Mahasiswa ITS Buat Terobosan Pengontrol Pemurnian Biogas Berbasis IoT
loading...
A
A
A
JAKARTA - Implementasi pengembangan biogas rumah tangga di Indonesia kini masih minim untuk menuju energi terbarukan di tahun 2025. Berangkat dari hal tersebut, Andreas Krisma Sukmana, mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS ) membuat terobosan berupa alat kontrol temperatur cerdas untuk pemurnian biogas.
Andre, sapaan akrabnya, merancang alat yang diberinya nama SMITOL (Smart Humidity Control pada Proses Purifikasi Biogas) dengan menggunakan metode redundancy water scrubber dan silika gel berbasis Internet of Things (IoT). Metode tersebut digunakan Andre karena water scrubber dinilai lebih efisien dan mampu menangkap partikel dalam bentuk kecil serta dapat mengikat gas.
Sedangkan silika gel dapat menghindari berkembangnya kelembaban yang berlebihan setelah melewatinya, karena sifat yang dimiliki menyerap tanpa mengubah kondisi zatnya. Teknologi yang ditawarkan oleh mahasiswa angkatan 2018 tersebut dapat memurnikan biogas dengan menjaga kelembaban dan menyimpan data yang disimpan di database.
Baca: Bikin Bangga, Tim Mahasiswa ITS Berjaya di Kompetisi Desain Feri Internasional
Tidak hanya itu, lanjut Andre, SMITOL menggunakan sistem pengendalian otomatis dan IoT . “Sistem tersebut saya gunakan supaya kelembaban dari output purifikasi tetap terjaga, lalu diatur menggunakan smartphone dan monitoring secara real time,” katanya, melalui siaran pers, Sabtu (28/5/2022).
Dijelaskan pula, SMITOL menggunakan set point di bawah 60 persen kelembaban, yang artinya dapat membuat purifikasi tetap terjaga karena sesuai dengan set point. Alasan lain digunakannya set point di bawah 60 persen adalah karena dalam menggunakan biogas untuk memasak, listrik dan lain-lain harus bersih, supaya biogas yang dimurnikan menjadi kering tanpa adanya air yang dapat mengakibatkan kalor biogas berkurang.
Baca juga: Ilmuwan ITS Masuk Nominasi European Inventor Award 2022, Apa Inovasinya?
Lebih dalam, Andre meyakini jika alat ciptaannya lebih unggul dibandingkan alat kontrol temperatur konvensional pada umumnya. Alat yang diciptakannya bekerja secara otomatis secara keseluruhan, berbeda dengan alat kontrol konvensional yang masih harus digunakan secara manual.
“Keseluruhan parameter teknis dari alat yang saya gagas ini mulai dari instrumen pengukur, sistem pengendalian kelembaban, maupun sistem redundancy semua sudah otomatis sehingga bisa lebih efisien,” tandas Andre meyakinkan.
Hasil gagasan Andre ini juga telah berhasil membuahkan prestasi juara pertama pada kompetisi Physics Tour Competition 2 kategori Esai Penerapan Fisika dalam Pengembangan Teknologi yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Riau, akhir Maret lalu.
“Ke depannya, alat ini akan terus saya kembangkan supaya menjadi lebih baik lagi. Semoga alat ini bisa membawa kebermanfaatan bagi banyak pihak,” pungkas Andre penuh harap.
Lihat Juga: Dukung Transisi Energi Bersih, Perguruan Tinggi Jadi Motor Penggerak Inovasi Kendaraan Listrik
Andre, sapaan akrabnya, merancang alat yang diberinya nama SMITOL (Smart Humidity Control pada Proses Purifikasi Biogas) dengan menggunakan metode redundancy water scrubber dan silika gel berbasis Internet of Things (IoT). Metode tersebut digunakan Andre karena water scrubber dinilai lebih efisien dan mampu menangkap partikel dalam bentuk kecil serta dapat mengikat gas.
Sedangkan silika gel dapat menghindari berkembangnya kelembaban yang berlebihan setelah melewatinya, karena sifat yang dimiliki menyerap tanpa mengubah kondisi zatnya. Teknologi yang ditawarkan oleh mahasiswa angkatan 2018 tersebut dapat memurnikan biogas dengan menjaga kelembaban dan menyimpan data yang disimpan di database.
Baca: Bikin Bangga, Tim Mahasiswa ITS Berjaya di Kompetisi Desain Feri Internasional
Tidak hanya itu, lanjut Andre, SMITOL menggunakan sistem pengendalian otomatis dan IoT . “Sistem tersebut saya gunakan supaya kelembaban dari output purifikasi tetap terjaga, lalu diatur menggunakan smartphone dan monitoring secara real time,” katanya, melalui siaran pers, Sabtu (28/5/2022).
Dijelaskan pula, SMITOL menggunakan set point di bawah 60 persen kelembaban, yang artinya dapat membuat purifikasi tetap terjaga karena sesuai dengan set point. Alasan lain digunakannya set point di bawah 60 persen adalah karena dalam menggunakan biogas untuk memasak, listrik dan lain-lain harus bersih, supaya biogas yang dimurnikan menjadi kering tanpa adanya air yang dapat mengakibatkan kalor biogas berkurang.
Baca juga: Ilmuwan ITS Masuk Nominasi European Inventor Award 2022, Apa Inovasinya?
Lebih dalam, Andre meyakini jika alat ciptaannya lebih unggul dibandingkan alat kontrol temperatur konvensional pada umumnya. Alat yang diciptakannya bekerja secara otomatis secara keseluruhan, berbeda dengan alat kontrol konvensional yang masih harus digunakan secara manual.
“Keseluruhan parameter teknis dari alat yang saya gagas ini mulai dari instrumen pengukur, sistem pengendalian kelembaban, maupun sistem redundancy semua sudah otomatis sehingga bisa lebih efisien,” tandas Andre meyakinkan.
Hasil gagasan Andre ini juga telah berhasil membuahkan prestasi juara pertama pada kompetisi Physics Tour Competition 2 kategori Esai Penerapan Fisika dalam Pengembangan Teknologi yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Riau, akhir Maret lalu.
“Ke depannya, alat ini akan terus saya kembangkan supaya menjadi lebih baik lagi. Semoga alat ini bisa membawa kebermanfaatan bagi banyak pihak,” pungkas Andre penuh harap.
Lihat Juga: Dukung Transisi Energi Bersih, Perguruan Tinggi Jadi Motor Penggerak Inovasi Kendaraan Listrik
(nnz)