Riset Pakar IPB: Tempe Berkhasiat Mengobati Penderita Diabetes, Ini Hasilnya

Senin, 11 Juli 2022 - 19:29 WIB
loading...
Riset Pakar IPB: Tempe...
Dosen IPB University dari Fakultas Teknologi Pertanian Prof Made Astawan, mendiseminasikan penelitiannya soal tempe. Foto/Dok/IPB
A A A
JAKARTA - Dosen IPB University dari Fakultas Teknologi Pertanian Prof Made Astawan, mendiseminasikan penelitiannya soal tempe, makanan asli Indonesia yang menyimpan sejuta manfaat kesehatan.

Hal ini ia paparkan dalam kegiatan Tempe Science Talks yang digelar oleh Osaka University bekerja sama dengan Indonesia Tempe Movements, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan IPB University, beberapa waktu lalu.



Ia menjelaskan, beberapa penelitian yang telah ia lakukan di IPB University terkait kedelai dan tempe serta manfaat kesehatannya. Salah satunya aktivitas hipoglikemik yang memiliki efek positif terhadap peningkatan kesehatan, terutama dalam pengendalian dan pencegahan penyakit diabetes mellitus (DM).

Ia mengambil sampel tempe dari Rumah Tempe Indonesia. Tempe produksi ini sudah mendapatkan berbagai sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI), Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM), hingga sertifikasi halal. Adapun eksperimen ini menggunakan tikus yang menderita diabetes sebagai hewan coba.

Ia menjelaskan bahwa penelitian tersebut mengungkapkan aktivitas hipoglikemik pada tempe kedelai berkecambah (GST) dan tidak berkecambah (NST). Kandungan protein pada kedua jenis tempe ini lebih tinggi dibandingkan kedelai murni. Peningkatan kandungan protein ini disebabkan oleh proses germinasi dan fermentasi.



Berdasarkan perbedaan komposisi kimianya, lanjutnya, kandungan protein dan serat kasar lebih tinggi pada tempe GST, akibat proses germinasi. Sedangkan pada NST, memiliki kandungan fenilalanin dan leusin lebih tinggi daripada GST. Tapi tidak ada perbedaan nyata yang ditemukan pada kandungan insulitropic Amino Acid pada keduanya.

“Insulitropik amino acid ini memiliki aktivitas antioksidan tinggi yang dapat memicu sel beta pada pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak. Hal ini baik bagi penderita diabetes,” katanya dalam keerangan pers, Senin (11/7/2022).

Menurutnya, aktivitas antidiabetes oleh antioksidan ini dapat melindungi sel beta pankreas dari paparan radikal bebas dan menghambat penyerapan glukosa. Aksi lainnya adalah dengan menghambat inhibiting alfa amilase and alfa glukosidase yang dapat menghambat pencernaan pati. Hasilnya, terjadi penurunan kadar gula darah.

“Diabetes juga dapat menyebabkan efek penurunan berat badan karena penurunan produksi insulin. Penurunan produksi insulin menyebabkan glukosa tidak bisa diolah menjadi energi. Berdasarkan penelitian tersebut, tempe dapat mengatasi efek negatif tersebut pada tikus penderita diabetes,” ujarnya.

Ia mengatakan, tingginya kandungan isoflavon pada tempe juga dapat menghambat dan menetralkan radikal bebas. Aktivitas hipoglikemik pada tempe tradisional semangit dan bosok juga memberikan hasil yang menarik pada tikus penderita diabetes. Tempe ini memiliki prospektif bagus untuk menekan kadar gula darah tanpa mengonsumsi obat antidiabetes.

“Artinya, diet pada penderita diabetes dengan mengonsumsi tempe sangatlah baik dan disarankan. Peningkatan fungsi sel beta pankreas dapat ditingkatkan dengan produksi insulin dan penyerapan glukosa dalam sel dan kadar gula darah rendah. Hal ini dapat diupayakan dengan mengonsumsi tempe tradisional maupun olahannya,” tandasnya.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2094 seconds (0.1#10.140)