Mahasiswa Unesa Buat Aplikasi Game Petualangan agar Belajar Fisika Makin Mudah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Belajar fisika kini semakin mudah lewat berbagai media pembelajaran berbasis aplikasi yang dikembangkan belakangan ini. Salah satu aplikasi yang bisa digunakan yaitu Adventuring Physics yang dirancang lima mahasiswa Universitas Negeri Surabaya ( Unesa ).
Inovasi mahasiswa Unesa ini juga lolos dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Kemendikbudristek. Media pembelajaran fisika ini dikemas dalam bentuk game adventure atau permainan petualangan. Iqbal Ainur Rizki, salah satu perancang mengatakan, aplikasi tersebut hadir untuk menjawab permasalahan praktis dalam pembelajaran fisika di SMA.
Baca juga: Mahasiswa UB Ciptakan Permen Vitamin Rambut Berbahan Daun Kelor dan Mangkokan
Fisika, lanjutnya menjadi salah satu pembelajaran yang terkesan susah, banyak rumus, hitung-hitungan, materinya abstrak dan mikroskopis yang menimbulkan kebosanan dan membuat motivasi belajar siswa menurun. Padahal, menurut Ikbal, fisika sangat menarik jika dilakukan dengan cara yang tepat dan menarik seperti lewat kemasan permainan misalnya.
Adventuring Physics, lanjutnya, hadir sebagai aplikasi game yang terintegrasi dengan AR untuk dapat digunakan sebagai media pembelajaran fisika yang interaktif, kreatif, dan atraktif. Melalui aplikasi ini, siswa dapat belajar dari game bergenre adventure yang dapat memicu motivasi rasa ingin tahu mereka untuk belajar fisika.
“Adventuring Physics juga sudah teruji kevalidan dan kepraktisannya untuk diterapkan sebagai media pembelajaran fisika. Kemasan media pembelajaran dalam bentuk game bukan tanpa alasan. Ini mengacu pada kecenderungan siswa yang senang bermain game di smartphonenya masing-masing,” tandas mahasiswa S-1 Pendidikan Fisika angkatan 2019 itu, dikutip dari laman Unesa, Senin (12/9/2022).
Game adventure secara tidak langsung dimaksudkan untuk memantik jiwa eksplorasi siswa. Selain itu, juga untuk memberikan semacam tantangan lewat jalannya cerita bersambung. Tantangan menjadi bagian penting dalam game itu sendiri. Sehingga memancing adrenalin siswa untuk terus menuntaskannya hingga akhir.
“Ini bisa membuat penggunanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berkelanjutan. Pada game ini memasukkan misi permainan dan permasalahan fisika yang harus diselesaikan oleh siswa dengan menerapkan konsep dan materi fisika yang relevan dengan kurikulum saat ini,” bebernya.
Hanandita Veda Saphira dari prodi S-1 Pendidikan Fisika 2019 mengatakan, game ini dibuat dalam 3 bulan yaitu mulai Juni tuntas Agustus. Dimulai dari membuat game design document (GDD), design UI UX, dan aset–aset game seperti karakter, icon, dan tombol-tombol sebagainya.
Baca juga: 4 Jenderal TNI Ini Bergelar Profesor, Ada Eks Presiden hingga Kepala BIN
Memprogram aplikasi dan menyiapkan desain 3D AR dilakukan pada Juli. Kemudian pada Agustus melakukan revisi produk keseluruhan untuk menyesuaikan dengan konteks pembelajarannya dan uji kualitas.
Dia melanjutkan, game ini akan terus dikembangkan lebih jauh termasuk menerapkan Kurikulum-13. Sekolah yang dipakai untuk uji coba adalah kelas 12 SMAN 3 Sidoarjo yang sudah menerapkan Kurikulum-13. “Hal tersebut tidak menutup kemungkinan aplikasi ini juga dapat digunakan di kurikulum merdeka karena jika dilihat dari capaian pembelajarannya materi–materinya juga cukup banyak yang relevan dengan gamenya, seperti medan magnet,” ungkapnya.
Dari hasil uji coba, game ini efektif sebagai media pembelajaran fisika, khususnya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa. Aplikasi ini sudah tersedia di Play Store dan bisa digunakan siapa saja.
Sederet mahasiswa yang merancang aplikasi ini yaitu Iqbal Ainur Rizki, Hanandita Veda Saphira, Yusril Alfarizy mahasiswa prodi S-1 Pendidikan Fisika 2019, Aulia Dwi Saputri dari S-1 Sistem Informasi 2019 dan Riski Ramadani mahasiswa prodi S-1 Fisika angkatan 2020. Mereka dibimbing oleh Nadi Suprapto.
Inovasi mahasiswa Unesa ini juga lolos dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Kemendikbudristek. Media pembelajaran fisika ini dikemas dalam bentuk game adventure atau permainan petualangan. Iqbal Ainur Rizki, salah satu perancang mengatakan, aplikasi tersebut hadir untuk menjawab permasalahan praktis dalam pembelajaran fisika di SMA.
Baca juga: Mahasiswa UB Ciptakan Permen Vitamin Rambut Berbahan Daun Kelor dan Mangkokan
Fisika, lanjutnya menjadi salah satu pembelajaran yang terkesan susah, banyak rumus, hitung-hitungan, materinya abstrak dan mikroskopis yang menimbulkan kebosanan dan membuat motivasi belajar siswa menurun. Padahal, menurut Ikbal, fisika sangat menarik jika dilakukan dengan cara yang tepat dan menarik seperti lewat kemasan permainan misalnya.
Adventuring Physics, lanjutnya, hadir sebagai aplikasi game yang terintegrasi dengan AR untuk dapat digunakan sebagai media pembelajaran fisika yang interaktif, kreatif, dan atraktif. Melalui aplikasi ini, siswa dapat belajar dari game bergenre adventure yang dapat memicu motivasi rasa ingin tahu mereka untuk belajar fisika.
“Adventuring Physics juga sudah teruji kevalidan dan kepraktisannya untuk diterapkan sebagai media pembelajaran fisika. Kemasan media pembelajaran dalam bentuk game bukan tanpa alasan. Ini mengacu pada kecenderungan siswa yang senang bermain game di smartphonenya masing-masing,” tandas mahasiswa S-1 Pendidikan Fisika angkatan 2019 itu, dikutip dari laman Unesa, Senin (12/9/2022).
Game adventure secara tidak langsung dimaksudkan untuk memantik jiwa eksplorasi siswa. Selain itu, juga untuk memberikan semacam tantangan lewat jalannya cerita bersambung. Tantangan menjadi bagian penting dalam game itu sendiri. Sehingga memancing adrenalin siswa untuk terus menuntaskannya hingga akhir.
“Ini bisa membuat penggunanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berkelanjutan. Pada game ini memasukkan misi permainan dan permasalahan fisika yang harus diselesaikan oleh siswa dengan menerapkan konsep dan materi fisika yang relevan dengan kurikulum saat ini,” bebernya.
Hanandita Veda Saphira dari prodi S-1 Pendidikan Fisika 2019 mengatakan, game ini dibuat dalam 3 bulan yaitu mulai Juni tuntas Agustus. Dimulai dari membuat game design document (GDD), design UI UX, dan aset–aset game seperti karakter, icon, dan tombol-tombol sebagainya.
Baca juga: 4 Jenderal TNI Ini Bergelar Profesor, Ada Eks Presiden hingga Kepala BIN
Memprogram aplikasi dan menyiapkan desain 3D AR dilakukan pada Juli. Kemudian pada Agustus melakukan revisi produk keseluruhan untuk menyesuaikan dengan konteks pembelajarannya dan uji kualitas.
Dia melanjutkan, game ini akan terus dikembangkan lebih jauh termasuk menerapkan Kurikulum-13. Sekolah yang dipakai untuk uji coba adalah kelas 12 SMAN 3 Sidoarjo yang sudah menerapkan Kurikulum-13. “Hal tersebut tidak menutup kemungkinan aplikasi ini juga dapat digunakan di kurikulum merdeka karena jika dilihat dari capaian pembelajarannya materi–materinya juga cukup banyak yang relevan dengan gamenya, seperti medan magnet,” ungkapnya.
Dari hasil uji coba, game ini efektif sebagai media pembelajaran fisika, khususnya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa. Aplikasi ini sudah tersedia di Play Store dan bisa digunakan siapa saja.
Sederet mahasiswa yang merancang aplikasi ini yaitu Iqbal Ainur Rizki, Hanandita Veda Saphira, Yusril Alfarizy mahasiswa prodi S-1 Pendidikan Fisika 2019, Aulia Dwi Saputri dari S-1 Sistem Informasi 2019 dan Riski Ramadani mahasiswa prodi S-1 Fisika angkatan 2020. Mereka dibimbing oleh Nadi Suprapto.
(nnz)