Big Data Berperan Penting untuk Transformasi Digital Bidang Pendidikan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Saat ini big data diperlukan dalam berbagai bidang. Tidak hanya di sektor bisnis yang menjadikan data sebagai basis pengambilan keputusan ataupun perumusan strategi. Namun di sektor pendidikan tinggi , big data analysis juga memberikan beragam keuntungan.
Mulai dari analisa minat dan potensi mahasiswa, prediksi karier mahasiswa, hingga prediksi program studi apa yang prospektif dikembangkan kampus ke depan.
Direktur Utama PT IndoSterling Technomedia Tbk (TECH) Billy Andrian mengatakan, optimalisasi big data merupakan bagian penting dalam transformasi digital di sektor pendidikan. “Ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi kesenjangan kompetensi lulusan perguruan tinggi dengan ekspektasi dunia industri,” ujarnya melalui keterangan resmi, Rabu (2/11/2022).
Baca juga: Dosen Unpad Gunakan VR untuk Terapi Rasa Takut dan Fobia
Menurut Billy, agar memberikan manfaat optimal, digitalisasi sektor pendidikan tinggi tak bisa hanya berhenti di sistem pembelajaran online, tapi juga harus mencakup manajemen sistem administrasi di kampus hingga sistem pelaporan kampus ke Kemendikbudristek. “Jadi, digitalisasinya dari hulu ke hilir,” terangnya.
Percepatan digitalisasi kampus ini menyebar luas ke berbagai wilayah Indonesia setelah PT IndoSterling Technomedia Tbk berkolaborasi dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi). Program Digitalisasi 1.000 Kampus mengoptimalkan pemanfaatan Edufecta, sebuah platform teknologi pendidikan.
Edufecta merupakan inovasi digital yang dikembangkan IndoSterling Technomedia. Perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode TECH ini saham pengendalinya dimiliki oleh Sean William Henley dan merupakan salah satu anak usaha IndoSterling Group.
Baca juga: 1.670 Mahasiswa Universitas Brawijaya Terima KIP Kuliah
CEO Edufecta Ucu Komarudin menambahkan, kampus bisa menggunakan big data untuk memahami pengalaman belajar mahasiswa. Ini menjadi basis bagi dosen untuk membuat skema pembelajaran yang lebih efektif. “Termasuk modifikasi sistem pendidikan agar mahasiswa bisa mendapatkan manfaat optimal dalam proses belajar,” jelasnya.
Big data yang merekam proses belajar mahasiswa juga memungkinkan dosen atau kampus memahami pencapaian mahasiswa baik secara individu maupun kolektif. Data hasil penilaian mahasiswa di berbagai mata kuliah, juga menjadi insight tentang kekuatan dan kelemahan masing-masing individu dalam suatu objek.
Apabila data-data tersebut diakumulasikan dari semester ke semester, maka bisa didapat pola minat maupun kemampuan mahasiswa yang menjadi panduan karier apa yang tepat untuk mereka pilih setelah lulus kuliah.
Tak hanya itu, big data analysis juga bisa digunakan kampus untuk memetakan pola program studi berdasar minat pendaftaran mahasiswa, sehingga bisa didapatkan gambaran tentang program studi apa yang prospektif untuk dikembangkan ke depan.
Menurut Ucu, digitalisasi pendidikan secara komprehensif dari hulu ke hilir, terbukti membantu pengembangan kampus-kampus yang ada di luar wilayah Jawa – Bali. Hasilnya, tak sedikit kampus yang berhasil naik akreditasinya, dari sebelumnya akreditasi C menjadi akreditasi B, bahkan kemudian naik lagi ke akreditasi A. “Ini menunjukkan pentingnya perluasan digitalisasi kampus dari hulu ke hilir agar pendidikan di seluruh Indonesia makin berkualitas,” terangnya.
Mulai dari analisa minat dan potensi mahasiswa, prediksi karier mahasiswa, hingga prediksi program studi apa yang prospektif dikembangkan kampus ke depan.
Direktur Utama PT IndoSterling Technomedia Tbk (TECH) Billy Andrian mengatakan, optimalisasi big data merupakan bagian penting dalam transformasi digital di sektor pendidikan. “Ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi kesenjangan kompetensi lulusan perguruan tinggi dengan ekspektasi dunia industri,” ujarnya melalui keterangan resmi, Rabu (2/11/2022).
Baca juga: Dosen Unpad Gunakan VR untuk Terapi Rasa Takut dan Fobia
Menurut Billy, agar memberikan manfaat optimal, digitalisasi sektor pendidikan tinggi tak bisa hanya berhenti di sistem pembelajaran online, tapi juga harus mencakup manajemen sistem administrasi di kampus hingga sistem pelaporan kampus ke Kemendikbudristek. “Jadi, digitalisasinya dari hulu ke hilir,” terangnya.
Percepatan digitalisasi kampus ini menyebar luas ke berbagai wilayah Indonesia setelah PT IndoSterling Technomedia Tbk berkolaborasi dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi). Program Digitalisasi 1.000 Kampus mengoptimalkan pemanfaatan Edufecta, sebuah platform teknologi pendidikan.
Edufecta merupakan inovasi digital yang dikembangkan IndoSterling Technomedia. Perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode TECH ini saham pengendalinya dimiliki oleh Sean William Henley dan merupakan salah satu anak usaha IndoSterling Group.
Baca juga: 1.670 Mahasiswa Universitas Brawijaya Terima KIP Kuliah
CEO Edufecta Ucu Komarudin menambahkan, kampus bisa menggunakan big data untuk memahami pengalaman belajar mahasiswa. Ini menjadi basis bagi dosen untuk membuat skema pembelajaran yang lebih efektif. “Termasuk modifikasi sistem pendidikan agar mahasiswa bisa mendapatkan manfaat optimal dalam proses belajar,” jelasnya.
Big data yang merekam proses belajar mahasiswa juga memungkinkan dosen atau kampus memahami pencapaian mahasiswa baik secara individu maupun kolektif. Data hasil penilaian mahasiswa di berbagai mata kuliah, juga menjadi insight tentang kekuatan dan kelemahan masing-masing individu dalam suatu objek.
Apabila data-data tersebut diakumulasikan dari semester ke semester, maka bisa didapat pola minat maupun kemampuan mahasiswa yang menjadi panduan karier apa yang tepat untuk mereka pilih setelah lulus kuliah.
Tak hanya itu, big data analysis juga bisa digunakan kampus untuk memetakan pola program studi berdasar minat pendaftaran mahasiswa, sehingga bisa didapatkan gambaran tentang program studi apa yang prospektif untuk dikembangkan ke depan.
Menurut Ucu, digitalisasi pendidikan secara komprehensif dari hulu ke hilir, terbukti membantu pengembangan kampus-kampus yang ada di luar wilayah Jawa – Bali. Hasilnya, tak sedikit kampus yang berhasil naik akreditasinya, dari sebelumnya akreditasi C menjadi akreditasi B, bahkan kemudian naik lagi ke akreditasi A. “Ini menunjukkan pentingnya perluasan digitalisasi kampus dari hulu ke hilir agar pendidikan di seluruh Indonesia makin berkualitas,” terangnya.
(nnz)