Keren, 2 Mahasiswa Unair Diundang Jadi Pembicara di FBI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dua mahasiswa pascasarjana Universitas Airlangga ( Unair ) diundang menjadi pembicara di markas besar Federal Bureau Investigation (FBI) Amerika Serikat. Mereka adalah Eko Mangku Cipto dan Harianto Rantesalu.
Kasus kejahatan pemalsuan website yang dilakukan dua orang warga negara berkebangsaan Indonesia terhadap situs resmi pemerintah Amerika Serikat sempat menghebohkan publik di negeri Paman Sam. Pasalnya, dua pelaku scammer itu secara sengaja memalsukan website dengan tujuan mendapatkan data pribadi warga negara Amerika.
Baca juga: Sembilan Guru Besar Mencalonkan Diri sebagai Rektor UNS
Motif kejahatan yang mereka lakukan diduga adalah untuk menyalahgunakan dana bantuan Covid-19 bagi warga negara Amerika dan menjualnya untuk mengeruk keuntungan pribadi.
Dari isu tersebut diataslah, dua mahasiswa Magister Kajian Ilmu Kepolisian Sekolah Pascasarjana Unair secara resmi diundang oleh pemerintah Amerika Serikat ke kantor pusat FBI di Cleveland, Ohio. Kedua mahasiswa ini berhasil membongkar kasus DMV Website Scampage milik pemerintah Amerika Serikat.
Dalam undangan itu, keduanya menjelaskan tentang bagaimana teknik penyelidikan dan penyidikan terhadap dua tersangka kasus pemalsuan website yang kini telah resmi ditahan oleh pihak kepolisian.
Baca juga: Deretan Kampus Swasta dengan Jurusan Hukum Terbaik di Indonesia
“Kasus yang dalam penanganannya melibatkan dua institusi yaitu FBI (Federal Bureau of Investigation, Red) dan Polda Jawa Timur dengan tim siber Ditreskrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus, Red) ini menurut Kapolda Jatim, Nico Afinta mengatakan bahwa data pribadi tersebut digunakan untuk mencairkan dana PUA (Pandemic Unemployment Assistance) atau dana bantuan untuk pengangguran warga negara Amerika senilai USD 2000 setiap satu data orang dan juga untuk dijual lagi seharga USD 100 setiap satu data orang,” ujar Eko, dikutip dari laman Unair, Selasa (11/10/2022).
Selain itu, mereka juga berhasil memperoleh informasi terkait data yang berhasil pelaku dapatkan melalui percakapan WhatsApp dan Telegram berjumlah sekitar 30.000 data.
Kasus kejahatan pemalsuan website yang dilakukan dua orang warga negara berkebangsaan Indonesia terhadap situs resmi pemerintah Amerika Serikat sempat menghebohkan publik di negeri Paman Sam. Pasalnya, dua pelaku scammer itu secara sengaja memalsukan website dengan tujuan mendapatkan data pribadi warga negara Amerika.
Baca juga: Sembilan Guru Besar Mencalonkan Diri sebagai Rektor UNS
Motif kejahatan yang mereka lakukan diduga adalah untuk menyalahgunakan dana bantuan Covid-19 bagi warga negara Amerika dan menjualnya untuk mengeruk keuntungan pribadi.
Dari isu tersebut diataslah, dua mahasiswa Magister Kajian Ilmu Kepolisian Sekolah Pascasarjana Unair secara resmi diundang oleh pemerintah Amerika Serikat ke kantor pusat FBI di Cleveland, Ohio. Kedua mahasiswa ini berhasil membongkar kasus DMV Website Scampage milik pemerintah Amerika Serikat.
Dalam undangan itu, keduanya menjelaskan tentang bagaimana teknik penyelidikan dan penyidikan terhadap dua tersangka kasus pemalsuan website yang kini telah resmi ditahan oleh pihak kepolisian.
Baca juga: Deretan Kampus Swasta dengan Jurusan Hukum Terbaik di Indonesia
“Kasus yang dalam penanganannya melibatkan dua institusi yaitu FBI (Federal Bureau of Investigation, Red) dan Polda Jawa Timur dengan tim siber Ditreskrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus, Red) ini menurut Kapolda Jatim, Nico Afinta mengatakan bahwa data pribadi tersebut digunakan untuk mencairkan dana PUA (Pandemic Unemployment Assistance) atau dana bantuan untuk pengangguran warga negara Amerika senilai USD 2000 setiap satu data orang dan juga untuk dijual lagi seharga USD 100 setiap satu data orang,” ujar Eko, dikutip dari laman Unair, Selasa (11/10/2022).
Selain itu, mereka juga berhasil memperoleh informasi terkait data yang berhasil pelaku dapatkan melalui percakapan WhatsApp dan Telegram berjumlah sekitar 30.000 data.
(nnz)