Deretan Pahlawan Nasional yang Pernah Menjadi Rektor
loading...
A
A
A
Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, Abdul Kahar Muzakir pernah menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Selain itu, ia juga menjadi bagian dari ‘panitia kecil’ yang beranggotakan sembilan orang. Mereka bertugas merumuskan kembali pokok-pokok pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 sebagai acuan dasar negara. Abdul Kahar Muzakir lahir di Gading, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta pada 16 April 1907. Ia dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 8 November 2019.
Baca juga: Gerhana Bulan Total, UIN Walisongo Adakan Pengamatan di Planetarium dan Observatorium
3. Arnold Mononutu
Prof Arnold Mononutu merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dan dihargai sebagai putra daerah yang gagah berani sekaligus pejuang nasional. Ia lahir di Manado pada 4 Desember 1896 dengan nama Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu. Arnold pernah mengenyam pendidikan di STOVIA, sebelum melanjutkan studi ke Belanda di bidang hukum. Di sana, nasionalismenya tergugah. Ketika pulang ke Tanah Air, Arnold berkiprah dalam pergerakan melawan Belanda.
Perjuangan Arnold Mononutu untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) membuat dirinya ditunjuk untuk memegang beberapa jabatan strategis. Ia pernah menjadi Menteri Penerangan Kabinet RIS tahun 1949-1950, Menteri Penerangan Kabinet Sukiman-Suwirjo, dan Menteri Penerangan pada Kabinet Wilopo. Pada 30 Desember 1949, selaku Menteri Penerangan, Arnold mengukuhkan nama Jakarta sebagai nama baru bagi Kota Batavia.
Di dunia pendidikan, Arnold juga berkontribusi besar. Ia diangkat menjadi rektor ke-3 Universitas Hasanuddin pada 1960-1965. Di masa kepemimpinannya, jumlah fakultas Universitas Hasanuddin bertambah, yang semula hanya tiga menjadi sembilan fakultas. Atas jasa-jasanya, Arnold Mononutu dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah pada 2020.
4. Herman Johannes
Prof Dr Ir Herman Johannes atau kerap ditulis Herman Yohannes merupakan seorang cendekiawan dan politikus Indonesia. Tokoh yang lahir di di Rote, NTT pada 28 Mei 1912 ini mendapatkan gelar insinyur dari Technische Hoogeschool (THS) atau Sekolah Tinggi Teknik di Bandung. Semasa kuliah, ia aktif berorganisasi. Ia juga kerap menulis karangan ilmiah dan dimuat di majalah De Ingeniur in Nederlandsche Indie.
Kiprah Herman dalam kemerdekaan Indonesia cukup banyak. Salah satunya, ia pernah membangun laboratorium persenjataan bagi TNI. Ia berhasil pula membuat sejumlah bahan peledak untuk perang melawan Belanda, termasuk bom asap dan granat tangan. Saat Yogyakarta diserang oleh Belanda, Herman mendapat tugas dari Letkol Soeharto untuk menghancurkan jembatan-jembatan penghubung Yogya dengan kota-kota lain guna menghalau musuh.
Pada 1961, Herman dikukuhkan sebagai rektor Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia menempati posisi tersebut hingga tahun 1966. Setelah itu, ia menjabat Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) tahun 1966-1979, anggota Dewan Pertimbangan Agung RI (1968-1978), dan Menteri Pekerjaan Umum (1950-1951). Herman Johannes mendapat gelar pahlawan nasional pada 2009.
Baca juga: Gerhana Bulan Total, UIN Walisongo Adakan Pengamatan di Planetarium dan Observatorium
3. Arnold Mononutu
Prof Arnold Mononutu merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dan dihargai sebagai putra daerah yang gagah berani sekaligus pejuang nasional. Ia lahir di Manado pada 4 Desember 1896 dengan nama Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu. Arnold pernah mengenyam pendidikan di STOVIA, sebelum melanjutkan studi ke Belanda di bidang hukum. Di sana, nasionalismenya tergugah. Ketika pulang ke Tanah Air, Arnold berkiprah dalam pergerakan melawan Belanda.
Perjuangan Arnold Mononutu untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) membuat dirinya ditunjuk untuk memegang beberapa jabatan strategis. Ia pernah menjadi Menteri Penerangan Kabinet RIS tahun 1949-1950, Menteri Penerangan Kabinet Sukiman-Suwirjo, dan Menteri Penerangan pada Kabinet Wilopo. Pada 30 Desember 1949, selaku Menteri Penerangan, Arnold mengukuhkan nama Jakarta sebagai nama baru bagi Kota Batavia.
Di dunia pendidikan, Arnold juga berkontribusi besar. Ia diangkat menjadi rektor ke-3 Universitas Hasanuddin pada 1960-1965. Di masa kepemimpinannya, jumlah fakultas Universitas Hasanuddin bertambah, yang semula hanya tiga menjadi sembilan fakultas. Atas jasa-jasanya, Arnold Mononutu dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah pada 2020.
4. Herman Johannes
Prof Dr Ir Herman Johannes atau kerap ditulis Herman Yohannes merupakan seorang cendekiawan dan politikus Indonesia. Tokoh yang lahir di di Rote, NTT pada 28 Mei 1912 ini mendapatkan gelar insinyur dari Technische Hoogeschool (THS) atau Sekolah Tinggi Teknik di Bandung. Semasa kuliah, ia aktif berorganisasi. Ia juga kerap menulis karangan ilmiah dan dimuat di majalah De Ingeniur in Nederlandsche Indie.
Kiprah Herman dalam kemerdekaan Indonesia cukup banyak. Salah satunya, ia pernah membangun laboratorium persenjataan bagi TNI. Ia berhasil pula membuat sejumlah bahan peledak untuk perang melawan Belanda, termasuk bom asap dan granat tangan. Saat Yogyakarta diserang oleh Belanda, Herman mendapat tugas dari Letkol Soeharto untuk menghancurkan jembatan-jembatan penghubung Yogya dengan kota-kota lain guna menghalau musuh.
Pada 1961, Herman dikukuhkan sebagai rektor Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia menempati posisi tersebut hingga tahun 1966. Setelah itu, ia menjabat Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) tahun 1966-1979, anggota Dewan Pertimbangan Agung RI (1968-1978), dan Menteri Pekerjaan Umum (1950-1951). Herman Johannes mendapat gelar pahlawan nasional pada 2009.