UB Kembangkan IoT Berbasis GIS di Daerah Terdampak Erupsi Semeru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan Internet of Things (IoT) berbasis Geographic Information System (GIS) untuk melakukan mitigasi bencana di Kecamatan Pronojiwo yang merupakan daerah terdampak erupsi Gunung Semeru .
Pelaku Pengembangan Adipandang Yudono mengatakan, metode itu sudah diterapkan pada pascaerupsi Semeru hingga masa-masa pemulihan.
Dosen Prodi Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik UB ini mengatakan, di pascaerupsi Semeru, teknologi IoT digunakan memasukkan data, seperti jumlah pengungsi, logistik, sebaran penyintas, lokasi posko, obat-obatan dan makanan.
Baca juga: Daftar KIP Kuliah Jalur Mandiri PTN dan PTS Masih Dibuka Sampai Oktober 2022
Sedangkan di masa-masa pemulihan, teknologi IoT berbasis GIS digunakan untuk memetakan wilayah yang terdampak untuk pertanian, peternakan, serta sektor lain seperti sekolah yang rusak.
“Data-data yang dihasilkan oleh IoT bisa menjadi informasi krusial terutama dalam menangani lokasi terdampak sehingga bisa dijadikan supporting system untuk penentuan kawasan yang layak huni kembali maupun didelineasi sebagai kawasan lindung,” kata Adipandang, dikutip dari laman UB, Jumat (30/9/2022).
Pakar Vulkanologi dan Geothermal Universitas Brawijaya (UB) Prof. Sukir Maryanto mengatakan, sistem IoT bisa bekerja dengan dua metode, melalui media manusia dan menggunakan sensor.
Dengan media manusia, katanya, kerja IoT menggunakan tiga tahapan. Pertama, memasukkan atau inputing data. Pada saat data dimasukkan akan dilakukan pengelolaan .
Dari manajemen database akan diteruskan ke operasional dashboard. Operasional dashboard akan berisi infografis berisi sebaran kegiatan, jumlah kegiatan, serta grafiknya.
Sedangkan secara elektronik, IoT melakukan inputing data berdasarkan sensor-sensor secara elektronik yang dipasang di suatu tempat.
“Ke depannya, penggunaan IoT berbasis geospasial ini bisa digunakan untuk kegiatan perencanaan pemulihan area terdampak erupsi Semeru seperti reboisasi atau penanaman kembali untuk hutan yang gundul karena longsor ataukah karena dampak bencana,” katanya.
Pelaku Pengembangan Adipandang Yudono mengatakan, metode itu sudah diterapkan pada pascaerupsi Semeru hingga masa-masa pemulihan.
Dosen Prodi Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik UB ini mengatakan, di pascaerupsi Semeru, teknologi IoT digunakan memasukkan data, seperti jumlah pengungsi, logistik, sebaran penyintas, lokasi posko, obat-obatan dan makanan.
Baca juga: Daftar KIP Kuliah Jalur Mandiri PTN dan PTS Masih Dibuka Sampai Oktober 2022
Sedangkan di masa-masa pemulihan, teknologi IoT berbasis GIS digunakan untuk memetakan wilayah yang terdampak untuk pertanian, peternakan, serta sektor lain seperti sekolah yang rusak.
“Data-data yang dihasilkan oleh IoT bisa menjadi informasi krusial terutama dalam menangani lokasi terdampak sehingga bisa dijadikan supporting system untuk penentuan kawasan yang layak huni kembali maupun didelineasi sebagai kawasan lindung,” kata Adipandang, dikutip dari laman UB, Jumat (30/9/2022).
Pakar Vulkanologi dan Geothermal Universitas Brawijaya (UB) Prof. Sukir Maryanto mengatakan, sistem IoT bisa bekerja dengan dua metode, melalui media manusia dan menggunakan sensor.
Dengan media manusia, katanya, kerja IoT menggunakan tiga tahapan. Pertama, memasukkan atau inputing data. Pada saat data dimasukkan akan dilakukan pengelolaan .
Dari manajemen database akan diteruskan ke operasional dashboard. Operasional dashboard akan berisi infografis berisi sebaran kegiatan, jumlah kegiatan, serta grafiknya.
Sedangkan secara elektronik, IoT melakukan inputing data berdasarkan sensor-sensor secara elektronik yang dipasang di suatu tempat.
“Ke depannya, penggunaan IoT berbasis geospasial ini bisa digunakan untuk kegiatan perencanaan pemulihan area terdampak erupsi Semeru seperti reboisasi atau penanaman kembali untuk hutan yang gundul karena longsor ataukah karena dampak bencana,” katanya.