2 Mahasiswa UMM Raih Juara di Ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Fisioterapi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rentetan Prestasi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ) terus berlanjut di bidang akademik. Kali ini Syi’ar Aprillia Tanazza dan Lina Mitsalina Erawati, dua mahasiswa Fisioterapi UMM berhasil meraih Best Speaker dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Fisioterapi (PIMAF).
Adapun event tersebut diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Fisioterapi Indonesia (IMFI), pada Rabu (20/4) lalu.
Syi’ar Aprillia selaku perwakilan tim meyebutkan bahwa paper penelitian yang diikutsertakan pada perlombaan ini berjudul “Analisis FIntervensi Fisioterapi Pada Penyekit Parkinson Menggunakan Vosviewer”.
Paper itu menjelaskan terkait penyakit parkinson disease serta cara pencegahan dan penyembuhannya. Adapun parkinson desease adalah penyakit yang menyerang sistem syaraf. Mengganggu kemampuan tubuh dalam mengendalikan dan mengontrol gerakan.
“Selain itu, parkinson ini memiliki efek nyeri otot dan tremor pada tubuh. Biasanya parkinson menyerang dan diderita mereka yang berumur 50 tahun keatas,” jelasnya dalam keterangan pers, Minggu (24/4/2022).
Ada tiga terapi untuk parkinson, baik itu untuk mencegah ataupun menyembuhkan. Pertama yakni intervensi konvesional yang lebih memaksimalkan kemampuan fisioterapis dan latihan penguatan.
Selanjutnya intervensi modern yang mengedepankan teknologi yang dapat memulihkan syaraf, salah satunya infra merah. Terakhir yakni intervesi music and dance yang menjadi inovasi pengobatan parkinson di Indonesia. Para pasien diajak menari dengan mengikuti irama musik yang mana memberikan efek rileks untuk syaraf.
“Intervesi musik dan tari ini bisa diaplikasikan di sini dengan menggunakan tari lokal Indonesia, mengingat intervensi ini baru dilakukan di Argentina dengan tari Tango,” ucapnya.
Mahasiswa asli Sumbawa ini menceritakan bahwa selama presentasi, ia dan tim tidak mengalami kegugupan dan sudah menyiapkan persiapan matang. Mulai dari pendalaman materi, penguasaan panggung hingga dan yang paling penting adalah upaya untuk memberikan pemahaman bagi audiens.
Persipan tersebut pun tidak sia-sia, bahkan membuahkan hasil dengan predikat best speaker pada ajang PIMAF ini. Namun, bukan berarti keberhasilan tersebut tanpa diiringi dengan halangan. Salah satu yang ditemui adalah kurangnya penelitian terbaru yang mengkaji materi terkait.
Di akhir wawancara, ia berharap intervensi musik dan tari ini bisa dikembangkan dan diaplikasikan di Indonesia. Apalagi mengingat Indonesia memiliki budaya tari yang bermacam-macam. Sehingga dapat meningkatkan kesembuhan penderita parkinson. Ia juga berharap semangat penelitian dan belajar tetap membara dalam diri semua mahasiswa.
“Jangan pernah takut berkompetisi karena dengan ajang itulah kita bisa mengukur kemampuan diri serta mengetahui luasnya dunia. Kemudian kita bisa meningkatkan dan memperbaiki diri sehingga mampu berprestasi,” ujarnya.
Adapun event tersebut diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Fisioterapi Indonesia (IMFI), pada Rabu (20/4) lalu.
Syi’ar Aprillia selaku perwakilan tim meyebutkan bahwa paper penelitian yang diikutsertakan pada perlombaan ini berjudul “Analisis FIntervensi Fisioterapi Pada Penyekit Parkinson Menggunakan Vosviewer”.
Paper itu menjelaskan terkait penyakit parkinson disease serta cara pencegahan dan penyembuhannya. Adapun parkinson desease adalah penyakit yang menyerang sistem syaraf. Mengganggu kemampuan tubuh dalam mengendalikan dan mengontrol gerakan.
“Selain itu, parkinson ini memiliki efek nyeri otot dan tremor pada tubuh. Biasanya parkinson menyerang dan diderita mereka yang berumur 50 tahun keatas,” jelasnya dalam keterangan pers, Minggu (24/4/2022).
Ada tiga terapi untuk parkinson, baik itu untuk mencegah ataupun menyembuhkan. Pertama yakni intervensi konvesional yang lebih memaksimalkan kemampuan fisioterapis dan latihan penguatan.
Selanjutnya intervensi modern yang mengedepankan teknologi yang dapat memulihkan syaraf, salah satunya infra merah. Terakhir yakni intervesi music and dance yang menjadi inovasi pengobatan parkinson di Indonesia. Para pasien diajak menari dengan mengikuti irama musik yang mana memberikan efek rileks untuk syaraf.
“Intervesi musik dan tari ini bisa diaplikasikan di sini dengan menggunakan tari lokal Indonesia, mengingat intervensi ini baru dilakukan di Argentina dengan tari Tango,” ucapnya.
Mahasiswa asli Sumbawa ini menceritakan bahwa selama presentasi, ia dan tim tidak mengalami kegugupan dan sudah menyiapkan persiapan matang. Mulai dari pendalaman materi, penguasaan panggung hingga dan yang paling penting adalah upaya untuk memberikan pemahaman bagi audiens.
Persipan tersebut pun tidak sia-sia, bahkan membuahkan hasil dengan predikat best speaker pada ajang PIMAF ini. Namun, bukan berarti keberhasilan tersebut tanpa diiringi dengan halangan. Salah satu yang ditemui adalah kurangnya penelitian terbaru yang mengkaji materi terkait.
Di akhir wawancara, ia berharap intervensi musik dan tari ini bisa dikembangkan dan diaplikasikan di Indonesia. Apalagi mengingat Indonesia memiliki budaya tari yang bermacam-macam. Sehingga dapat meningkatkan kesembuhan penderita parkinson. Ia juga berharap semangat penelitian dan belajar tetap membara dalam diri semua mahasiswa.
“Jangan pernah takut berkompetisi karena dengan ajang itulah kita bisa mengukur kemampuan diri serta mengetahui luasnya dunia. Kemudian kita bisa meningkatkan dan memperbaiki diri sehingga mampu berprestasi,” ujarnya.
(mpw)