Unpad Tambah 13 Guru Besar Baru, Ini Profilnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Padjadjaran ( Unpad ) memiliki 13 guru besar baru Penambahan 13 guru besar baru tersebut menggenapkan total jumlah guru besar di lingkungan Unpad menjadi 200 orang.
Pengangkatan 13 gur besar baru Unpad ini berdasarkan Keputusan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim yang diserahkan secara resmi oleh Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti di Ruang Serba Guna Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Unpad, Bandung, Kamis (28/7/2022).
Tiga belas guru besar baru tersebut, yaitu: Prof. Dr. Sc. Agr. Agung Karuniawan, Ir., M.Sc., Agr.; Prof. Dr. Atiek Rostika Noviyanti, S.Si., M.Si.; Prof. Dr. Ayi Bahtiar, M.Si.; Prof. Dr. Eni Maryani, M.Si.; Prof. Dr. Euis Julaeha, dra., M.Si.; Prof. Dr. Ibnu Dwi Buwono, M.Si.; dan Prof. Dr. Isis Ikhwansyah, S.H., M.H., CN.
Baca: Kisah Haru Seorang Ibu Wakili Wisuda S1 Unesa Anaknya yang Meninggal
Selanjutnya ada Prof. Kusman Ibrahim, S.Kp., MNS, PhD; Prof. Nasrul Wathoni, S.Si., Apt., M.Si., PhD; Prof. Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes.; Prof. Taofik Risdiana, S.Si., Apt., M.Si., PhD; Prof. Dr. H. Sonny Dewi Judiasih, S.H., M.H., CN; dan Prof. Dr. Tri Mayanti, dra., M.Si.
Dikutip dari laman resmi Unpad, berikut ini profil singkat 13 guru besar tersebut.
1. Prof. Dr. Sc. Agr. Agung Karuniawan, Ir., M.Sc., Agr
Prof. Agung Karuniawan diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman pada Fakultas Pertanian. Selama lebih dari 10 tahun, Prof. Agung menggeluti riset di bidang pengembangan ubi Cilembu. Produk ubi jalar varietas unggul hasil risetnya telah banyak dibudidayakan petani ubi di Desa Cilembu. Dari riset ubi Cilembu, Prof. Agung berhasil memperoleh tujuh Haki.
Selain itu, ia juga telah menjalin kerja sama dengan mitra industri di Amerika Serikat. Saat ini, delapan produk kerja sama tersebut sedang dilakukan proses paten di Amerika Serikat.
2. Prof. Dr. Atiek Rostika Noviyanti, S.Si., M.Si
Prof. Atiek Rostika Noviyanti diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Kimia Anorganik pada Fakultas MIPA. Bidang riset Prof. Atiek mengenai rekayasa material/material fungsional.
Berbagai material limbah atau material yang dipandang tidak berfungsi dilakukan rekayasa sehingga menjadi material yang fungsional. Dari bidang ini, Prof. Atiek berfokus untuk meneliti tentang elektrolit.
Ia mengkaji bagaimana dari suatu proses kimia dapat menghasilkan listrik. Penelitian ini berperan penting dalam mendukung pengembangan energi baru terbarukan.
3. Prof. Dr. Ayi Bahtiar, M.Si
Prof. Ayi Bahtiar diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Fisika pada Fakultas MIPA. Riset yang dilakukan Prof. Ayi dalam 15 tahun terakhir ialah mengenai pengembangan solar cell pengganti silikon yang beredar di pasaran saat ini.
Selain itu, bersama tim, Prof. Ayi juga melakukan riset-riset yang menghasilkan produk aplikatif, seperti spray hydrophobic yang berperan melestarikan bangunan cagar budaya, serta penelitian rekayasa kuantum dot yang mampu mendeteksi kandungan pemutih dalam tepung di pasar dalam waktu singkat.
4. Prof. Dr. Eni Maryani, M.Si
Prof. Eni Maryani diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Komuikasi pada Fakultas Ilmu Komunikasi. Di bidang komunikasi, Prof. Eni mengembangkan kajian komunikasi media dan gender yang berfokus pada dua isu penting, yaitu media, serta gender dan komunikasi.
Pada kajian media, Prof. Eni mengembangkan kajian teknologi komunikasi informasi, salah satunya terkait ketimpangan akses arus informasi dalam konteks digitalisasi dan globalisasi.
Sementara untuk kajian gender dan komunikasi, Prof. Eni mengembangkan kajian tentang komunikasi sosial dan konten media yang melanggengkan konstruksi peran perempuan dan laki-laki yang tidak adil bagi perempuan.
5. Prof. Dr. Euis Julaeha, dra., M.Si
Prof. Euis Julaeha diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Kimia Anorganik pada Fakultas MIPA. Fokus penelitian Prof. Euis mengenai pemanfaatan bioaktivitas kulit buah jeruk.
Baca juga: Mahasiswa Program Doktor UGM Teliti Efek Anti-Diabetes Tempe, Ini Hasilnya
Dari studi yang dilakukan, kulit buah jeruk terkandung suatu zat aktif berupa minyak atsiri yang banyak dilaporkan sebagai antibakteri, antimikroba, hingga anti-penuaan dini.
Melalui riset yang dilakukan, Prof. Euis berupaya mengemas zat aktif tersebut agar tidak cepat rusak. Teknologi yang telah dilakukan berupa mikroenkapsulasi di mana zat aktif dikemas dalam suatu lapisan kapsul, serta teknologi microbeads.
6. Prof. Dr. Ibnu Dwi Buwono, M.Si
Prof. Ibnu Dwi Buwono diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Genetika dan Bioteknologi Ikan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Prof. Ibnu merupakan akademisi yang konsisten menggeluti riset mengenai ikan lele.
Dari riset tersebut, Prof. Ibnu berhasil mengembangkan jenis ikan lele mutiara transgenik. Ikan lele transgenik hasil penelitian panjang tersebut memiliki pertumbuhan 2-3 lebih besar dibandingkan lele normal.
Ikan lele transgenik yang bernama “Lele Mutiara Padjadjaran” ini telah dihilirisasikan ke komunitas peternak lele di kawasan Cileunyi, Kabupaten Bandung.
7. Prof. Dr. Isis Ikhwansyah, S.H., M.H., CN
Prof. Isis Ikhwansyah diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum. Prof. Isis menggeluti tentang kajian hukum perusahaan.
Menurut Prof. Isis, hukum perusahaan merupakan satu lembaga hukum yang bersifat netral. Artinya, perkembangan hukum perusahaan bisa menyesuaikan dengan kebutuhan praktik.
8. Prof. Kusman Ibrahim, S.Kp., M.NS., PhD
Prof. Kusman Ibrahim diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Keperawatan pada Fakultas Keperawatan. Prof. Kusman menggeluti kajian keperawatan medikal bedah/orang dewasa dengan fokus bagaimana memahami proses adaptasi dari manusia dewasa, terutama dalam melindungi diri dari berbagai penyakit kronis, baik infeksi, noninfeksi, dan degeneratif.
Melalui riset ini, Prof. Kusman banyak berinteraksi dengan pasien terinfeksi HIV/AIDS. Dari interaksi tersebut, Prof. Kusman menemukan bagaimana upaya pasien untuk tetap sehat dan berkualitas.
9. Prof. Nasrul Wathoni, S.Si., Apt., M.Si., PhD
Prof. Nasrul Wathoni diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Farmasetika dan Teknologi Farmasi pada Fakultas Farmasi. Prof. Nasrul saat ini tercatat sebagai guru besar termuda Unpad dengan usia 40 tahun.
Kepakaran Prof. Nasrul berfokus pada sistem penghantaran obat dan kosmetik terbarukan, terutama terkait polimenik nanopartikel dan juga hidrogel film. Prof. Nasrul juga telah menghasilkan produk plester antisariawan hidrogel film yang berbahan dasar polisakarida alami. Saat ini produk tersebut tengah menunggu izin edar.
10. Prof. Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes
Prof. Nina Djustiana diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Material Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi. Selama 10 tahun terakhir, Prof. Nina menggeluti tentang rekonstruksi gigi, pengembangan material untuk tambal gigi.
Diharapkan, riset yang dilakukannya dapat berkontribusi memenuhi kebutuhan material tambal gigi di Indonesia yang saat ini masih bergantung pada ekspor dari luar.
11. Prof. Dr. Sonny Dewi Judiasih, S.H., M.H., CN
Prof. Sonny Dewi Judiasih diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum. Prof. Sonny berfokus pada kajian hukum keluarga. Saat ini, hal-hal terkait hukum keluarga menjadi suatu hal yang banyak dibahas, terutama mengenai sengketa perkawinan, status anak, status harta, hingga penyelesaian kasus perselingkuhan.
12. Prof. Taofik Risdiana, S.Si., Apt., M.Si., PhD
Prof. Taofik Risdiana diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Farmasetika dan Teknologi Farmasi pada Fakultas Farmasi. Satu di antara riset yang dilakukan adalah pengembangan seledri sebagai obat herbal.
Prof. Taofik telah menciptakan produk minuman ekstrak seledri bernama “Seledrik” yang baik untuk kesehatan ginjal. Selain itu, ia juga menggabungkan seledri dengan sambiloto menjadi suplemen yang bermanfaat untuk pemulihan tubuh saat terkena Covid-19.
13. Prof. Dr. Tri Mayanti, dra., M.Si
Prof. Tri Mayanti diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Kimia Organik pada Fakultas MIPA. Prof. Tri memiliki ketertarikan meneliti tanaman kokosan. Tanaman yang sekerabat dengan duku ini belum banyak yang meneliti. Salah satu yang dilakukan adalah eksplorasi mengenai senyawa kimia di tanaman kokosan. Prof. Tri berhasil mengisolasi 20 senyawa. Sebanyak 15 di antaranya merupakan senyawa baru. Selain itu, Prof. Tri juga mengeksplor lebih jauh mengenai aktivitas senyawanya berdasarkan kepercayaan lokal di masyarakat.
Pengangkatan 13 gur besar baru Unpad ini berdasarkan Keputusan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim yang diserahkan secara resmi oleh Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti di Ruang Serba Guna Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Unpad, Bandung, Kamis (28/7/2022).
Tiga belas guru besar baru tersebut, yaitu: Prof. Dr. Sc. Agr. Agung Karuniawan, Ir., M.Sc., Agr.; Prof. Dr. Atiek Rostika Noviyanti, S.Si., M.Si.; Prof. Dr. Ayi Bahtiar, M.Si.; Prof. Dr. Eni Maryani, M.Si.; Prof. Dr. Euis Julaeha, dra., M.Si.; Prof. Dr. Ibnu Dwi Buwono, M.Si.; dan Prof. Dr. Isis Ikhwansyah, S.H., M.H., CN.
Baca: Kisah Haru Seorang Ibu Wakili Wisuda S1 Unesa Anaknya yang Meninggal
Selanjutnya ada Prof. Kusman Ibrahim, S.Kp., MNS, PhD; Prof. Nasrul Wathoni, S.Si., Apt., M.Si., PhD; Prof. Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes.; Prof. Taofik Risdiana, S.Si., Apt., M.Si., PhD; Prof. Dr. H. Sonny Dewi Judiasih, S.H., M.H., CN; dan Prof. Dr. Tri Mayanti, dra., M.Si.
Dikutip dari laman resmi Unpad, berikut ini profil singkat 13 guru besar tersebut.
1. Prof. Dr. Sc. Agr. Agung Karuniawan, Ir., M.Sc., Agr
Prof. Agung Karuniawan diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman pada Fakultas Pertanian. Selama lebih dari 10 tahun, Prof. Agung menggeluti riset di bidang pengembangan ubi Cilembu. Produk ubi jalar varietas unggul hasil risetnya telah banyak dibudidayakan petani ubi di Desa Cilembu. Dari riset ubi Cilembu, Prof. Agung berhasil memperoleh tujuh Haki.
Selain itu, ia juga telah menjalin kerja sama dengan mitra industri di Amerika Serikat. Saat ini, delapan produk kerja sama tersebut sedang dilakukan proses paten di Amerika Serikat.
2. Prof. Dr. Atiek Rostika Noviyanti, S.Si., M.Si
Prof. Atiek Rostika Noviyanti diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Kimia Anorganik pada Fakultas MIPA. Bidang riset Prof. Atiek mengenai rekayasa material/material fungsional.
Berbagai material limbah atau material yang dipandang tidak berfungsi dilakukan rekayasa sehingga menjadi material yang fungsional. Dari bidang ini, Prof. Atiek berfokus untuk meneliti tentang elektrolit.
Ia mengkaji bagaimana dari suatu proses kimia dapat menghasilkan listrik. Penelitian ini berperan penting dalam mendukung pengembangan energi baru terbarukan.
3. Prof. Dr. Ayi Bahtiar, M.Si
Prof. Ayi Bahtiar diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Fisika pada Fakultas MIPA. Riset yang dilakukan Prof. Ayi dalam 15 tahun terakhir ialah mengenai pengembangan solar cell pengganti silikon yang beredar di pasaran saat ini.
Selain itu, bersama tim, Prof. Ayi juga melakukan riset-riset yang menghasilkan produk aplikatif, seperti spray hydrophobic yang berperan melestarikan bangunan cagar budaya, serta penelitian rekayasa kuantum dot yang mampu mendeteksi kandungan pemutih dalam tepung di pasar dalam waktu singkat.
4. Prof. Dr. Eni Maryani, M.Si
Prof. Eni Maryani diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Komuikasi pada Fakultas Ilmu Komunikasi. Di bidang komunikasi, Prof. Eni mengembangkan kajian komunikasi media dan gender yang berfokus pada dua isu penting, yaitu media, serta gender dan komunikasi.
Pada kajian media, Prof. Eni mengembangkan kajian teknologi komunikasi informasi, salah satunya terkait ketimpangan akses arus informasi dalam konteks digitalisasi dan globalisasi.
Sementara untuk kajian gender dan komunikasi, Prof. Eni mengembangkan kajian tentang komunikasi sosial dan konten media yang melanggengkan konstruksi peran perempuan dan laki-laki yang tidak adil bagi perempuan.
5. Prof. Dr. Euis Julaeha, dra., M.Si
Prof. Euis Julaeha diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Kimia Anorganik pada Fakultas MIPA. Fokus penelitian Prof. Euis mengenai pemanfaatan bioaktivitas kulit buah jeruk.
Baca juga: Mahasiswa Program Doktor UGM Teliti Efek Anti-Diabetes Tempe, Ini Hasilnya
Dari studi yang dilakukan, kulit buah jeruk terkandung suatu zat aktif berupa minyak atsiri yang banyak dilaporkan sebagai antibakteri, antimikroba, hingga anti-penuaan dini.
Melalui riset yang dilakukan, Prof. Euis berupaya mengemas zat aktif tersebut agar tidak cepat rusak. Teknologi yang telah dilakukan berupa mikroenkapsulasi di mana zat aktif dikemas dalam suatu lapisan kapsul, serta teknologi microbeads.
6. Prof. Dr. Ibnu Dwi Buwono, M.Si
Prof. Ibnu Dwi Buwono diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Genetika dan Bioteknologi Ikan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Prof. Ibnu merupakan akademisi yang konsisten menggeluti riset mengenai ikan lele.
Dari riset tersebut, Prof. Ibnu berhasil mengembangkan jenis ikan lele mutiara transgenik. Ikan lele transgenik hasil penelitian panjang tersebut memiliki pertumbuhan 2-3 lebih besar dibandingkan lele normal.
Ikan lele transgenik yang bernama “Lele Mutiara Padjadjaran” ini telah dihilirisasikan ke komunitas peternak lele di kawasan Cileunyi, Kabupaten Bandung.
7. Prof. Dr. Isis Ikhwansyah, S.H., M.H., CN
Prof. Isis Ikhwansyah diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum. Prof. Isis menggeluti tentang kajian hukum perusahaan.
Menurut Prof. Isis, hukum perusahaan merupakan satu lembaga hukum yang bersifat netral. Artinya, perkembangan hukum perusahaan bisa menyesuaikan dengan kebutuhan praktik.
8. Prof. Kusman Ibrahim, S.Kp., M.NS., PhD
Prof. Kusman Ibrahim diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Keperawatan pada Fakultas Keperawatan. Prof. Kusman menggeluti kajian keperawatan medikal bedah/orang dewasa dengan fokus bagaimana memahami proses adaptasi dari manusia dewasa, terutama dalam melindungi diri dari berbagai penyakit kronis, baik infeksi, noninfeksi, dan degeneratif.
Melalui riset ini, Prof. Kusman banyak berinteraksi dengan pasien terinfeksi HIV/AIDS. Dari interaksi tersebut, Prof. Kusman menemukan bagaimana upaya pasien untuk tetap sehat dan berkualitas.
9. Prof. Nasrul Wathoni, S.Si., Apt., M.Si., PhD
Prof. Nasrul Wathoni diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Farmasetika dan Teknologi Farmasi pada Fakultas Farmasi. Prof. Nasrul saat ini tercatat sebagai guru besar termuda Unpad dengan usia 40 tahun.
Kepakaran Prof. Nasrul berfokus pada sistem penghantaran obat dan kosmetik terbarukan, terutama terkait polimenik nanopartikel dan juga hidrogel film. Prof. Nasrul juga telah menghasilkan produk plester antisariawan hidrogel film yang berbahan dasar polisakarida alami. Saat ini produk tersebut tengah menunggu izin edar.
10. Prof. Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes
Prof. Nina Djustiana diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Material Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi. Selama 10 tahun terakhir, Prof. Nina menggeluti tentang rekonstruksi gigi, pengembangan material untuk tambal gigi.
Diharapkan, riset yang dilakukannya dapat berkontribusi memenuhi kebutuhan material tambal gigi di Indonesia yang saat ini masih bergantung pada ekspor dari luar.
11. Prof. Dr. Sonny Dewi Judiasih, S.H., M.H., CN
Prof. Sonny Dewi Judiasih diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum. Prof. Sonny berfokus pada kajian hukum keluarga. Saat ini, hal-hal terkait hukum keluarga menjadi suatu hal yang banyak dibahas, terutama mengenai sengketa perkawinan, status anak, status harta, hingga penyelesaian kasus perselingkuhan.
12. Prof. Taofik Risdiana, S.Si., Apt., M.Si., PhD
Prof. Taofik Risdiana diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Farmasetika dan Teknologi Farmasi pada Fakultas Farmasi. Satu di antara riset yang dilakukan adalah pengembangan seledri sebagai obat herbal.
Prof. Taofik telah menciptakan produk minuman ekstrak seledri bernama “Seledrik” yang baik untuk kesehatan ginjal. Selain itu, ia juga menggabungkan seledri dengan sambiloto menjadi suplemen yang bermanfaat untuk pemulihan tubuh saat terkena Covid-19.
13. Prof. Dr. Tri Mayanti, dra., M.Si
Prof. Tri Mayanti diangkat sebagai Guru Besar bidang Ilmu Kimia Organik pada Fakultas MIPA. Prof. Tri memiliki ketertarikan meneliti tanaman kokosan. Tanaman yang sekerabat dengan duku ini belum banyak yang meneliti. Salah satu yang dilakukan adalah eksplorasi mengenai senyawa kimia di tanaman kokosan. Prof. Tri berhasil mengisolasi 20 senyawa. Sebanyak 15 di antaranya merupakan senyawa baru. Selain itu, Prof. Tri juga mengeksplor lebih jauh mengenai aktivitas senyawanya berdasarkan kepercayaan lokal di masyarakat.
(nnz)