Kisah Faqih, Penerima Beasiswa Unggulan yang Cumlaude dari IPB

Rabu, 19 Oktober 2022 - 09:43 WIB
loading...
Kisah Faqih, Penerima Beasiswa Unggulan yang Cumlaude dari IPB
Faqih Baihaqi menerima Beasiswa Unggulan dan lulus cumlaude dengan IPK 3,96. Foto/Tangkap layar laman Puslapdik.
A A A
JAKARTA - Beasiswa Unggulan Kemendikbudristek telah memberikan pembiayaan pendidikan kepada putra putri terbaik bangsa. Salah satu penerimanya adalah Faqih Baihaqi yang telah lulus Cumlaude dari IPB University .

Faqih memperoleh Beasiswa Unggulan (BU) Kemendikbudristek pada Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University jenjang S2 pada 2022.

Lelaki asal Depok, Jawa Barat itupun berhasil lulus dengan prestasi membanggakan yakni dengan status Cumlaude dengan IPK 3,96 pada Juli 2021 lalu. Sebelumnya, di jenjang S1 Faqih menjadi Lulusan Terbaik tingkat Prodi juga di IPB University dengan IPK 3,85 pada 2019.

Apa yang membuat dia berhasil studi dengan prestasi membanggakan? Faqih mengatakan, kecintaannya pada ikan dan laut membuatnya semangat dan tekun kuliah. Padahal Faqih tinggal dan besar di Depok yang jauh dari pantai.

Baca juga: Kembangkan Avionics, Telkom University Terima Hibah Pesawat dari TNI

"Saya memang sejak kecil suka dengan pantai dan laut. Jika saat liburan tiba dan ditanya mau ke gunung atau pantai, saya jawab, ke pantai," katanya, dikutip dari laman Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik), Rabu (19/10/2022).

Faqih lahir dari keluarga sederhana. Pria kelahiran 1997 ini memiliki ayah yang berwiraswasta di bidang percetakan sablon kecil-kecilan. Sementara ibundanya hanya seorang ibu rumah tangga.

Semasa kuliah S1, Faqih tak mau jadi mahasiswa “kupu-kupu” alias kuliah pulang- kuliah pulang, ia aktif di Himpunan Mahasiswa dan terlibat dalam penanaman 1000 Mangrove di Kepulauan Seribu. Atas rekomendasi dosen pembimbingnya waktu itu, Charles PH Simanjuntak, saat menyusun skripsi, Faqih melakukan riset mengenai plankton di Kepulauan Seribu. Hasil risetnya yang menjadi tema skripsinya itu lantas dipresentasikan pada sebuah seminar internasional dan dituliskan di sebuah Jurnal Internasional terindeks Scopus.

“Meraih predikat lulusan terbaik dan berhasil menulis di jurnal internasional, itu mungkin yang jadi faktor saya bisa memperoleh BU," kata anak tunggal ini.

Memutuskan Menjadi Dosen dan Peneliti

Lulus terbaik di jenjang S1, Faqih memantapkan diri untuk menekuni bidang perikanan dan kelautan dan memutuskan untuk berkarier sebagai dosen dan sekaligus peneliti. Karena tuntutan harus meraih S2, Faqih lantas mendaftarkan diri di jenjang pascasarjana. Namun sebelumnya, Faqih sempat menjajal potensi dirinya di bidang properti sebelum akhirnya daftar S2 dan memperoleh BU.

“Kerja di properti itu hanya untuk mengumpulkan modal awal kuliah S2 sebab kan waktu itu belum daftar BU, “lanjut Faqih.

Tahun 2020, saat kuliah jenjang S2, Faqih Kembali terlibat dalam seminar internasional bertajuk International Seminar on Fish and Fisheries Sciences (ISFFS) yang diselenggarakan masyarakat Iktiologi Indonesia dengan hostnya Universitas Udayana, Bali. Hasil seminar itu, yakni berupa paper ilmiah sebanyak 85 paper lantas dipublikasikan tahun 2021 dalam prosiding internasional terindeks Scopus Q3.

Tahun 2022 ini, Faqih lagi-lagi diajak mentornya, Charles, untuk terlibat dalam sebuah seminar internasional yang diselenggarakan Embrio atau Enhancing Marine Biodiversity Research in Indonesia IPB dan Charles jadi direkturnya.

“Target seminar yang dilaksanakan para dosen dan mahasiswa IPB ini adalah memproduksi lebih dari 100 paper ilmiah dalam upaya meningkatkan produksi ilmiah IPB, “ungkapnya.

Baca juga: Ini 7 Jurusan yang Berpeluang Jadi PNS Terbanyak

Meneliti Impun atau Amfidromus

Saat menyusun tesis, Faqih memilih topik mengenai ikan sejenis impun yang masuk kelompok ikan amfidromus. Ikan yang mirip ikan ikan teri ini sejatinya merupakan ikan air tawar yang biasa hidup di muara-muara sungai atau estuari, telur impun ini lantas menempel di batu-batu sungai yang setelah menetas, larvanya terbawa arus ke laut. Menariknya, setiap tanggal 25 bulan Hijriyah, impun-impun ini secara berkelompok kembali ke habitat awalnya di estuari. Nah, saat kembali ke estuari itulah masyarakat yang berada di pesisir pantai dekat estuari menangkapnya secara massal.

“Di Teluk Sukabumi, tempat saya melakukan riset, ada lima estuari. Setiap tanggal 25 bulan Hijriah, puluhan masyarakat terjun di kasuari melakukan penangkapan ikan impun ini. Dulu, sekali musim penangkapan, setiap orang mampu menangkap sebanyak satu karung impun, yang bisa dikonsumsi sendiri atau dijual, “jelas Faqih.

Persoalannya, lanjut Faqih, karena masyarakat tahunya hanya menangkap tapi mengabaikan keberlangsungan keberadaan ikan impun ini, dikhawatirkan ikan jenis ini populasinya akan semakin berkurang. Hal ini terbukti, dalam beberapa tahun terakhir ini, masyarakat yang sebelumnya sanggup menangkap satu karung, kini hanya bisa mengumpulkan satu ember saja setiap orangnya.

‘Kasusnya mirip ikan sidat yang karena terus ditangkap dan bahkan diekspor ke Jepang, China dan negara lainnya, populasinya kian berkurang dan baru tahun 2019 lalu dilakukan riset untuk kemudian dilakukan pengelolaan agar populasinya tidak berkurang, “ papar Faqih.

Menurutnya, riset ini penting agar bisa diketahui diversitas dan kelimpahan ikan impun ini sehingga populasi ikan diharapkan terjamin. Selain bisa berdampak pada ekonomi rakyat, juga menjaga keberlangsungan ekosistem kelautan.

Diakui Faqih, riset yang dilakukannya itu baru riset awal, yakni melakukan pendataan terkait diversitas ikan impun tersebut. Hasilnya, dari lima estuari di Teluk Pelabuhan Ratu, Sukabumi itu, yakni estuari Cisolok, Cimaja, Citepus, Cimandiri, dan cikaso, berhasil teridentifikasi lebih dari 20 spesies ikan jenis impun ini.

“Ini baru riset awal, sebelum nantinya riset lanjutan terkait pakan, pemijahan yang akhirnya pengelolaan ikan impun ini, “ujar Faqih.

Pada 22 Juni 2022 lalu, hasil risetnya yang bertajuk “Diversitas dan kelimpahan anak ikan sebagai dasar pengelolaan perikanan amfidromus di lima estuari Sukabumi” itu dipresentasikan di sidang tesis yang mengantarkan Faqih meraih gelar S2.

Soal masa depannya sendiri, tambah Faqih, berniat melanjutkan studi jenjang doktoral di Jepang. Selain karena rekomendasi dosen pembimbingnya, Charles, yang juga lulusan doktoral Jepang, juga karena untuk wilayah Asia, Jepang merupakan negara termaju dalam teknologi kelautan.

“Insya Allah Bulan April tahun 2023 mendatang ada pembukaan program studi di Jepang, Pak Charles akan merekomendasikannya, dan saat ini saya sedang mempersiapkan sertifikat ELS “katanya.

Charles PH Simanjuntak mengakui, Faqih termasuk salah satu dari mahasiswa yang berada dibawah bimbingannya yang punya prestasi di atas rata-rata walaupun bukan yang terbaik. Keterlibatan Faqih dalam riset yang digawangi Charles merupakan bagian dari proyek hibah untuk dosen muda IPB dan ia lantas melibatkan mahasiswa-mahasiswanya, baik di jenjang S1 maupun S2. Faqih lantas menjadikan risetnya itu sebagai topik tesisnya.
(nnz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2862 seconds (0.1#10.140)