Inovasi Baru Bidang Peternakan, Peneliti IPB Ciptakan Varietas Baru Ayam Lokal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim peneliti IPB University menciptakan terobosan baru dalam bidang peternakan. Mereka membuat varietas baru hasil dari perbaikan ayam ras dan kampung, yakni ayam lokal pedaging unggul rumpun baru IPB-D1, IPB-D2, dan IPB-D3.
Para peneliti IPB University yang tergabung dalam Riset Inovatif Produktif (Rispro) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia ini adalah Prof Cece Sumantri, Prof Irma Isnafia Arief, Dr Lucia Cyrilla ENSD, ketiganya adalah dosen di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Ternak, Fakultas Peternakan (Fapet), Dr drh Sri Murtini (dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis/SKHB), serta Dr Rita Mutia (dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet).
Menurut Prof Cece, selaku Ketua Tim Peneliti, riset ini berkolaborasi dengan alumni IPB University yang sudah mengembangbiakkan ayam lokal IPB-D2 yaitu PT Nutfah yang berada di Boyolali, Jawa Tengah.
“Dalam konteks peternakan, varietas baru disebut sebagai galur. Sebelumnya, kami tim peneliti telah mengidentifikasi kekurangan dari galur pada ayam ras dan kampung yang saat ini beredar di Indonesia. Sehingga kami menyilangkan beberapa jenis ayam terbaik untuk kemudian menghasilkan galur terbaru yakni ayam IPB-D2,” katanya, melalui siaran pers, Kamis (23/6/2022).
Baca: Jelang Pengumuman SBMPTN 2022, Calon Mahasiswa: Dear LTMPT, Cape Disemangatin Terus, Tahun ini Kasih Selamat Ya
Mengutip dari riset Prof Cece tentang pengembangan ayam lokal, dimana angka komponen bibit dan pakan ayam di Indonesia hampir 90 persen impor. Sedangkan dalam memenuhi konsumsi daging dan telur ayam, produksi ayam lokal hingga kini masih menghadapi berbagai kendala. Seperti biaya manajemen pemeliharaan secara intensif.
“Konsep ayam ini cukup dilematis. Karena ketika bobot seekor ayam tinggi, justru menjadi rentan terkena penyakit. Permasalahan ini yang tengah kami pecahkan,” jelasnya.
Keunggulan yang dihadirkan melalui ayam IPB-D2 adalah ia memiliki bobot yang lebih tinggi dan ketahanan terhadap penyakit yang lebih baik daripada ayam IPB-D1 dan IPB-D3. Ia mengungkapkan, saat ini ayam IPB-D2 telah melalui persilangan selama lima generasi.
“Ayam IPB-D2 merupakan hasil evaluasi kami dari ayam IPB-D1, begitupun juga dengan ayam IPB-D3. Karakteristik galur ayam IPB-D2 ini memiliki antibodi yang lebih kuat dari ayam ras atau broiler. Dan bobot potong lebih tinggi dari ayam lokal (kampung),” sebutnya saat mendiseminasikan proses penelitiannya pada kegiatan Monitoring dan Evaluasi (monev) Internal dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University di lokasi mitra, Boyolali, Jawa Tengah.
“Ke depannya ayam IPB akan menyesuaikan dengan kondisinya. Ayam IPB-D3 diperuntukkan sebagai komersil, sedangkan ayam IPB-D2 akan dikembangbiakkan di perkampungan karena lebih tahan penyakit. Sementara itu, ayam IPB-D1 masih perlu dikembangkan kembali,” tambahnya.
Baca juga: Beasiswa LPDP Tahap 2 Segera Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftar
CEO PT Nutfah Unggul Intimakmur, Muh Fikri Al Habib menyatakan respon positifnya dalam mengembangkan peternakan ayam IPB-D2. Pengembangan industri peternakan ayam lokal dinilai dapat meningkatan pendapatan masyarakat di desa dan berpeluang menyerap tenaga kerja yang tinggi. “Ke depannya, melalui peternakan ayam IPB-D2 diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan khususnya masyarakat petani dan peternak,” ungkap Habib.
Selain pengembangan galur IPB-D2 dan IPB-D3, mitra tim peneliti juga mengembangkan secara spesifik pakan ayam lokal yang mengandung imunomodulator (zat yang mempengaruhi sistem imun), sehingga daging dan telur yang dihasilkan mengandung zat besi (Fe) dan zinc (Zn) yang lebih tinggi dari ayam pada umumnya.
“Hal ini menjadi keunggulan ayam IPB-D2 dari ayam lainnya, yaitu kualitas daging ayam yang baik dan tahan penyakit, dapat dikonsumsi oleh lansia, balita dan penderita anemia. Serta dapat mencegah kelahiran bayi stunting,” tegasnya.
Para peneliti IPB University yang tergabung dalam Riset Inovatif Produktif (Rispro) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia ini adalah Prof Cece Sumantri, Prof Irma Isnafia Arief, Dr Lucia Cyrilla ENSD, ketiganya adalah dosen di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Ternak, Fakultas Peternakan (Fapet), Dr drh Sri Murtini (dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis/SKHB), serta Dr Rita Mutia (dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet).
Menurut Prof Cece, selaku Ketua Tim Peneliti, riset ini berkolaborasi dengan alumni IPB University yang sudah mengembangbiakkan ayam lokal IPB-D2 yaitu PT Nutfah yang berada di Boyolali, Jawa Tengah.
“Dalam konteks peternakan, varietas baru disebut sebagai galur. Sebelumnya, kami tim peneliti telah mengidentifikasi kekurangan dari galur pada ayam ras dan kampung yang saat ini beredar di Indonesia. Sehingga kami menyilangkan beberapa jenis ayam terbaik untuk kemudian menghasilkan galur terbaru yakni ayam IPB-D2,” katanya, melalui siaran pers, Kamis (23/6/2022).
Baca: Jelang Pengumuman SBMPTN 2022, Calon Mahasiswa: Dear LTMPT, Cape Disemangatin Terus, Tahun ini Kasih Selamat Ya
Mengutip dari riset Prof Cece tentang pengembangan ayam lokal, dimana angka komponen bibit dan pakan ayam di Indonesia hampir 90 persen impor. Sedangkan dalam memenuhi konsumsi daging dan telur ayam, produksi ayam lokal hingga kini masih menghadapi berbagai kendala. Seperti biaya manajemen pemeliharaan secara intensif.
“Konsep ayam ini cukup dilematis. Karena ketika bobot seekor ayam tinggi, justru menjadi rentan terkena penyakit. Permasalahan ini yang tengah kami pecahkan,” jelasnya.
Keunggulan yang dihadirkan melalui ayam IPB-D2 adalah ia memiliki bobot yang lebih tinggi dan ketahanan terhadap penyakit yang lebih baik daripada ayam IPB-D1 dan IPB-D3. Ia mengungkapkan, saat ini ayam IPB-D2 telah melalui persilangan selama lima generasi.
“Ayam IPB-D2 merupakan hasil evaluasi kami dari ayam IPB-D1, begitupun juga dengan ayam IPB-D3. Karakteristik galur ayam IPB-D2 ini memiliki antibodi yang lebih kuat dari ayam ras atau broiler. Dan bobot potong lebih tinggi dari ayam lokal (kampung),” sebutnya saat mendiseminasikan proses penelitiannya pada kegiatan Monitoring dan Evaluasi (monev) Internal dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University di lokasi mitra, Boyolali, Jawa Tengah.
“Ke depannya ayam IPB akan menyesuaikan dengan kondisinya. Ayam IPB-D3 diperuntukkan sebagai komersil, sedangkan ayam IPB-D2 akan dikembangbiakkan di perkampungan karena lebih tahan penyakit. Sementara itu, ayam IPB-D1 masih perlu dikembangkan kembali,” tambahnya.
Baca juga: Beasiswa LPDP Tahap 2 Segera Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftar
CEO PT Nutfah Unggul Intimakmur, Muh Fikri Al Habib menyatakan respon positifnya dalam mengembangkan peternakan ayam IPB-D2. Pengembangan industri peternakan ayam lokal dinilai dapat meningkatan pendapatan masyarakat di desa dan berpeluang menyerap tenaga kerja yang tinggi. “Ke depannya, melalui peternakan ayam IPB-D2 diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan khususnya masyarakat petani dan peternak,” ungkap Habib.
Selain pengembangan galur IPB-D2 dan IPB-D3, mitra tim peneliti juga mengembangkan secara spesifik pakan ayam lokal yang mengandung imunomodulator (zat yang mempengaruhi sistem imun), sehingga daging dan telur yang dihasilkan mengandung zat besi (Fe) dan zinc (Zn) yang lebih tinggi dari ayam pada umumnya.
“Hal ini menjadi keunggulan ayam IPB-D2 dari ayam lainnya, yaitu kualitas daging ayam yang baik dan tahan penyakit, dapat dikonsumsi oleh lansia, balita dan penderita anemia. Serta dapat mencegah kelahiran bayi stunting,” tegasnya.
(nnz)