3 Mahasiswa IPB University Ciptakan Dry Bath, Solusi Praktis Mandi tanpa Bilas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mahasiswa IPB University berhasil menciptakan sabun yang tidak perlu dibilas penggunaannya. Sabun ini diciptakan oleh tiga mahasiswa jurusan Teknik dan Manajemen Lingkungan dan satu mahasiswa jurusan Komunikasi Digital dan Media.
Pembuatan sabun dilakukan di Laboratorium Kimia yang terletak di Kampus Gunung Gede, Sekolah Vokasi IPB University .
Dry Bath adalah sabun berbentuk cair yang hadir untuk menjawab permasalahan yang sering dihadapi oleh orang-orang yang memiliki waktu terbatas, keadaan mendesak, dan permasalahan mengenai limbah cair.
Dengan menyemprotkan sabun ke bagian tubuh lalu mengusap menggunakan tangan, pengguna dapat merasakan manfaat seperti mandi pada umumnya.
Dry Bath diciptakan melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Tim PKM Dry Bath terdiri dari Fadila Maulia Suherman, Allisya Zahra Saadiya, Khairunnisa Dwi Rahmadhiani, dan Muhammad Zacky Prayudha.
Fadila, selaku ketua tim mengatakan, latar belakang pembuatan sabun dry bath adalah karena keterbatasan air ketika mendaki gunung.
“Karena saya suka naik gunung, sehingga badan berkeringat, sedangkan sulit mencari air buat mandi, kalau bawa-bawa galon juga berat malah makin merepotkan. Tetapi, kita sebagai pendaki juga butuh mandi karena di alam bebas rentan terkena debu dan kotoran atau semacamnya,” ungkap Fadila.
Dengan bimbingan Derry Dardanela, Fadila beserta tim menciptakan inovasi Dry Bath. Menurut Fadila, inovasi Dry Bath ini memiliki beberapa keunggulan yaitu sabun ini tidak perlu dibilas dengan air.
Tidak hanya itu, penggunaan yang praktis membuat waktu menjadi efisien, meminimalisir limbah cair yang masuk ke badan air, memiliki kadar alkohol yang rendah, dan juga sabun ini memiliki bahan aktif, antioksidan, dan antibakteri.
Mahasiswa IPB University itu menyebut, Dry Bath diperuntukkan bagi traveler yang senang bepergian jauh, para pendaki gunung yang kesulitan mencari air, dan orang yang sedang sakit namun tidak memungkinkan untuk mandi.
Tidak terbatas itu, mahasiswa pun ternyata juga membutuhkan sabun tanpa bilas ini karena seringkali mereka terlambat akibat kesiangan.“Jadi, Dry bath tidak terbatas oleh siapa saja yang dapat menggunakannya,” kata Fadila.
Selain mengatasi keadaan mendesak, katanya, Dry Bath juga menjadi solusi untuk mengurangi limbah cair yang masuk ke badan air. Limbah cair bisa berasal dari detergen, air cucian, maupun sabun mandi yang biasa dipakai sehari-hari.
Limbah ini mampu berakibat fatal untuk sungai sehingga berbahaya bagi makhluk hidup lainnya. Dengan menggunakan Dry Bath, pengguna dapat mengurangi limbah berbahaya karena sabun ini tidak perlu dibilas penggunaannya sehingga tidak ada limbah cair yang masuk ke dalam aliran sungai.
“Saat ini Dry Bath sudah diproduksi secara massal dan dipasarkan melalui berbagai media. Dry Bath bisa dibeli melalui pemesanan di whatsapp, instagram dan e-commerce,” tutup Fadila.
Lihat Juga: Profil Unesa, Kampus di Surabaya yang Memberi Marselino Ferdinan Beasiswa Kuliah sampai Lulus
Pembuatan sabun dilakukan di Laboratorium Kimia yang terletak di Kampus Gunung Gede, Sekolah Vokasi IPB University .
Dry Bath adalah sabun berbentuk cair yang hadir untuk menjawab permasalahan yang sering dihadapi oleh orang-orang yang memiliki waktu terbatas, keadaan mendesak, dan permasalahan mengenai limbah cair.
Dengan menyemprotkan sabun ke bagian tubuh lalu mengusap menggunakan tangan, pengguna dapat merasakan manfaat seperti mandi pada umumnya.
Dry Bath diciptakan melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Tim PKM Dry Bath terdiri dari Fadila Maulia Suherman, Allisya Zahra Saadiya, Khairunnisa Dwi Rahmadhiani, dan Muhammad Zacky Prayudha.
Fadila, selaku ketua tim mengatakan, latar belakang pembuatan sabun dry bath adalah karena keterbatasan air ketika mendaki gunung.
“Karena saya suka naik gunung, sehingga badan berkeringat, sedangkan sulit mencari air buat mandi, kalau bawa-bawa galon juga berat malah makin merepotkan. Tetapi, kita sebagai pendaki juga butuh mandi karena di alam bebas rentan terkena debu dan kotoran atau semacamnya,” ungkap Fadila.
Dengan bimbingan Derry Dardanela, Fadila beserta tim menciptakan inovasi Dry Bath. Menurut Fadila, inovasi Dry Bath ini memiliki beberapa keunggulan yaitu sabun ini tidak perlu dibilas dengan air.
Tidak hanya itu, penggunaan yang praktis membuat waktu menjadi efisien, meminimalisir limbah cair yang masuk ke badan air, memiliki kadar alkohol yang rendah, dan juga sabun ini memiliki bahan aktif, antioksidan, dan antibakteri.
Mahasiswa IPB University itu menyebut, Dry Bath diperuntukkan bagi traveler yang senang bepergian jauh, para pendaki gunung yang kesulitan mencari air, dan orang yang sedang sakit namun tidak memungkinkan untuk mandi.
Tidak terbatas itu, mahasiswa pun ternyata juga membutuhkan sabun tanpa bilas ini karena seringkali mereka terlambat akibat kesiangan.“Jadi, Dry bath tidak terbatas oleh siapa saja yang dapat menggunakannya,” kata Fadila.
Selain mengatasi keadaan mendesak, katanya, Dry Bath juga menjadi solusi untuk mengurangi limbah cair yang masuk ke badan air. Limbah cair bisa berasal dari detergen, air cucian, maupun sabun mandi yang biasa dipakai sehari-hari.
Limbah ini mampu berakibat fatal untuk sungai sehingga berbahaya bagi makhluk hidup lainnya. Dengan menggunakan Dry Bath, pengguna dapat mengurangi limbah berbahaya karena sabun ini tidak perlu dibilas penggunaannya sehingga tidak ada limbah cair yang masuk ke dalam aliran sungai.
“Saat ini Dry Bath sudah diproduksi secara massal dan dipasarkan melalui berbagai media. Dry Bath bisa dibeli melalui pemesanan di whatsapp, instagram dan e-commerce,” tutup Fadila.
Lihat Juga: Profil Unesa, Kampus di Surabaya yang Memberi Marselino Ferdinan Beasiswa Kuliah sampai Lulus
(mpw)