Literasi Digital, Dosen UBL Ajak Publik Kritis terhadap Informasi Viral yang Beredar

Rabu, 27 Juli 2022 - 23:43 WIB
loading...
Literasi Digital, Dosen UBL Ajak Publik Kritis terhadap Informasi Viral yang Beredar
Kemenkominfo bekerja sama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menggelar webinar Makin Cakap Digital 2022. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika ( Kemenkominfo ) bekerja sama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi mengadakan kegiatan webinar Makin Cakap Digital 2022.

Kegiatan ini bertujuan agar para peserta dapat mengkritisi terhadap berita yang viral . Berdasarkan Survei We are Social Hootsuite per Februari 2022, di Indonesia terdapat 204,7 juta pengguna internet yang setara dengan 73,7% dari populasi penduduk Indonesia.



Angka tersebut terlihat meningkat dibanding tahun sebelumnya (2,1 juta atau naik 1%). Tapi, masih ada potensi yang masih cukup besar agar seluruh penduduk Indonesia dapat menggunakan internet sepenuhnya.

Kemudian, berdasarkan Indeks Literasi Digital Indonesia 2021, tertulis bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3,49 (dari skala 1-5). Lalu, dalam penelitian ini tercermin, perilaku penggunaan internet banyak dilakukan untuk berkomunikasi melalui pesan singkat, menggunakan media sosial, serta mencari informasi.

Tetapi, media sosial itu juga dianggap yang paling sering ditemui menyajikan berita bohong atau hoaks. Oleh karena itu, Kemenkominfo mengadakan kegiatan ini agar masyarakat lebih cakap dalam mencari dan memanfaatkan literasi digital dengan dasar empat pilar. Di antaranya, kecakapan digital, etika digital, keamanan digital, dan budaya digital.



“Peningkatan penggunaan teknologi perlu diimbangi dengan kapasitas literasi digital yang mumpuni agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan produktif, bijak, dan tepat guna,” ujar Dirjen Aptika Kominfo, Samuel Abrijani Pangerapan, dalam sambutan webinar.

Maka berdasarkan kutipan tersebut semakin ditegaskan bahwa dalam memanfaatkan teknologi atau berita yang ada, kita perlu semakin bijak agar berita yang tersebar oleh kita dapat tepat guna.

Dalam kegiatan ini, Bentang Febrylian, selaku pemeriksa fakta dengan berselancar di dunia maya untuk mencari kebenaran dari sebuah informasi mengutarakan tentang Sindrom Fomo dan dampaknya. Diawali dengan ruang lingkup etika lalu dilanjutkan dengan apa itu Fomo, dampak Fomo, hingga cara mengatasinya.

Semua itu agar para peserta menyadari bahwa terus mengikuti Fomo bukan hal yang bijak. Para serta diinformasikan agar mengelola atensi yang sebelumnya ke orang lain menjadi ke diri sendiri.

Berhenti membandingkan diri dengan orang lain dan membatasi penggunaan sosial media. Membuat skala prioritas dengan menanyakan apakah kegiatan tersebut memberikan manfaat. Selanjutnya tetap bersyukur dan mendukung berbagai bentuk kemajuan dalam bidang teknologi dan pengetahuan, tetapi semua harus demi mengangkat derajat manusia, sebab etika ada karena kita adalah manusia.

Dosen dan Ketua program studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur Anggun Puspitasari, M.Si dalam paparannya mengajak para peserta agar saring sebelum sharing dan mengkritisi informasi viral yang ada. Lalu, diinformasikan pula pentingnya kritis terhadap memilih sumber yang terpercaya, latihan kritis dalam memilih berita hingga menggunakan media sosial untuk perubahan yang baik.

“Semua itu agar kita bertanggungjawab atas sosial media kita. Tidak masalah merasa ingin menjadi terdepan namun harus kritis dalam menyikapinya,” ujar Anggun Puspitasari.

Serupa dengan kedua pembicara sebelumnya, Dr. Astri Dwi Andriani yang merupakan seorang media & Campaign Director NXG Indonesia, Dekan FIKOM UNPI, narasumber GNLD 2022 kali ini mengutarakan tentang Etis Bermedia Digital. Para peserta diajak untuk melawan Fomo degan Jomo.

Jomo di sini adalah memiliki perasaan puas dalam menikmati sesuatu, dan tidak merasa wajib menunjukannya kepada orang lain. Setelah itu peserta diinformasikan tips untuk mengurangi Fomo dan diakhiri dengan kesadaran bahwa etika digital ditawarkan sebagai pedoman menggunakan berbagai platform digital secara sadar, tanggung jawab, berintegritas.

Tetap menjunjung nilai-nilai kebajikan antar insan dalam wujud menghadirkan diri dan kemudian berinteraksi, berpartisipasi, bertransaksi,dan berkolaborasi dengan menggunakan media digital.

Dalam webinar kali ini para peserta disuguhkan pentingnya bijak dalam mengelola informasi atau berita yang ada. Tidak perlu takut Fomo tetapi tetap bersyukur dan kritis terhadap konten viral dengan memvalidasi sumber dan keakuratannya informasinya. Kemudian lebih penting bahwa peserta dapat membuat skala prioritas dan memilih kegiatan yang bermanfaat daripada Fomo saja.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1214 seconds (0.1#10.140)