ITB Bangun Shelter Bambu untuk Korban Gempa Cianjur, Unik dan Lebih Nyaman Bagi Pengungsi
loading...
A
A
A
Biasanya, tenda-tenda dari BNPB menggunakan penutup berupa terpal atau seng. Material penutup ini mengalirkan panas dari matahari ke ruang di bawahnya secara langsung. Akibatnya, dengan ketinggian yang lebih minim, tentunya pengungsi akan menerima aliran panas tersebut.
Baca juga: Ini Syarat dan Ketentuan SNBP 2023 untuk Sekolah, Peserta, dan Pilihan Program Studi
Shelter ini juga menggunakan material penutup yang sama. Namun, shelter ini mampu memberikan kenyamanan yang lebih bagi pengungsi. Hal ini terjadi karena ketinggian minimum dari shelter ini mencapai 5 m, yang berarti paparan panas lebih tidak mengganggu ruang di bawahnya. Hebatnya lagi, desain shelter karya dosen ITB dan tim-nya ini mampu mencapai bentang 8x12 m dan ketinggian 14 m.
“Sebelumnya, desain shelter bambu ini mampu berdiri sampai 6 bulan. Laporan yang saya terima dari tim lapangan menyatakan warga di sana memang merasa lebih sejuk dan nyaman ketika berada di shelter bambu ini”, tambahnya.
Saat ini, juga telah berdiri shelter komunitas untuk masjid darurat dan telah diresmikan saat shalat jumat pada 2 Desember 2022. Ketika ditanya apa harapan kedepannya terhadap inovasi desainnya yang mampu mempercepat bantuan mitigasi bencana, dia memiliki visi yang jauh.
“Saya dan tim sangat senang dengan antusiasme dari sana masyarakat sekitar dan anggota ZENI yang ikut membantu di lokasi. Banyak yang mengambil foto-foto dan ingin mempelajari bagaimana cara membuatnya, dengan tujuan direplikasi di berbagai tempat lain,” ujarnya menjelaskan respon positif dari lokasi.
Lihat Juga: Kimberly Tanus, Mahasiswi ITB Jurusan Teknik Fisika yang Meninggal di Kamar Kosan Bandung
Baca juga: Ini Syarat dan Ketentuan SNBP 2023 untuk Sekolah, Peserta, dan Pilihan Program Studi
Shelter ini juga menggunakan material penutup yang sama. Namun, shelter ini mampu memberikan kenyamanan yang lebih bagi pengungsi. Hal ini terjadi karena ketinggian minimum dari shelter ini mencapai 5 m, yang berarti paparan panas lebih tidak mengganggu ruang di bawahnya. Hebatnya lagi, desain shelter karya dosen ITB dan tim-nya ini mampu mencapai bentang 8x12 m dan ketinggian 14 m.
“Sebelumnya, desain shelter bambu ini mampu berdiri sampai 6 bulan. Laporan yang saya terima dari tim lapangan menyatakan warga di sana memang merasa lebih sejuk dan nyaman ketika berada di shelter bambu ini”, tambahnya.
Saat ini, juga telah berdiri shelter komunitas untuk masjid darurat dan telah diresmikan saat shalat jumat pada 2 Desember 2022. Ketika ditanya apa harapan kedepannya terhadap inovasi desainnya yang mampu mempercepat bantuan mitigasi bencana, dia memiliki visi yang jauh.
“Saya dan tim sangat senang dengan antusiasme dari sana masyarakat sekitar dan anggota ZENI yang ikut membantu di lokasi. Banyak yang mengambil foto-foto dan ingin mempelajari bagaimana cara membuatnya, dengan tujuan direplikasi di berbagai tempat lain,” ujarnya menjelaskan respon positif dari lokasi.
Lihat Juga: Kimberly Tanus, Mahasiswi ITB Jurusan Teknik Fisika yang Meninggal di Kamar Kosan Bandung
(nnz)