Perpusnas Dorong Akses Bahan Bacaan yang Luas Pada Masyarakat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gerakan literasi digital yang digalang Perpustakaan Nasional ( Perpusnas ) diharapkan bisa menembus segala lapisan masyarakat agar bisa terliterasi tanpa ada lagi hambatan yang berarti. Dimana penguatan literasi harus diyakini dapat menjadi daya ungkit pemulihan ekonomi di tengah kondisi pandemi.
“Bahan bacaan saat ini sudah harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kekinian. Artinya, merujuk kepada apa yang bisa mereka lakukan untuk bisa terus produktif,” jelas Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, melalui siaran pers, dikutip Kamis (26/5/2022).
Dia menjelaskan, transformasi digital yang menjadi tagline utama tahun ini mengarah kepada upaya Perpusnas untuk menyediakan konten-konten yang bisa diakses secara mudah dari mana saja dan kapan saja.
Baca: 4 Jurusan Kurang Diminati dengan Gaji Besar, Bisa Jadi Rekomendasi Kalian
Selain itu juga memudahkan siapa saja untuk mendapatkan ruang pembelajaran baru, memfasilitasi para konten kreator, dan mengumpulkan berbagai konten legal dari seluruh kementerian/lembaga yang bisa diakses masyarakat.
“Perpustakaan sebagai sumber informasi bisa memiliki sebanyak mungkin data dan informasi yang bisa di-share secara legal kepada masyarakat. Saat ini perpustakaan harus bisa memberikan tutorial untuk memberikan ruang dan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja, terutama bagi mereka yang terdampak pandemi," tambah Syarif Bando.
Syarif Bando melanjutkan bahwa literasi digital yang digalang Perpusnas ini adalah kebutuhan yang urgent. Urgensinya bukan hanya sebagai pusat data dan informasi, namun juga bergerak maju mencapai lima tingkatan literasi. Selain kemampuan baca, tulis dan hitung, gerakan literasi juga harus menyediakan akses terhadap bahan bacaan yang semakin luas.
Lanjutnya, literasi juga harus mencapai tahapan memahami semua yang tersirat dan tersurat, lalu bisa melakukan inovasi pada produk yang sudah ada, lalu tiba pada level puncak yaitu literasi mampu membawa masyarakat sampai pada tingkatan bisa menciptakan barang dan jasa secara mandiri.
Baca juga: Kemendikbudristek Terbitkan 27 Izin Pembukaan Prodi D2 Jalur Cepat
"Literasi digital ini sangat penting, karena di negara-negara maju, mereka sudah tidak lagi bicara kegemaran membaca dan akses kepada buku. Mereka sudah menciptakan teknologi baru yang mendunia," ungkapnya.
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda juga memberi perhatian yang tinggi dalam gerakan literasi dan budaya baca Indonesia. Syaiful Huda menyebutkan bahwa media literasi akan selalu mengikuti zamannya.
Jika dulu, literasi menggunakan media kulit hewan hingga lempeng batu misalnya, zaman kemudian jauh membawa literasi dalam bentuk buku. Kini, internet sudah menjadi kebutuhan wajib masyarakat. Maka, gerakan literasi haruslah ada didalamnya, agar perpustakaan selalu relevan dimata publik. Salah satunya adalah literasi melalui audio.
"Perpusnas sudah melakukan ini sejak lama. Dengan digitalisasi konten, bahkan mendorong perluasan jejaringnya ke seluruh unit perpustakaan daerah-daerah," kata Syaiful Huda.
“Bahan bacaan saat ini sudah harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kekinian. Artinya, merujuk kepada apa yang bisa mereka lakukan untuk bisa terus produktif,” jelas Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, melalui siaran pers, dikutip Kamis (26/5/2022).
Dia menjelaskan, transformasi digital yang menjadi tagline utama tahun ini mengarah kepada upaya Perpusnas untuk menyediakan konten-konten yang bisa diakses secara mudah dari mana saja dan kapan saja.
Baca: 4 Jurusan Kurang Diminati dengan Gaji Besar, Bisa Jadi Rekomendasi Kalian
Selain itu juga memudahkan siapa saja untuk mendapatkan ruang pembelajaran baru, memfasilitasi para konten kreator, dan mengumpulkan berbagai konten legal dari seluruh kementerian/lembaga yang bisa diakses masyarakat.
“Perpustakaan sebagai sumber informasi bisa memiliki sebanyak mungkin data dan informasi yang bisa di-share secara legal kepada masyarakat. Saat ini perpustakaan harus bisa memberikan tutorial untuk memberikan ruang dan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja, terutama bagi mereka yang terdampak pandemi," tambah Syarif Bando.
Syarif Bando melanjutkan bahwa literasi digital yang digalang Perpusnas ini adalah kebutuhan yang urgent. Urgensinya bukan hanya sebagai pusat data dan informasi, namun juga bergerak maju mencapai lima tingkatan literasi. Selain kemampuan baca, tulis dan hitung, gerakan literasi juga harus menyediakan akses terhadap bahan bacaan yang semakin luas.
Lanjutnya, literasi juga harus mencapai tahapan memahami semua yang tersirat dan tersurat, lalu bisa melakukan inovasi pada produk yang sudah ada, lalu tiba pada level puncak yaitu literasi mampu membawa masyarakat sampai pada tingkatan bisa menciptakan barang dan jasa secara mandiri.
Baca juga: Kemendikbudristek Terbitkan 27 Izin Pembukaan Prodi D2 Jalur Cepat
"Literasi digital ini sangat penting, karena di negara-negara maju, mereka sudah tidak lagi bicara kegemaran membaca dan akses kepada buku. Mereka sudah menciptakan teknologi baru yang mendunia," ungkapnya.
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda juga memberi perhatian yang tinggi dalam gerakan literasi dan budaya baca Indonesia. Syaiful Huda menyebutkan bahwa media literasi akan selalu mengikuti zamannya.
Jika dulu, literasi menggunakan media kulit hewan hingga lempeng batu misalnya, zaman kemudian jauh membawa literasi dalam bentuk buku. Kini, internet sudah menjadi kebutuhan wajib masyarakat. Maka, gerakan literasi haruslah ada didalamnya, agar perpustakaan selalu relevan dimata publik. Salah satunya adalah literasi melalui audio.
"Perpusnas sudah melakukan ini sejak lama. Dengan digitalisasi konten, bahkan mendorong perluasan jejaringnya ke seluruh unit perpustakaan daerah-daerah," kata Syaiful Huda.
(nnz)