pengawet, hingga pengujian kehalalan produk dengan menggunakan instrumentasi yang sederhan
(nz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1520 seconds (0.1#10.140)