Mahasiswa FKUI Raih Emas di Kompetisi Agreetion 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ( FKUI ) meraih emas pada kompetisi Agritech Research and Entrepreneurship Innovation (Agreetion) 2022. Kompetisi ini digelar oleh Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.
Tim yang terdiri dari Farhan Tyo Zahid Akbar, Haidar Hilmi Ramadhan, dan Marchella Immanuel Heriyanto, menjuarai kategori Poster Competition International Research Innovation for Agritech Development dengan sub tema Food and Health Security.
Tim mahasiswa FKUI menampilkan karyanya yang berjudul “Keep Yourself Healthy and Keep the Freshness of the Fish You Eat with C.E.C.E.P: Chitosan Edible Coating for Early Preservation”. Karya ini disusun berdasarkan isu penyalahgunaan formalin terutama pada ikan, pangan yang memang penting untuk dijaga kesegarannya karena ikan merupakan daging yang paling rentan terhadap dekomposisi dan kebusukan.
Karena harga ikan yang relatif lebih murah serta daya simpan yang tidak bertahan lama, maka masih banyak masyarakat dan pedagang Indonesia akhirnya menggunakan formalin untuk pengawetan ikan. "Formalin biasa digunakan untuk pengawetan pada rumah duka serta kosmetik. Penggunaannya untuk formalin tentu akan menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan jika dikonsumsi," kata Farhan, salah satu anggota Tim dalam keterangan pers, Sabtu (23/4/2022).
Lebih lanjut, Farhan mengatakan, CECEP hadir sebagai solusi untuk persoalan pengawetan terutama pada ikan. Chitosan merupakan suatu polisakarida yang bisa didapatkan dari komponen kitin pada crustacea dan dinding sel dari fungi.
Chitosan ini merupakan bahan yang ramah lingkungan (Biodegradable) dan telah diaplikasikan ke berbagai produk seperti lapisan antimikroba pada food packaging, penutup luka karena mampu membentuk gel, bahkan telah digunakan dalam pengobatan dan rekayasa jaringan (Tissue Engineering).
“Karena chitosan memiliki efek antimikroba dan kemampuan membentuk suatu lapisan gel, chitosan dipakai untuk mengawetkan makanan secara alami seperti buah-buahan, ikan, dan sebagainya. Produk yang mengawetkan makanan untuk produk ikan kami disebut Edible Coating. Saat ini terdapat berbagai bahan yang digunakan untuk Edible Coating seperti monoglycerida terasetilase dengan protein whey, kalsium alginat yang dilapisi cinnamon, dan EDTA dengan nisin,” kata Farhan.
Edible Coating yang digunakan oleh tim mahasiswa FKUI adalah Chitosan dikombinasikan dengan glycerol yang dapat meningkatkan penyimpanan bahan pangan ikan hingga 13 hari lamanya. “Kami ingin menghadirkan dan mengajak masyarakat untuk mengenal Chitosan lebih dalam, yang merupakan salah satu jenis Edible Coating dengan ketahanan paling lama sejauh ini.
Tim yang terdiri dari Farhan Tyo Zahid Akbar, Haidar Hilmi Ramadhan, dan Marchella Immanuel Heriyanto, menjuarai kategori Poster Competition International Research Innovation for Agritech Development dengan sub tema Food and Health Security.
Tim mahasiswa FKUI menampilkan karyanya yang berjudul “Keep Yourself Healthy and Keep the Freshness of the Fish You Eat with C.E.C.E.P: Chitosan Edible Coating for Early Preservation”. Karya ini disusun berdasarkan isu penyalahgunaan formalin terutama pada ikan, pangan yang memang penting untuk dijaga kesegarannya karena ikan merupakan daging yang paling rentan terhadap dekomposisi dan kebusukan.
Karena harga ikan yang relatif lebih murah serta daya simpan yang tidak bertahan lama, maka masih banyak masyarakat dan pedagang Indonesia akhirnya menggunakan formalin untuk pengawetan ikan. "Formalin biasa digunakan untuk pengawetan pada rumah duka serta kosmetik. Penggunaannya untuk formalin tentu akan menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan jika dikonsumsi," kata Farhan, salah satu anggota Tim dalam keterangan pers, Sabtu (23/4/2022).
Lebih lanjut, Farhan mengatakan, CECEP hadir sebagai solusi untuk persoalan pengawetan terutama pada ikan. Chitosan merupakan suatu polisakarida yang bisa didapatkan dari komponen kitin pada crustacea dan dinding sel dari fungi.
Chitosan ini merupakan bahan yang ramah lingkungan (Biodegradable) dan telah diaplikasikan ke berbagai produk seperti lapisan antimikroba pada food packaging, penutup luka karena mampu membentuk gel, bahkan telah digunakan dalam pengobatan dan rekayasa jaringan (Tissue Engineering).
“Karena chitosan memiliki efek antimikroba dan kemampuan membentuk suatu lapisan gel, chitosan dipakai untuk mengawetkan makanan secara alami seperti buah-buahan, ikan, dan sebagainya. Produk yang mengawetkan makanan untuk produk ikan kami disebut Edible Coating. Saat ini terdapat berbagai bahan yang digunakan untuk Edible Coating seperti monoglycerida terasetilase dengan protein whey, kalsium alginat yang dilapisi cinnamon, dan EDTA dengan nisin,” kata Farhan.
Edible Coating yang digunakan oleh tim mahasiswa FKUI adalah Chitosan dikombinasikan dengan glycerol yang dapat meningkatkan penyimpanan bahan pangan ikan hingga 13 hari lamanya. “Kami ingin menghadirkan dan mengajak masyarakat untuk mengenal Chitosan lebih dalam, yang merupakan salah satu jenis Edible Coating dengan ketahanan paling lama sejauh ini.