Kisah Olivia Nike, Anak Sopir Bus yang Berhasil Lulus Cumlaude
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keadaan ekonomi tidak menjadi penghambat dalam menyelesaikan kuliah. Hal ini yang ditanamkan oleh wisudawati Pendidikan Akuntansi dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bernama Olivia Nike Purnomo.
Nike yang berhasil lulus cumlaude dengan IPK 3,82 ini merupakan anak dari pasangan Yoyok Purnomo dan Sri Yatmin. Ayahnya berprofesi sebagai sopir bus malam dan ibunya merupakan penjual bakmi dan nasi goreng.
Ternyata kegigihannya mampu menjadi sarjana telah ditanamkan oleh orang tuanya sejak dulu. Ia mengaku bahwa orang tuanya sangat menomorsatukan pendidikan, walaupun pernah mengalami kesulitan membayar SPP.
"Saat duduk di bangku SD, orang tua saya kesulitan membayar SPP anak-anaknya, karena kebetulan kami bersekolah di sekolah swasta yang saat itu nominalnya terbilang mahal untuk kami," ujar dia dikutip dari laman resmi UNY, Jumat (22/4/2022).
Walaupun penuh dengan rintangan, akhirnya Nike berhasil masuk SMP negeri sehingga bisa meringankan beban kedua orang tuanya. Kemudian, ia juga meneruskan sekolah ke SMA favorit di kota Magelang dan mendapat bantuan BOS sehingga biaya SPP gratis.
Untuk menggapai cita-citanya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, ternyata banyak lika-liku yang Nike alami. Sebab, Nike gagal mengikuti SNMPTN dan SBMPTN.
Nike mengaku nilainya semasa SMA membuatnya masuk ranking atas namun tak bisa mengikuti SNMPTN karena sempat pindah jurusan dari IPA ke IPS. Kemudian, ia gagal mengikuti SBMPTN karena ketidaktahuan materi tes.
Diketahui, Nike hanya mengandalkan materi SBMPTN dari satu buku latihan yang diberikan oleh orang tuanya. Namun, ia tak mau terus menyesali hal itu dan berusaha bangkit.
"Saya kecewa pada diri sendiri dan patah semangat, tetapi orang tua saya tetap menginginkan saya kuliah dan meminta saya mendaftar di perguruan tinggi swasta. Namun karena biayanya tinggi saya mendaftar dengan setengah hati," imbuh Nike.
Namun, tak sengaja Nike mengetahui bahwa UNY membuka seleksi jalur mandiri. Ia pun mendaftar jurusan pendidikan akuntansi sebagai pilihan pertamanya karena ingin menjadi seorang guru tanpa pilih kasih.
Bermodalkan buku SBMPTN yang diberikan oleh orang tuanya itu, Nike akhirnya berhasil diterima di UNY dengan UKT rendah. Ia bahkan mendapatkan beasiswa bidikmisi sehingga bisa membantunya menyewa kos di sekitar kampus.
Gadis yang lahir pada 5 September 1999 pun berusaha tidak mengecewakan keluarganya dengan belajar sebaik mungkin. Ia selalu mengingat kerja keras dari orang tuanya untuk bisa menyekolahkannya.
"Tugas selalu saya kerjakan tepat waktu dan tidak pernah absen. Saya selalu berhemat saat di kos meskipun ayah saya tidak pernah terlambat memberi uang makan," kisahnya.
Ternyata, situasi pandemi membuat kondisi keuangan keluarganya terpuruk karena sang ayah tidak bisa bekerja. Akhirnya, ibunya mulai berjualan nasi goreng hingga nasi kotak. Nike dan adiknya turut membantu sang ibu berjualan.
Tak hanya itu, Nike juga mulai membuka les privat untuk anak SD sampai SMP. Harapannya, hal itu bisa meringankan beban ekonomi keluarga.
Walaupun sibuk membantu ibunya berjualan, Nike ternyata juga mengerjakan tugas akhir skripsi. Skripsi tersebut dikerjakan dengan berbagai laptop bersama adiknya.
"Saya terkadang tidak tidur dan tidak makan saat mengerjakan skripsi/revisi. Hal tersebut saya lakukan karena mungkin laptop akan digunakan adik saya untuk kuliah," katanya.
Nike pun bersyukur pada Februari 2022 kemarin berhasil mengikuti wisuda. Ia pun mengingatkan agar selalu disiplin dan memiliki sifat legowo pada segala ekspektasi yang tak terwujud.
"Kedua orang tua saya yang hanya sopir bus dan penjual nasi goreng dapat mengantarkan anaknya bergelar sarjana, hanya ini kebahagiaan yang bisa saya berikan untuk mereka. Selama sekolah dan kuliah, saya menyadari disiplin itu penting tetapi juga harus diimbangi sifat legowo supaya kalau ekspektasi tidak terwujud maka diri bisa menerima dan tidak berlarut-larut dalam kecewa,” tutup Nike.
Lihat Juga: FKH UWKS dan Universiti Malaysia Kelantan Kenalkan Konsep Animal Welfare ke Generasi Muda
Nike yang berhasil lulus cumlaude dengan IPK 3,82 ini merupakan anak dari pasangan Yoyok Purnomo dan Sri Yatmin. Ayahnya berprofesi sebagai sopir bus malam dan ibunya merupakan penjual bakmi dan nasi goreng.
Ternyata kegigihannya mampu menjadi sarjana telah ditanamkan oleh orang tuanya sejak dulu. Ia mengaku bahwa orang tuanya sangat menomorsatukan pendidikan, walaupun pernah mengalami kesulitan membayar SPP.
"Saat duduk di bangku SD, orang tua saya kesulitan membayar SPP anak-anaknya, karena kebetulan kami bersekolah di sekolah swasta yang saat itu nominalnya terbilang mahal untuk kami," ujar dia dikutip dari laman resmi UNY, Jumat (22/4/2022).
Walaupun penuh dengan rintangan, akhirnya Nike berhasil masuk SMP negeri sehingga bisa meringankan beban kedua orang tuanya. Kemudian, ia juga meneruskan sekolah ke SMA favorit di kota Magelang dan mendapat bantuan BOS sehingga biaya SPP gratis.
Untuk menggapai cita-citanya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, ternyata banyak lika-liku yang Nike alami. Sebab, Nike gagal mengikuti SNMPTN dan SBMPTN.
Nike mengaku nilainya semasa SMA membuatnya masuk ranking atas namun tak bisa mengikuti SNMPTN karena sempat pindah jurusan dari IPA ke IPS. Kemudian, ia gagal mengikuti SBMPTN karena ketidaktahuan materi tes.
Diketahui, Nike hanya mengandalkan materi SBMPTN dari satu buku latihan yang diberikan oleh orang tuanya. Namun, ia tak mau terus menyesali hal itu dan berusaha bangkit.
"Saya kecewa pada diri sendiri dan patah semangat, tetapi orang tua saya tetap menginginkan saya kuliah dan meminta saya mendaftar di perguruan tinggi swasta. Namun karena biayanya tinggi saya mendaftar dengan setengah hati," imbuh Nike.
Namun, tak sengaja Nike mengetahui bahwa UNY membuka seleksi jalur mandiri. Ia pun mendaftar jurusan pendidikan akuntansi sebagai pilihan pertamanya karena ingin menjadi seorang guru tanpa pilih kasih.
Bermodalkan buku SBMPTN yang diberikan oleh orang tuanya itu, Nike akhirnya berhasil diterima di UNY dengan UKT rendah. Ia bahkan mendapatkan beasiswa bidikmisi sehingga bisa membantunya menyewa kos di sekitar kampus.
Gadis yang lahir pada 5 September 1999 pun berusaha tidak mengecewakan keluarganya dengan belajar sebaik mungkin. Ia selalu mengingat kerja keras dari orang tuanya untuk bisa menyekolahkannya.
"Tugas selalu saya kerjakan tepat waktu dan tidak pernah absen. Saya selalu berhemat saat di kos meskipun ayah saya tidak pernah terlambat memberi uang makan," kisahnya.
Ternyata, situasi pandemi membuat kondisi keuangan keluarganya terpuruk karena sang ayah tidak bisa bekerja. Akhirnya, ibunya mulai berjualan nasi goreng hingga nasi kotak. Nike dan adiknya turut membantu sang ibu berjualan.
Tak hanya itu, Nike juga mulai membuka les privat untuk anak SD sampai SMP. Harapannya, hal itu bisa meringankan beban ekonomi keluarga.
Walaupun sibuk membantu ibunya berjualan, Nike ternyata juga mengerjakan tugas akhir skripsi. Skripsi tersebut dikerjakan dengan berbagai laptop bersama adiknya.
"Saya terkadang tidak tidur dan tidak makan saat mengerjakan skripsi/revisi. Hal tersebut saya lakukan karena mungkin laptop akan digunakan adik saya untuk kuliah," katanya.
Nike pun bersyukur pada Februari 2022 kemarin berhasil mengikuti wisuda. Ia pun mengingatkan agar selalu disiplin dan memiliki sifat legowo pada segala ekspektasi yang tak terwujud.
"Kedua orang tua saya yang hanya sopir bus dan penjual nasi goreng dapat mengantarkan anaknya bergelar sarjana, hanya ini kebahagiaan yang bisa saya berikan untuk mereka. Selama sekolah dan kuliah, saya menyadari disiplin itu penting tetapi juga harus diimbangi sifat legowo supaya kalau ekspektasi tidak terwujud maka diri bisa menerima dan tidak berlarut-larut dalam kecewa,” tutup Nike.
Lihat Juga: FKH UWKS dan Universiti Malaysia Kelantan Kenalkan Konsep Animal Welfare ke Generasi Muda
(mpw)