Dosen Unesa Ungkap 4 Faktor Pemicu Fenomena Gangster di Kalangan Remaja

Kamis, 15 Desember 2022 - 15:11 WIB
loading...
A A A
Remaja bisa punya ruang dan peluang untuk menceritakan, merencanakan dan melakukan apa saja di dalam lingkungan pertemanannya. “Anak-anak yang lugu saja, kalau ada di kelompok pertemanan yang agresif bisa ikutan agresif,” paparnya.

3. Game Konten Kekerasan (Violence)

Ternyata, tawuran dan aksi kekerasan juga disebabkan karena faktor game yang tidak bisa lepas dari keseharian anak-anak muda. Laporan We Are Social, pada awal 2022, menempatkan Indonesia sebagai pemain video game terbanyak ketiga di dunia. Jenis game yang dimainkan remaja bahkan anak-anak ini mengandung unsur kekerasan.

“Satu sisi game perang ini bisa berdampak pada aspek emosi atau mental remaja sehingga terbiasa dengan hal-hal yang sering mereka mainkan di game. Di sisi lainnya, game seperti jadi sarana melampiaskan keresahan mereka dan ujung-ujungnya bisa berdampak pada perilaku mereka sehari-hari seperti lebih agresif dan temperamen misalnya,” terangnya.

Baca juga: Harumkan Indonesia, Dosen Teknik Kelautan ITS Juarai Kompetisi Karate di Uzbekistan

4. Pelajaran

Selain itu, juga bisa disebabkan karena kurangnya muatan pelajaran keagamaan yang mereka dapatkan di rumah maupun di sekolah. Bagi Nurchayati, pendidikan agama tidak bisa hanya sebagai pelajaran tambahan, tetapi benar-benar sebagai sarana pendidikan nilai dan karakter anak-remaja. “Kalau arahnya ke sana, berarti bukan hafalan muatannya, tetapi lebih ke praktek atau pembiasaan dan keteladanan. Nilai agama ini bisa menjadi rem buat remaja dalam menyalurkan energi mereka," jelasnya.

Lalu bagaimana solusinya? Menurutnya, selain penanganan seperti yang dilakukan tim gabungan Pemkot, ada beberapa hal yang perlu dilakukan bersama agar aksi-aksi remaja ini bisa ditekan.

1. Di tingkat keluarga, orang tua harus sadar akan pentingnya perhatian dan kasih sayang kepada anak. Orang tua harus menjadi sumber perhatian sekaligus sebagai tempat curhat yang nyaman buat anak sehingga terhindar dari potensi salah curhat ke kelompok teman.

2. Di tataran pendidikan juga perlu koordinasi yang kuat antara orang tua dan guru terkait perkembangan dan pergaulan atau aktivitas anak. Ini juga bisa membantu dalam mendeteksi dini arah pergaulan anak. Selain itu, tentu perlu keteladanan dari orang tua dan guru-gurunya di sekolah.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1587 seconds (0.1#10.140)