Peneliti IPB University Ciptakan Obat Herbal Atasi Perut Buncit
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kegemukan perlu diantisipasi secara serius karena berpotensi menimbulkan komplikasi penyakit serius. Mengatasi hal ini, tim peneliti dari IPB University berhasil menciptakan obat herbal untuk mengatasi obesitas dan juga perut buncit .
“Bangsa kita (Indonesia) sejak lama sudah mengenal rimpang-rimpangan sebagai obat tradisional atau jamu. Kami menggunakan komoditas lokal sebagai wujud mengembangkan produk dalam negeri,” tutur Pimpinan Tim Riset Prof Dyah Iswantini Pradono, melalui siaran pers, Sabtu (28/5/2022).
Berdasarkan hasil penelitiannya, Prof Dyah menemukan formula baru dari kombinasi ekstrak asam gelugur dan kunci pepet untuk mengatasi perut buncit. Kombinasi kedua ekstrak tersebut berhasil menjadi dosis terbaik dalam menurunkan bobot badan.
Sementara itu, Dr Novriyandi Hanif menjelaskan bahwa kunci pepet mengandung senyawa aktif kelompok kalkon flavokawain. Senyawa tersebut dapat berpotensi sebagai anti obesitas . Menurutnya, kombinasi senyawa aktif pada tumbuhan kunci pepet (flavokawain) dan senyawa aktif pada asam gelugur (HCA) akan menghasilkan efek anti obesitas yang luar biasa dan dapat meluruhkan lemak khususnya pada area perut.
Baca: Selamat, UNS Raih Pengakuan Internasional 4-Star dari QS STAR
Prof Dyah mengklaim bahwa obat ini tidak akan memberi efek samping karena kedua bahan tersebut sudah melalui pengujian toksisitas. “Selain memiliki dampak dalam meluruhkan lemak berlebih, penggunaan produk ini sudah melalui uji toksisitas yang menunjukkan hasil tidak adanya efek samping,” ujarnya.
Dosen IPB University itu menjelaskan, uji toksisitas merupakan pengujian untuk mendeteksi efek toksik pada produk yang diuji. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan batas keamanan suatu bahan sehingga batas penggunaan obat dapat ditentukan.
Prof Dyah menerangkan bahwa produk ini akan menjadi karya anak bangsa karena penggunaan bahan-bahannya yang berasal dari dalam negeri.
“Asam gelugur merupakan rimpang yang sering ditemui pada bumbu masak, bahan perasa minuman, hingga kosmetik. Sedangkan kunci pepet termasuk rempah-rempah rimpang yang digunakan pada jamu. Sehingga semua tanaman penyusun obat herbal pelangsing ini mudah ditemukan di sekitar kita,” ujarnya.
Guru besar Departemen Kimia Peneliti di Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB University itu mengatakan, penelitian ini menggandeng perusahaan farmasi sebagai mitra penelitian yakni PT Indofarma Tbk. Perusahaan hadir untuk membuat bahan baku dan upscaling produk.
Baca juga: Mahasiswa ITS Buat Terobosan Pengontrol Pemurnian Biogas Berbasis IoT
Medina dari PT Indofarma Tbk. menjelaskan pengerjaan obat yang kini tengah menuju proses upscaling ke skala pilot. “Kami bertugas untuk mencapai optimasi pembuatan bahan baku serta secara bertahap menuju skala pilot, tujuannya untuk mencapai titik optimal dari produk obat herbal terstandar ini,” paparnya.
Penelitian yang diketuai oleh Prof Dyah mendapat pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia melalui program pendanaan Riset Inovatif Produktif (Rispro) Invitasi.
Tim peneliti berjumlah sebelas orang di antaranya yaitu Dr Min Rahminiwati (Fakultas Kedokteran Hewan, IPB University), Prof Sandra Arifin Aziz, MS (Departemen Agronomi Hortikultura, IPB University), Prof Andreas Santosa (Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB University), Dr Novriyandi Hanif dan Dr Mohammad Rafi (Departemen Kimia, IPB University).
Selanjutnya ada Dr Trivadila (Pusat Studi Biofarmaka Tropika, IPB University), Drh Fitriya Nur Annisa Dewi, PhD (Pusat Studi Satwa Primata IPB), Dr Siti Sa’diah MSi, Apt (Fakultas Kedokteran Hewan), dr Mira Dewi, PhD (dosen Departemen Gizi Masyarakat, IPB University), dr Ahani, Sp.PD. (dokter penyakit dalam dari Rumah Sakit PMI Bogor), dan Drs Agus Pramono (PT. Indofarma Tbk.).
“Bangsa kita (Indonesia) sejak lama sudah mengenal rimpang-rimpangan sebagai obat tradisional atau jamu. Kami menggunakan komoditas lokal sebagai wujud mengembangkan produk dalam negeri,” tutur Pimpinan Tim Riset Prof Dyah Iswantini Pradono, melalui siaran pers, Sabtu (28/5/2022).
Berdasarkan hasil penelitiannya, Prof Dyah menemukan formula baru dari kombinasi ekstrak asam gelugur dan kunci pepet untuk mengatasi perut buncit. Kombinasi kedua ekstrak tersebut berhasil menjadi dosis terbaik dalam menurunkan bobot badan.
Sementara itu, Dr Novriyandi Hanif menjelaskan bahwa kunci pepet mengandung senyawa aktif kelompok kalkon flavokawain. Senyawa tersebut dapat berpotensi sebagai anti obesitas . Menurutnya, kombinasi senyawa aktif pada tumbuhan kunci pepet (flavokawain) dan senyawa aktif pada asam gelugur (HCA) akan menghasilkan efek anti obesitas yang luar biasa dan dapat meluruhkan lemak khususnya pada area perut.
Baca: Selamat, UNS Raih Pengakuan Internasional 4-Star dari QS STAR
Prof Dyah mengklaim bahwa obat ini tidak akan memberi efek samping karena kedua bahan tersebut sudah melalui pengujian toksisitas. “Selain memiliki dampak dalam meluruhkan lemak berlebih, penggunaan produk ini sudah melalui uji toksisitas yang menunjukkan hasil tidak adanya efek samping,” ujarnya.
Dosen IPB University itu menjelaskan, uji toksisitas merupakan pengujian untuk mendeteksi efek toksik pada produk yang diuji. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan batas keamanan suatu bahan sehingga batas penggunaan obat dapat ditentukan.
Prof Dyah menerangkan bahwa produk ini akan menjadi karya anak bangsa karena penggunaan bahan-bahannya yang berasal dari dalam negeri.
“Asam gelugur merupakan rimpang yang sering ditemui pada bumbu masak, bahan perasa minuman, hingga kosmetik. Sedangkan kunci pepet termasuk rempah-rempah rimpang yang digunakan pada jamu. Sehingga semua tanaman penyusun obat herbal pelangsing ini mudah ditemukan di sekitar kita,” ujarnya.
Guru besar Departemen Kimia Peneliti di Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB University itu mengatakan, penelitian ini menggandeng perusahaan farmasi sebagai mitra penelitian yakni PT Indofarma Tbk. Perusahaan hadir untuk membuat bahan baku dan upscaling produk.
Baca juga: Mahasiswa ITS Buat Terobosan Pengontrol Pemurnian Biogas Berbasis IoT
Medina dari PT Indofarma Tbk. menjelaskan pengerjaan obat yang kini tengah menuju proses upscaling ke skala pilot. “Kami bertugas untuk mencapai optimasi pembuatan bahan baku serta secara bertahap menuju skala pilot, tujuannya untuk mencapai titik optimal dari produk obat herbal terstandar ini,” paparnya.
Penelitian yang diketuai oleh Prof Dyah mendapat pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia melalui program pendanaan Riset Inovatif Produktif (Rispro) Invitasi.
Tim peneliti berjumlah sebelas orang di antaranya yaitu Dr Min Rahminiwati (Fakultas Kedokteran Hewan, IPB University), Prof Sandra Arifin Aziz, MS (Departemen Agronomi Hortikultura, IPB University), Prof Andreas Santosa (Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB University), Dr Novriyandi Hanif dan Dr Mohammad Rafi (Departemen Kimia, IPB University).
Selanjutnya ada Dr Trivadila (Pusat Studi Biofarmaka Tropika, IPB University), Drh Fitriya Nur Annisa Dewi, PhD (Pusat Studi Satwa Primata IPB), Dr Siti Sa’diah MSi, Apt (Fakultas Kedokteran Hewan), dr Mira Dewi, PhD (dosen Departemen Gizi Masyarakat, IPB University), dr Ahani, Sp.PD. (dokter penyakit dalam dari Rumah Sakit PMI Bogor), dan Drs Agus Pramono (PT. Indofarma Tbk.).
(nnz)